Edukasi dan Promosi Kesehatan Disleksia
Edukasi dan promosi mengenai disleksia atau dyslexia terutama ditujukan terhadap guru dan orang tua. Sebagian besar orang tua dan guru tidak menyadari bawah prestasi akademik yang buruk dari anak adalah akibat disleksia. Biasanya, mereka mengira kesulitan membaca terjadi karena anak malas atau kurang termotivasi belajar. Di sisi lain, banyak orang tua yang menyalahartikan disleksia sebagai disabilitas intelektual. Hal tersebut dapat memberikan efek merugikan terhadap anak.[4]
Edukasi
Edukasi terutama ditujukan kepada orang tua untuk memberikan dukungan kepada anak karena dukungan orang tua akan mempengaruhi luaran intervensi dan mencegah timbulnya komorbiditas gangguan mental lainnya seperti depresi. Penting untuk mengedukasi orang tua bahwa disleksia adalah gangguan yang bersifat neurobiologis yang tidak bisa diatasi hanya dengan memaksa anak untuk belajar dan bukan karena anak malas atau kurang termotivasi.[1]
Guru-guru sekolah dasar (SD) harus dilatih untuk mengenali anak-anak yang mengalami kesulitan belajar dan yang mungkin mengalami disleksia. Meskipun di kebanyakan negara-negara Asia, disleksia belum begitu dikenal.[18]
Promosi Kesehatan dan Pencegahan
Intervensi yang lebih awal berhubungan dengan prognosis yang lebih baik, karena itu sebaiknya dilakukan deteksi dini. Latihan literasi dapat dilakukan semenjak anak berusia 4 tahun. Klinisi sebaiknya bekerja sama dengan guru untuk memperoleh luaran yang lebih baik.[4]
Deteksi Dini
Anak yang berisiko mengalami disleksia bisa dideteksi semenjak usia pra sekolah, meskipun sebagian besar baru terdeteksi ketika kelas 3 SD. Terdapat tanda dan gejala untuk disleksia yang bisa diamati pada anak pra sekolah. Deteksi dini penting karena intervensi untuk disleksia akan lebih efektif bila dilakukan sebelum anak kelas 1 SD. Deteksi dan intervensi dini berhubungan dengan luaran yang lebih baik.[4,19]