Epidemiologi Diastasis Recti
Epidemiologi diastasis recti (DR) yang dilaporkan mungkin tidak akurat karena beragamnya variasi standar batas intra-rectus distance (IRD) untuk diagnosis diastasis recti, dan beragamnya metode pengukuran yang digunakan.
Global
Kebanyakan studi prevalensi diastasis recti dilakukan pada wanita hamil. Tidak banyak studi prevalensi diastasis recti yang dilakukan pada pria. Diastasis recti sering terjadi pada saat kehamilan dan umumnya akan mengalami regresi spontan setelah melahirkan. Namun, 33% wanita ditemukan masih mengalami diastasis recti pada 12 bulan pasca persalinan.[9]
Diastasis recti ditemukan pada 39% wanita yang lebih tua dengan riwayat histerektomi abdomen. Kejadian diastasis recti pada sekitar 52% pasien yang sudah menopause, menunjukkan bahwa diastasis recti dapat bertahan melewati masa subur. Saat ini tidak ada data untuk angka kejadian diastasis recti pada wanita nullipara.[10]
Diastasis juga dapat terjadi pada pria, tetapi data mengenai kasus tersebut masih jarang. Satu studi observasi kecil menunjukkan 66,7% pria yang melakukan operasi aneurisma aorta abdominal (AAA) mengalami diastasis recti.[11]
Indonesia
Belum ada studi epidemiologi nasional mengenai diastasis recti di Indonesia.
Mortalitas
Diastasis recti bukanlah suatu kondisi yang mematikan. Namun diastasis recti berhubungan dengan keluhan inkontinensia urine, nyeri pinggang, dan estetika.[12]