Penggunaan Pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Ceftriaxone
Penggunaan ceftriaxone pada kehamilan masuk dalam kategori B menurut FDA. Pada ibu menyusui, ceftriaxone dikeluarkan dalam jumlah kecil ke ASI.[2,3,5,15]
Penggunaan pada Kehamilan
FDA memasukkan ceftriaxone dalam Kategori B. Artinya, studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[3]
Menurut TGA, ceftriaxone masuk dalam kategori B1. Kategori tersebut membawahi kelompok obat yang hanya dikonsumsi oleh sejumlah kecil wanita hamil dan wanita usia subur, tanpa adanya peningkatan frekuensi malformasi atau efek berbahaya langsung maupun tidak langsung lainnya pada janin.[5]
Dalam penelitian pada hewan, tidak didapatkan embriotoksisitas, fetotoksisitas, atau teratogenitas pada tikus yang diberikan ceftriaxone 20 kali lipat dari dosis normal manusia ataupun primata yang diberian ceftriaxone 3 kali lipat dosis normal manusia. Meski begitu, studi mengenai efek toksik ceftriaxone pada wanita hamil masih sangat terbatas. Oleh karena itu, ceftriaxone sebaiknya diberikan jika dianggap manfaat lebih besar dibanding risikonya.[2]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Ceftriaxone dikeluarkan ke dalam ASI dalam kadar yang sangat rendah, dengan konsentrasi puncak sekitar 0,5–0,7 mg/L setelah pemberian intravena atau intramuskular, dan waktu paruh dalam ASI berkisar 13–17 jam. Jumlah yang masuk ke tubuh bayi diperkirakan hanya sekitar 0,5% dari dosis yang disesuaikan dengan berat badan ibu, sehingga tidak diharapkan menimbulkan efek toksik klinis pada bayi yang disusui.
Secara umum, ceftriaxone dianggap aman digunakan pada ibu menyusui, meskipun pada beberapa kasus dilaporkan gangguan ringan pada flora gastrointestinal bayi seperti diare atau kandidiasis oral. Studi yang tersedia menunjukkan tidak ada efek merugikan yang signifikan pada bayi menyusu, sehingga ceftriaxone dapat digunakan bila terapi antimikroba parenteral diperlukan pada ibu menyusui.[21]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha