Diagnosis Sarkoidosis
Penegakan diagnosis sarkoidosis di Indonesia harus dilakukan dengan pemeriksaan histologi melalui biopsi lesi untuk membedakan dari penyakit lain, seperti tuberkulosis paru, di mana kedua kondisi ini dapat memiliki gejala yang serupa.
Kebanyakan kasus sarkoidosis melibatkan paru-paru, sedangkan manifestasi seperti nodul pada jantung, mata sarkoid atau lesi kulit, dapat terjadi pada 30% pasien. Skrining keterlibatan ekstrapulmoner penting dilakukan pada pasien sarkoidosis.
Namun, karena organ paru-paru hampir selalu terkena, maka sebagian besar pasien memperlihatkan gejala yang mengacu kepada sistem pernapasan, seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, dan kelelahan.[1,2]
Proses penegakan diagnosis umumnya melewati beberapa pemeriksaan untuk mengeksklusi kondisi lain, termasuk tuberkulosis paru dan infeksi fungal. Terlebih lagi, di negara-negara endemis tuberkulosis seperti Indonesia, manifestasi klinis-radiologi yang tumpang tindih menciptakan dilema diagnostik yang signifikan. Oleh karena itu, di Indonesia, biopsi dan tes untuk tuberkulosis paru harus selalu dilakukan untuk membedakan sarkoidosis dengan TB paru.[1,2,46]
Referensi
(Konten ini khusus untuk dokter. Registrasi untuk baca selengkapnya)