Diagnosis Heat Stroke
Diagnosis heat stroke berdasarkan trias hipertermia, defisit neurologis, dan paparan terhadap cuaca panas. Pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan suhu inti tubuh >40⁰C. Heat stroke harus dengan cepat dibedakan dengan demam akibat penyakit, sehingga dapat dilakukan penanganan yang cepat.[1-3,6,8]
Anamnesis
Pasien heat stroke biasanya dibawa ke unit gawat darurat (UGD) dalam keadaan delirium, kebingungan, atau iritabel. Anamnesis kepada pasien atau pengantar untuk menentukan kemungkinan penyebab heat stroke, seperti aktivitas fisik yang berlebih saat cuaca panas, penggunaan obat-obat tertentu, dan penyakit penyerta pada pasien.
Keluhan lain pada pasien heat stroke di antaranya adalah mual, muntah, kram perut, pusing, dispnea, dan kelemahan tubuh. Dokter juga perlu menanyakan upaya pengobatan yang sudah dilakukan sebelum pasien dibawa ke rumah sakit. Suhu inti tubuh dapat saja menurun pada pasien yang sudah diberikan terapi sebelumnya.
Selain itu, anamnesis dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding lain. Penyebab demam ensefalopati lain adalah seperti malaria falciparum, meningoensefalitis, atau sepsis. Penyebab lain dapat disingkirkan dengan mengetahui pola demam, onset demam, serta gejala dan tanda lain.[1-3,8]
Klasifikasi Penyebab Heat Stroke
Exertional heat stroke adalah kondisi akibat aktivitas fisik yang berat, seperti pelari maraton atau anggota militer yang berlatih saat cuaca panas. Heat stroke ini tidak dipengaruhi oleh aklimatisasi. Namun, biasanya terjadi pada daerah yang panas dan lembap.[3,5]
Sementara, non-exertional heat stroke terjadi pada individu dengan aktivitas fisik rendah, seperti lansia atau pasien dengan komorbiditas yang terpapar lingkungan panas. Contoh non-exertional heat stroke yang sering terjadi adalah anak yang terkunci di dalam mobil saat cuaca panas.[3,5]
Klasifikasi penyebab heat stroke lainnya adalah classical heatstroke (karena paparan panas secara pasif dari panas lingkungan yang ekstrem) dan exertional heatstroke (akibat kelelahan saat latihan fisik berat).[4]
Pemeriksaan Fisik
Heat stroke harus dicurigai pada semua pasien yang datang ke instalasi gawat darurat (IGD) dengan suhu inti tubuh >40⁰C yang disertai dengan penurunan kesadaran, kebingungan, atau kejang, terutama saat cuaca panas. Pemeriksaan suhu rektal merupakan perkiraan yang paling mendekati suhu inti tubuh.
Namun, pada beberapa kasus dapat ditemukan suhu <40⁰C, apabila sudah dilakukan inisiasi pendinginan selama perjalanan atau sudah terjadi mekanisme penguapan. Pasien dapat mengalami takikardi dengan denyut >130 kali/menit. Selain itu, hipotensi juga dapat terjadi. Penurunan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung merupakan respons fisiologis terhadap trauma panas.
Berbagai sistem dalam tubuh dapat mengalami gangguan akibat heat stroke. Dapat terjadi disfungsi pada sistem saraf pusat, berupa penurunan kesadaran, kebingungan, iritabel, hingga koma. Pasien juga dapat datang dengan ataksia, tremor, atau kejang. Pada pemeriksaan mata, dapat terjadi nistagmus dan pemeriksaan pupil yang normal, dilatasi, atau bahkan pin point.
Pada pemeriksaan fisik paru, dapat tampak adanya hiperventilasi dan suara paru tambahan yang disebabkan oleh pneumonia aspirasi atau edema pulmonal. Pada pemeriksaan muskuloskeletal, didapatkan otot yang kaku atau lemah. Pada pemeriksaan renal, dapat terjadi oliguria atau perubahan warna di urine. Sekitar 5% pasien dapat mengalami jaundice dan tanda-tanda gagal hati akut.[1-3,8,11]
Kriteria Diagnosis Heat Stroke
Pada tahun 2016, Japanese Association of Acute Medicine Heat Stroke (JAAM-HS) mendefinisikan pasien heat stroke sebagai pasien yang terpapar suhu lingkungan tinggi, dan memenuhi satu atau lebih kriteria berikut:
- Skor Glasgow Coma Scale (GCS) ≤14
- Kadar kreatinin atau bilirubin total ≥1,2 mg/dL
- Skor DIC (disseminated intravascular coagulation) dari JAAM ≥4
Suhu tubuh tidak termasuk dalam kriteria diagnostik ini, karena secara klinis terdapat pasien yang mengalami heat stroke berat walaupun suhu inti tubuh <40°C.[3,6]
Diagnosis Banding.
Heat stroke dan demam akibat penyakit lainnya harus dapat dibedakan dengan cepat. Setiap penyakit sistemik dengan manifestasi demam dan defisit neurologis dapat dipertimbangkan hanya setelah kemungkinan heat stroke disingkirkan. Keterlambatan diagnosis dan penatalaksanaan dapat secara substansial meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Setelah heat stroke disingkirkan, kondisi berikut ini dapat dipertimbangkan.
Sindrom Neuroleptik Malignan
Sindrom ini merupakan reaksi idiosinkrasi terhadap pengobatan neuroleptik, yang ditandai dengan adanya demam, rigiditas muskular, gangguan status mental, dan disfungsi otonom. Sindrom ini sering kali terjadi setelah penggunaan obat neuroleptik.[8]
Tirotoksikosis
Tirotoksikosis ditandai dengan adanya takikardia atau aritmia atrial, hipertensi sistolik dengan tekanan pulsasi yang lebar, peningkatan suhu, tremor, kelemahan otot, ansietas, dan dapat terjadi gangguan oftalmologi, seperti proptosis atau diplopia.[8]
Meningitis
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Trias klasik meningitis adalah demam, nyeri kepala, dan kaku leher. Tanda dan gejala lain yang dapat timbul adalah nausea, muntah, fotofobia, bingung, iritabel, dan delirium.[8]
Ensefalopati Hepatikum
Ensefalopati hepatikum dapat terjadi pada pasien dengan sirosis hepatis. Ensefalopati ini ditandai dengan adanya gangguan perilaku, gangguan intelektual, dan penurunan status mental.[8]
Intoksikasi Kokain
Pasien dengan intoksikasi kokain biasanya dapat menunjukkan manifestasi gangguan pada sistem saraf pusat, seperti kejang dan penurunan kesadaran serta hipertermia. Takipnea, dispnea, atau gagal napas mungkin terjadi. Pasien dapat mengalami gangguan sirkulasi yang berupa hipertensi atau bahkan cardiac arrest.
Jika riwayat penggunaan kokain tidak diakui, atau pasien mengalami toksisitas yang sedang hingga berat, uji toksikologi dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis ini. Namun, manajemen hipertermia pada intoksikasi kokain juga dapat menggunakan metode yang sama dengan heat stroke.[8]
Pemeriksaan Penunjang
Heat stroke dapat menyebabkan gangguan dalam berbagai sistem, seperti sistem pernapasan, ginjal, liver, dan gangguan elektrolit. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium, pencitraan, dan elektrokardiogram (EKG) dapat membantu dalam manajemen heat stroke.[7,8]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pada pasien heat stroke, antara lain analisis gas darah, kadar glukosa darah, kadar elektrolit, dan pemeriksaan darah lengkap.
Analisis Gas Darah:
Pemeriksaan analisis gas darah dilakukan untuk melihat apakah terdapat alkalosis respiratorik penatalaksanaan akibat stimulasi sistem saraf pusat dan asidosis metabolik akibat asidosis laktat.
Kadar Glukosa Darah:
Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien heat stroke, terutama pada tipe exertional heat stroke.
Kadar Elektrolit:
Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan fosfat. Hipokalemia sering terjadi pada pasien heat stroke. Pada exertional heat stroke dapat ditemukan adanya hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan hiperkalemia karena adanya peningkatan kerusakan otot. Hipernatremia dapat terjadi akibat penurunan intake cairan dan dehidrasi, namun hiponatremia juga dapat terjadi pada kondisi pasien dengan penggunaan diuretik.
Urinalisis:
Warna gelap pada urine dapat mengindikasikan adanya rabdomiolisis dan pemeriksaan mioglobin dalam urine dapat mengonfirmasi hal ini. Rabdomiolisis dapat mengarahkan ke gagal ginjal akut.
Fungsi Liver dan Ginjal:
Pasien yang mengalami heat stroke dapat terjadi trauma pada liver sehingga dapat terjadi peningkatan 10–100 kali enzim aminotransferase dalam waktu 48 jam. Dapat terjadi peningkatan level asam urat, blood urea nitrogen, dan kreatinin apabila sudah terjadi komplikasi gagal ginjal.
Pemeriksaan Darah Lengkap:
Pada pasien dengan heat stroke dapat terjadi peningkatan leukosit hingga 40.000/uL.[7,8]
Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan CT scan kepala dapat membantu untuk menyingkirkan kemungkinan trauma otak pada pasien dengan gangguan status mental. Pemeriksaan Rontgen toraks dapat memperlihatkan gambaran atelektasis, pneumonia, infark paru, atau edema paru.[7,8]
Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan EKG pada pasien heat stroke menunjukkan temuan yang nonspesifik. Abnormalitas gelombang ST-T iskemik dapat terlihat pada pasien heat stroke. Pada beberapa kasus, dapat ditemukan adanya gangguan seperti penghambat cabang berkas kanan atau interval QT memanjang.[7,8]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini