Indikasi dan Dosis Vitamin B1 (Thiamine)
Indikasi suplementasi vitamin B1 atau tiamin, adalah sebagai penatalaksanaan defisiensi vitamin B1. Bentuk klinis defisiensi vitamin B1 dapat berupa penyakit beri-beri, baik beri-beri kering maupun basah, dan sindrom Wernicke-Korsakoff. Selain itu suplementasi vitamin B1 diperlukan pada terapi refeeding syndrome.[1,3,18]
Defisiensi Vitamin B1
Berbagai keadaan dapat menyebabkan pasien mengalami defisiensi vitamin B1, misalnya karena malnutrisi, diare, atau kolitis ulseratif. Pada defisiensi ringan, vitamin B1 dapat diberikan dengan dosis 10 mg per hari selama 1 minggu, diikuti dengan 3–5 mg per hari selama minimal 6 minggu.
Untuk defisiensi berat, dosis tiamin yang disarankan adalah 25–30 mg IV untuk bayi dan 50–100 mg untuk orang dewasa. Dilanjutkan dengan pemberian 10 mg per hari secara IM, kemudian 3–5 mg per hari secara oral, selama minimal 6 minggu.[1,3]
Penyakit Beri-beri
Penyakit beri-beri terbagi menjadi beri-beri kering dan basah. Gejala pada beri-beri kering berupa polineuropati perifer simetris, yang lebih banyak terjadi di distal, dan berhubungan dengan gangguan sensori motor. Sedangkan beri-beri basah bermanifestasi sebagai gagal jantung kongesti output tinggi.
Pada keadaan beri-beri yang berat, misalnya Shoshin beri-beri, vitamin B1 dapat diberikan dengan dosis 100–300 mg per hari. Kemudian, berikan sebanyak 5–30 mg per hari selama 1 bulan, atau hingga faktor risiko yang menyebabkan defisiensi telah teratasi.
Dosis pediatrik yang digunakan adalah 10‒25 mg intramuskular atau intravena jika pasien mengalami sakit kritis, atau 10-50 mg per oral satu kali sehari selama 2 minggu. Selanjutnya diturunkan menjadi 5–10 mg per hari selama 1 bulan.[18,19]
Sindrom Wernicke-Korsakoff
Sindrom Wernicke-Korsakoff adalah manifestasi neurologis karena defisiensi vitamin B. Ensefalopati Wernicke ditandai dengan trias gejala berupa ataksia, gangguan status mental, dan gejala pada mata, seperti nistagmus dan oftalmoplegia. Sindrom Korsakoff ditandai dengan gangguan memori yang bersifat kronis, persisten, dan berat.
Pada sindrom Wernicke-Korsakoff yang disertai alkoholisme, vitamin B1 diberikan dengan dosis inisial 500–1500 mg secara intravena (IV) atau intramuskular (IM), terbagi dalam 2–3 dosis. Durasi pemberian adalah 5 hari.
Selanjutnya, diberikan 50‒100 mg/hari secara IM atau IV hingga pasien dapat menjalani diet gizi seimbang secara reguler. Jika menggunakan sediaan oral, dapar diberikan dosis pemeliharaan sebesar 300 mg/hari selama 1–2 minggu, kemudian diturunkan menjadi 100 mg.
Jika sindrom Wernicke-Korsakoff tidak disertai dengan alkoholisme, vitamin B1 dapat diberikan dengan dosis 100–300 mg per hari secara IM atau IV.[18,20]
Refeeding Syndrome
Suplementasi tiamin juga diindikasikan untuk pencegahan dan tata laksana refeeding syndrome. Dosis yang disarankan adalah 100–300 mg per hari, selama 10 hari.[18]
Diabetes
Beberapa penelitian berskala kecil menunjukkan pemberian vitamin B1 oral sebanyak 150–300 mg per hari dapat menurunkan kadar glukosa pada pasien diabetes mellitus tipe 2 atau toleransi glukosa terganggu.
Pemberian benfotiamine, bentuk sintetis dari tiamin, sebanyak 120–900 mg per hari dapat mengurangi keparahan gejala neuropati diabetik dan menurunkan ekskresi albumin.[21,22]
Rekomendasi Asupan Harian
Rekomendasi asupan harian vitamin B1 untuk orang dewasa adalah 1,2 mg/hari untuk pria dewasa, dan 1,1 mg/hari untuk wanita dewasa. Pada wanita hamil rekomendasi asupan vitamin B1 adalah 1,3 mg/hari. Rekomendasi asupan untuk bayi sehat menyusui usia 0‒6 bulan adalah 0,2 mg/hari, dan untuk bayi usia 7‒12 bulan adalah 0,3 mg/hari.[1,4]
Rekomendasi asupan harian pediatrik dibagi sesuai usia, yaitu:
- 1‒3 tahun: 0,5 mg/hari
- 4‒7 tahun: 0,6 mg/hari
- 7‒9 tahun: 0,9 mg/hari
- 10–12 tahun: 1,1 mg/hari untuk laki-laki dan 1,0 mg/hari untuk perempuan[4]
Suplementasi vitamin B1 diberikan apabila asupan diet harian seseorang kurang adekuat untuk memenuhi kebutuhan vitamin B1, atau berisiko untuk mengalami defisiensi vitamin B1. Suplementasi vitamin B1 sebaiknya dimulai segera pada pasien yang diduga mengalami defisiensi. Suplementasi vitamin B1 murah, aman, dan dapat menyelamatkan nyawa.[18]
Faktor risiko terjadinya defisiensi vitamin B1, antara lain ketergantungan alkohol, malnutrisi, usia lanjut, penderita human immunodeficiency virus (HIV), penyandang diabetes, riwayat operasi bariatrik, serta pada berbagai kondisi medis lain, seperti hiperemesis gravidarum, obesitas, penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis, dan kanker.[1,18]
Tolerable Upper Intake Level
Konsumsi tiamin secara oral relatif sangat aman dan jarang menyebabkan efek samping. Belum ditetapkan batas atas asupan tiamin yang dilaporkan menyebabkan toksisitas, menurut Institute of Medicine. Namun, American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) merekomendasikan asupan tiamin per hari untuk orang dewasa sebesar 1,2–10 mg.[7]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra