Pendahuluan Hemangioma
Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak yang berproliferasi cepat segera setelah lahir dan akan mengalami regresi lambat saat masa kanak-kanak. Hemangioma infantil merupakan bentuk tumor jinak yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Hemangioma terbentuk akibat proliferasi dan hiperplasia dari endotel yang abnormal, dan sel-sel vaskular.[1,2]
Hemangioma dapat terjadi pada kulit maupun permukaan mukosa. Hemangioma paling sering ditemukan pada kepala dan leher, diikuti batang tubuh, dan lebih jarang dijumpai pada ekstremitas. Lesi hemangioma dapat terletak superfisial, dengan ciri berwarna merah terang, atau terletak lebih dalam, dengan warna kebiruan. Hemangioma juga dapat dijumpai ekstrakutan, seperti pada hepar, pankreas, dan vesica urinaria.[3–5]
Hemangioma lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Faktor risiko hemangioma infantil, antara lain kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, atau adanya hipoksia prenatal. Usia ibu yang lebih tua, plasenta previa, dan kehamilan multipel juga meningkatkan risiko terjadinya hemangioma.[3–5]
Diagnosis hemangioma infantil umumnya dapat ditegakkan berdasarkan riwayat klinis, yaitu adanya lesi merah muda, dengan vasokonstriksi atau telangiektasis yang muncul beberapa minggu setelah lahir. Lesi akan mengalami proliferasi sangat cepat pada usia 5–7 minggu, dan berhenti pada usia 5 bulan. Pada usia 1 tahun lesi biasanya memasuki fase involusi, yang ditandai dengan lesi menjadi lebih datar, lembut dan perubahan warna. Fase involusi dapat terjadi bertahap hingga usia 4–5 tahun.[3,4]
Pemeriksaan penunjang, misalnya magnetic resonance imaging (MRI) dapat bermanfaat untuk membedakannya dengan lesi nonvaskular, lesi limfatik, dan bentuk malformasi pembuluh darah lainnya. MRI juga dapat digunakan untuk melihat perluasan lesi. Pada biopsi kulit, dapat ditemukan GLUT-1 dalam jaringan hemangioma.[4,5]
Prognosis hemangioma secara umum cukup baik. Hemangioma infantil umumnya akan mengalami involusi secara spontan, dengan residu yang minimal. Untuk itu, diajukan strategi nonintervensi untuk hemangioma tanpa komplikasi, berupa observasi atau watchful waiting. Walau demikian, tetap diperlukan pemantauan klinis dan stratifikasi risiko hemangioma.[5,6]
Penanganan hemangioma risiko tinggi berupa pemberian medikamentosa seperti propranolol atau prednison, serta tindakan definitif, seperti terapi laser dan pembedahan. Jika terjadi ulserasi, dapat diberikan terapi dengan krim sawar kulit, seperti zinc oxide, salep antibiotik, misalnya mupirocin 2%, dan analgesik misalnya paracetamol.[6,7]
Edukasi terutama diberikan kepada orang tua pasien mengenai perjalanan penyakit hemangioma, sehingga dapat mengurangi kecemasan orang tua. Selain itu, dukungan moral juga perlu diberikan, sebab stigma sosial mengenai hemangioma masih sering dijumpai dari lingkungan.[6,7]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra