Pendahuluan Ginekomastia
Ginekomastia merupakan suatu kondisi pembesaran volume payudara pada pria, yang dapat terjadi unilateral atau bilateral, yang disebabkan oleh peningkatan jaringan duktal, stroma maupun lemak. Mekanisme terjadinya ginekomastia umumnya melibatkan peningkatan kadar hormon estrogen pada pria, atau karena peningkatan sensitivitas payudara pria terhadap kadar estrogen yang normal.[1]
Berdasarkan etiologinya, ginekomastia terbagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu fisiologis dan patologis. Secara fisiologis, pria dapat mengalami ginekomastia pada tiga fase dalam hidupnya, yakni newborn gynecomastia, adolescent/ pubertal gynecomastia, dan senescent gynecomastia. Sementara itu, ginekomastia patologis atau sekunder bisa disebabkan oleh peningkatan produksi dari estrogen dan penurunan produksi dari testosteron akibat peningkatan aromatisasi dan tingginya kadar estrogen, maupun efek samping obat.[1,2]
Pada anamnesis, keluhan yang dirasakan oleh pasien umumnya adalah pembesaran atau bentuk payudara yang tidak ideal. Pemeriksaan fisik dianjurkan dilakukan secara menyeluruh dari kepala-leher, payudara, hingga testis, untuk mencari adanya kondisi yang menyebabkan terjadinya ginekomastia pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik, bisa teraba kelenjar payudara atau deposit lemak yang berlebih pada payudara. Pembesaran payudara yang tidak ideal juga dapat terjadi pada wanita yang memiliki tumor jinak atau fibroadenoma mammae. Sekitar 65% remaja pria mengalami transient atau adolescent gynecomastia karena adanya perubahan hormonal, dan kondisi ini biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 tahun.[1-3]
Tata laksana pada ginekomastia meliputi terapi medikamentosa dan pembedahan. Pemilihan terapi disesuaikan dengan derajat ginekomastia. Selain itu, tata laksana juga berfokus pada penyakit atau kondisi yang menyebabkan terjadinya ginekomastia pada pasien.[1,2]
Penulisan pertama oleh: dr. Johannes Albert B.