Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Secukinumab
Penggunaan secukinumab pada kehamilan dikategorikan sebagai kategori B oleh FDA dan kategori C oleh TGA. Pada ibu menyusui, tidak terdapat data yang jelas apakah secukinumab diekskresikan ke dalam ASI atau tidak.[2,4]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan FDA, secukinumab pada kehamilan masuk dalam kategori B. Kategori B artinya studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Berdasarkan TGA, secukinumab pada kehamilan masuk dalam kategori C. Artinya, obat yang karena efek farmakologisnya telah menyebabkan atau mungkin dicurigai menyebabkan efek berbahaya pada janin manusia atau neonatus tanpa menyebabkan malformasi serta kemungkinan bersifat reversibel.[2,9]
Secukinumab digunakan untuk penatalaksanaan pasien dewasa dengan plaque psoriasis derajat sedang sampai berat, artritis psoriatik aktif, ankylosing spondylitis, dan non-radiographic axial spondyloarthritis. Data penggunaan secukinumab pada wanita hamil sangat terbatas. Jika secukinumab telah digunakan selama kehamilan, sebaiknya pemberian vaksin hidup untuk bayi baru lahir tidak dianjurkan. Untuk wanita usia reproduksi, penggunaan metode kontrasepsi yang efektif selama terapi dan setidaknya 20 minggu setelahnya dianjurkan.[1-4]
Sebuah studi toksisitas perkembangan sebelum dan sesudah melahirkan dilakukan pada tikus dengan murine analog dari secukinumab. Dalam studi ini tidak didapatkan efek terkait pengobatan pada perkembangan fungsional, morfologi, atau imunologi pada janin dari tikus hamil yang diberikan murine analog dari secukinumab pada hari gestasi ke-6, 11, 17, serta pada postpartum hari ke-4, 10, dan 16 dengan dosis hingga 150 mg/kgBB/dosis.[2]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Tidak diketahui apakah secukinumab dapat diekskresikan dalam ASI atau diserap secara sistemik setelah konsumsi. Tidak terdapat data mengenai efek secukinumab pada anak yang disusui atau pada produksi ASI. Beberapa ahli menyarankan bahwa menyusui harus dihentikan selama terapi sampai 20 minggu setelahnya.[2,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini