Pendahuluan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) atau sindrom distres pernapasan akut adalah gangguan napas berat pada pasien sakit kritis berupa hipoksemia akut, edema paru non-kardiak, penurunan komplians paru, peningkatan usaha napas, dan kebutuhan ventilasi tekanan positif yang terkait dengan penyakit tertentu.[1,2]
ARDS bisa disebabkan oleh berbagai kondisi. Penyebab tersering dari ARDS adalah pneumonia. Selain itu, ARDS juga bisa disebabkan oleh penyakit lain, misalnya aspirasi, inhalasi gas toksik, trauma, hingga sepsis.
Diagnosis ARDS ditegakkan melalui kriteria Berlin, mencakup onset akut, etiologi selain kelainan fungsi jantung atau overload cairan, opasitas bilateral pada pencitraan radiologi toraks, dan hipoksemia akut. Berdasarkan keparahan hipoksemianya, ARDS dapat terbagi menjadi ringan, sedang, dan berat.
Penatalaksanaan ARDS terdiri dari manajemen ventilasi, baik invasif maupun non-invasif, manajemen cairan, medikamentosa, dan terapi suportif. Terapi pada ARDS bertujuan untuk memperbaiki fraksi shunt, peningkatan delivery oksigen, pengurangan kebutuhan oksigen, dan penghindaran terhadap kerusakan yang lebih parah. Pencegahan terhadap ARDS dilakukan dengan deteksi dini dan ventilasi tekanan positif sesegera mungkin setelah tanda dan gejala ARDS ditemui.[1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan