Pendahuluan Cedera Tersengat Listrik
Cedera tersengat listrik terjadi akibat sengatan arus listrik yang melewati tubuh. Manifestasi klinis cedera tersengat listrik dapat beragam, mulai dari luka bakar ringan hingga kegagalan organ multipel, bahkan kematian. Cedera tersengat listrik juga sering terjadi sebagai bahaya akibat kerja/occupational hazard.[1]
Diagnosis cedera tersengat listrik dilakukan berdasarkan anamnesis riwayat terpapar sumber listrik dan pemeriksaan fisik, yang dapat menunjukkan adanya luka bakar pada lokasi listrik masuk dan keluar. Lokasi masuk listrik paling sering ditemukan pada tangan atau kepala, sedangkan lokasi keluar paling sering melalui kaki.[1–3]
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, misalnya elektrokardiografi (EKG) untuk mencari kelainan jantung, seperti aritmia, yang sering menyertai cedera tersengat listrik. Jika diperlukan, dilakukan pemantauan EKG 6–24 jam setelah tersengat listrik.[3]
Tata laksana awal pada cedera tersengat listrik dilakukan sesuai panduan dari advanced trauma life support (ATLS). Bila dibutuhkan, dapat diberikan terapi medikamentosa untuk mengatasi nyeri dengan analgesik opioid, misalnya fentanil dan diuretik, seperti furosemid, jika dibutuhkan diuresis tambahan. Pada pasien cedera tersengat listrik berat mungkin dibutuhkan intubasi dan tata laksana syok dengan obat-obatan vasopressor, seperti epinefrin.[1,2]
Cedera tersengat listrik seringkali dapat dicegah, sehingga edukasi perlu membahas mengenai potensi sumber listrik yang membahayakan dan cara penggunaan alat-alat elektronik dengan aman. Pada pekerja yang berisiko mengalami cedera tersengat listrik, penting untuk mematuhi peraturan keselamatan kerja, serta menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.[1–3]