Pendahuluan Ankilostomiasis
Ankilostomiasis adalah salah satu infeksi cacing tambang (hookworm) yang disebabkan oleh cacing Ancylostoma sp. Ankilostomiasis biasanya asimptomatik namun dapat timbul dengan gejala gastrointestinal, anemia defisiensi besi, kulit yang gatal akibat cutaneous larva migrans, dan batuk akibat migrasi ke paru-paru.
Terdapat beberapa jenis cacing Ancylostoma yang dapat menginfeksi manusia, yang paling sering adalah Ancylostoma duodenale, Ancylostoma brasiliensis, dan Ancylostoma ceylanicum. Cacing ini merupakan salah satu jenis nematoda usus yang merupakan soil-transmitted helminth (STH).[1-3]
Sebanyak 1,5 milyar orang di dunia pernah terinfeksi cacing. Infeksi cacing juga merupakan salah satu masalah penyakit tropis di Indonesia. Ankilostomiasis umumnya mengenai anak usia sekolah dan pra sekolah.[1,3,16]
Diagnosis ankilostomiasis sering kali terlewatkan karena gejala klinis yang kurang jelas, bahkan terkadang asimtomatik. Tanda dan gejala ankilostomiasis juga berbeda-beda sesuai fase infeksi, yaitu fase invasi, migrasi, dan infektif.
Kecurigaan terhadap ankilostomiasis kemudian dapat dikonfirmasi dengan melakukan pemeriksaan feses lengkap dan diagnosis dapat ditegakkan bila ditemukan telur atau cacing dewasa. Pemeriksaan feses lengkap dianggap sebagai metode diagnosis baku emas pada infeksi cacing, namun metode diagnostik lain juga dapat dilakukan tergantung pada gejala yang dialami pasien.[1,2,6,7]
Penatalaksanaan utama ankilostomiasis adalah dengan pemberian obat antelmintik, seperti mebendazole dan albendazole. Tata laksana lain dapat diberikan sesuai dengan kondisi klinis pasien. Peningkatan sanitasi dan upaya preventif dengan memberikan obat cacing secara rutin juga sangat penting dilakukan.[2,6,8-11]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja