Pendahuluan Genu Valgum
Genu valgum adalah kelainan pada bentuk ekstremitas bawah dimana terdapat angulasi distal dari lutut ke arah menjauhi midline dengan kedua lutut saling atau hampir menyentuh.
Genu valgum bisa diklasifikasikan sebagai kondisi fisiologis yaitu jika ditemukan pada anak berusia 2–4 tahun dengan derajat kemiringan 10-20 derajat yang kemudian akan membaik setelah berusia 7 tahun dengan derajat kemiringan kurang dari 12 derajat dan jarak antar sendi lutut <8 cm. Selain daripada kondisi fisiologis tersebut, genu valgum adalah keadaan patologis yang sebagian besar berkaitan dengan penyakit lain.[1,2]
Genu valgum dapat terjadi secara idiopatik, ataupun berkaitan dengan kelainan genetik seperti herediter eksostoses multipel dan Down syndrome, maupun keadaan metabolik tulang seperti riketsia defisiensi vitamin D, displasia skeletal, pascatrauma, infeksi, dan tumor pada tulang.[3]
Pasien genu valgum biasanya datang dengan kondisi yang disadari oleh orang tua berupa tungkai bawah di daerah lutut yang tampak miring dan berdekatan antara sisi kanan dan kiri.[1]
Anamnesis dilakukan mengenai usia munculnya gejala, rasa nyeri, dan kondisi kongenital penyerta. Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan tungkai mencakup gaya berjalan, kondisi anatomi dan derajat kemiringan tungkai, serta sudut pergerakan sendi. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bisa berupa rontgen ekstremitas bawah dan pemeriksaan terkait etiologi yang diduga berkaitan.[4,5]
Sebagian besar kasus genu valgum pada usia kurang dari 7 tahun merupakan suatu proses fisiologis dan akan membaik tanpa pengobatan, sehingga dalam periode ini yang dilakukan adalah observasi kondisi tungkai anak. Namun, bila kondisi tersebut semakin memberat setelah berusia 7 tahun apalagi disertai dengan gejala lain seperti nyeri daerah lutut, berkurangnya sudut pergerakan sendi lutut, atau lutut tampak tidak stabil, maka perlu dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut.
Penatalaksanaan lanjut genu valgum meliputi pembedahan korektif sebagai terapi definitif yang bisa dikombinasikan dengan medikamentosa misalnya suplementasi vitamin D pada genu valgum akibat riketsia defisiensi vitamin D atau suplementasi bifosfonat pada kasus osteogenesis imperfekta.[6]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri