Kontraindikasi dan Peringatan Leuprorelin Acetate
Beberapa kontraindikasi leuprorelin acetate atau leuprolide acetate adalah kehamilan dan hipersensitivitas terhadap gonadotropin-releasing hormone (GnRH) atau agonis GnRH. Peringatan khusus terkait leuprorelin acetate yang perlu diperhatikan adalah potensinya untuk menimbulkan perburukan gejala penyakit pada beberapa minggu awal pemberian sebelum efek terapeutik tercapai.
Kontraindikasi
Kontraindikasi penggunaan leuprorelin acetate adalah kehamilan dan hipersensitivitas terhadap GnRH atau agonis GnRH. Wanita yang memiliki rencana hamil atau memiliki kemungkinan sedang hamil juga sebaiknya tidak diberikan obat ini karena sifatnya yang teratogenik. Selain itu, karena obat ini memengaruhi hormon seks, fertilitas juga diduga dapat ikut terpengaruh selama penggunaan.
Peringatan
Leuprorelin acetate dapat menimbulkan perburukan transien pada gejala-gejala kanker prostat. Selain itu, obat ini dapat menimbulkan alergi, efek samping kardiovaskular, penurunan densitas tulang, serta gangguan siklus menstruasi.
Perburukan Transien pada Gejala Kanker Prostat
Sebagai agonis GnRH, pada awalnya leuprorelin acetate dapat meningkatkan kadar testosteron, sehingga meningkatkan keparahan gejala kanker prostat selama beberapa minggu awal. Namun, efek terapeutik biasanya akan tercapai setelahnya, di mana kadar testosteron mulai menurun. Nyeri tulang, obstruksi ureter, dan kompresi medula spinalis (terutama pada pasien dengan metastasis vertebra dan obstruksi traktus urinarius sebelumnya) juga dapat terjadi.
Selama penggunaan obat ini, dokter direkomendasikan untuk melakukan monitoring level testosteron serum dan level prostate specific antigen (PSA), terutama bila respons klinis dan biokimia belum tercapai.
Hipersensitivitas
Pasien dengan alergi terhadap benzyl-alcohol (vehikulum obat) mungkin menunjukkan hipersensitivitas yang biasanya lokal, seperti eritema dan indurasi pada lokasi injeksi.
Gangguan Metabolik
Pada pria yang menerima leuprorelin acetate, risiko diabetes dan hiperglikemia dapat meningkat, sehingga dibutuhkan monitoring kadar gula darah dan HbA1c.
Gangguan Kardiovaskular
Leuprorelin dapat meningkatkan risiko infark miokard, sudden cardiac death, dan juga stroke. Deprivasi androgen dapat memperpanjang interval QT/QTc, sehingga diperlukan perhatian khusus pada pasien dengan pemanjangan QT kongenital, gagal jantung kongestif, gangguan elektrolit berulang, dan penggunaan obat yang memperpanjang interval QT. Monitoring kadar elektrolit dan EKG sangat penting dilakukan.
Gangguan Menstruasi dan Densitas Tulang
Wanita yang mendapatkan terapi leuprorelin acetate sering mengalami amenorrhea. Namun, efek terhadap fertilitas masih berupa suatu hipotesis dan belum memiliki bukti yang adekuat, sehingga kontrasepsi nonhormonal tetap dianjurkan untuk mencegah kehamilan. Efek samping terkait hipoestrogen dan penurunan densitas tulang juga dapat terjadi.
Perhatian Khusus untuk Pasien Anak
Anak-anak yang menggunakan leuprorelin acetate untuk penanganan pubertas prekoks perlu menjalani pemantauan kadar hormon steroid seks sekitar 1–2 bulan setelah terapi dimulai.[3-5]