Pendahuluan Konjungtivitis Neonatal
Konjungtivitis neonatal atau ophthalmia neonatorum didefinisikan sebagai konjungtivitis yang terjadi pada bayi baru lahir dalam 30 hari pertama kehidupan. Beberapa literatur mendefinisikan konjungtivitis neonatal sebagai konjungtivitis dalam 28 hari pertama setelah lahir.[1,2]
Di negara berkembang, seperti Indonesia, konjungtivitis neonatal masih menjadi penyebab signifikan kebutaan kornea pada masa kanak-kanak, utamanya terkait infeksi gonorrhea. Konjungtivitis neonatal akibat infeksi Neisseria gonorrhoeae biasanya didapatkan bayi saat melewati jalan lahir ketika persalinan. Neonatus dengan ibu yang terinfeksi gonorrhea memiliki risiko 30-50% mengalami konjungtivitis gonorrhea. Konjungtivitis gonorrhea yang tidak diterapi dapat menyebabkan perforasi kornea dan kebutaan dalam 24 jam.[2]
Penyebab lain yang lebih sering ditemukan dibandingkan gonorrhea adalah konjungtivitis terkait klamidia. Selain akibat infeksi menular seksual, konjungtivitis neonatal juga bisa disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Streptococcus pneumoniae, rhinovirus, adenovirus, dan virus herpes simpleks.[1-3]
Manifestasi klinis dan masa inkubasi konjungtivitis neonatal bergantung pada etiologinya. Sebagian besar pasien dengan konjungtivitis neonatal akan mengalami keluhan mata merah, keluar sekret pada mata, dan bengkak pada palpebra. Konjungtivitis akibat klamidia biasanya terjadi dalam 5-14 hari setelah persalinan, sedangkan konjungtivitis akibat gonorrhea terjadi dalam 2-7 hari. Konjungtivitis akibat bahan kimia, seperti perak nitrat, biasanya muncul pada hari pertama kehidupan dan menghilang dengan sendirinya dalam 2-4 hari.[4]
Untuk mengidentifikasi gonorrhea, pemeriksaan penunjang dengan pewarnaan Gram dapat dilakukan. Sementara itu, untuk klamidia bisa dilakukan nucleic acid amplification tests, direct immunofluorescence, enzyme-linked immunosorbent assay, dan pewarnaan Giemsa.[5]
Saat ini, bayi baru lahir diberikan salep mata antibiotik profilaksis untuk konjungtivitis. Ini bisa berupa salep erythromycin 0,5%, atau salep tetracycline 1%. Profilaksis diberikan pada kedua mata bayi segera setelah lahir.
Pada neonatus dengan ibu yang mengalami gonorrhea yang belum diterapi, berikan ceftriaxone 25-50 mg/kg injeksi dosis tunggal secara intramuskuler atau intravena. Dosis maksimal adalah 125 mg. Selanjutnya, lakukan skrining untuk infeksi klamidia, sifilis, dan HIV.[1,5]