Pendahuluan Abrasi Kornea
Abrasi kornea merupakan trauma tumpul pada kornea yang mengenai lapisan epitel sehingga menyebabkan rasa nyeri hebat pada mata. Abrasi kornea dapat disebabkan oleh berbagai mekanisme, seperti trauma langsung, benda asing, lensa kontak, dan erosi berulang.[1-3]
Insidensi terjadinya abrasi kornea di dunia adalah 1,57% setiap tahunnya. Abrasi kornea merupakan salah satu penyebab tersering dari keluhan mata merah, dan menjadi penyebab tersering kondisi mata yang datang ke unit gawat darurat.[1-3]
Abrasi kornea perlu dicurigai apabila pasien datang dengan keluhan nyeri mendadak pada mata, mata berair, sensitif terhadap cahaya, dan terutama terdapat riwayat trauma pada mata. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan eritema konjungtiva, pembengkakan kelopak mata, mata berair, blefarospasme, dan defek kornea. Pemeriksaan fisik disertai dengan eversi kelopak mata dan pemeriksaan tajam penglihatan.[2-5]
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pewarnaan fluorescein, slit lamp biru kobalt atau lampu ultraviolet. CT scan orbita dapat dilakukan bila dicurigai terdapat trauma penetrasi ke bola mata atau benda asing intraokular.[2-5]
Penatalaksanaan abrasi kornea adalah pengambilan benda asing, disertai pemberian obat-obatan analgesik topikal dan antibiotik jika diperlukan. Sikloplegik topikal diberikan bila terjadi spasme otot siliaris atau inflamasi intraokular. Anestetik topikal berpotensi untuk mengatasi nyeri hebat yang tidak terkontrol dengan penggunaan analgesik topikal, tetapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas dan keamanannya.[2-5]
Penggunaan eye patch tidak disarankan untuk abrasi kornea. Namun, safety goggles disarankan pada orang yang berada pada lingkungan yang berisiko, seperti pekerja logam, besi, dan otomotif. Prognosis pasien baik asalkan ditangani segera, sebelum terjadi komplikasi seperti keratitis bakterialis, ulkus kornea, iritis traumatik, dan sindrom erosi berulang.[2-5,7]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini