Edukasi dan Promosi Kesehatan Askariasis
Edukasi pada askariasis terutama perlu ditekankan untuk upaya pencegahan. Sebab, mayoritas pasien askariasis akan mengalami reinfeksi. Menjaga higienitas, misalnya dengan mencuci tangan, memasak makanan hingga matang, dan tidak membuang tinja sembarangan, merupakan beberapa langkah sederhana yang dapat diterapkan untuk mencegah transmisi askariasis.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien perlu mencakup pencegahan reinfeksi. Diperkirakan, 80% pasien askariasis akan mengalami reinfeksi
Langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan, antara lain:
- Mencuci tangan dengan sabun dan air hangat sebelum memegang makanan
- Mengajarkan pada anak pentingnya mencuci tangan untuk mencegah terjadinya infeksi dan reinfeksi
- Selalu cuci, kupas, dan masak dengan matang sayuran atau buah sebelum dimakan, khususnya sayuran dan buah yang ditanam dengan pupuk feses manusia
- Hindari bermain di tanah yang dekat dengan tempat pembuangan tinja atau jamban, gunakan alas kaki, dan jangan memasukkan tangan kedalam mulut apabila ada kontak dengan tanah yang berpotensi mengandung telur askaris[2]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, pengendalian faktor risiko cacingan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan.[10]
Menjaga Kebersihan Perorangan
Mencuci tangan pada saat-saat penting yaitu cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan air dan sabun. Cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting, yaitu sebelum makan, setelah ke jamban, sebelum menyiapkan makanan, setelah menceboki anak, dan sebelum memberi makan anak. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi.
Pasien disarankan untuk mengonsumsi air yang memenuhi syarat untuk diminum, dan mencuci dan memasak bahan pangan sebelum dimakan.
Pasien diminta mandi dan membersihkan badan pakai sabun paling sedikit dua kali sehari, memotong dan membersihkan kuku, memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah.
Selain itu, biasakan menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari makanan tersebut. Tidak hanya mencegah askariasis, menjaga kebersihan perorangan juga membantu pencegahan penyakit lainnya, misalnya gastroenteritis dan tifoid.[10]
Menjaga Kebersihan Lingkungan
Berikan edukasi agar pasien buang air besar di jamban, jangan membuang tinja dan sampah di sungai, membuat saluran pembuangan air limbah, membuang sampah pada tempat sampah, serta menjaga kebersihan rumah, sekolah/madrasah dan lingkunganya.[1,10]
Kontrovesi Pemberian Terapi Empirik Deworming
Terapi empirik dewarming merupakan pemberian antelmintik sebagai upaya menurunkan infeksi soil-transmitted helminths (STH) pada daerah endemis. Pemberian obat secara massal bertujuan untuk memutus rantai hidup parasit. Namun, deworming tidak dapat menghentikan parasit seluruhnya, sehingga risiko reinfeksi masih tinggi.
Menurut World Health Organization (WHO), pengobatan massal sebenarnya tidak begitu bermanfaat pada tingkat populasi. Namun, WHO masih menerapkan metode ini pada area endemis, karena bukti klinis mendukung bahwa anak-anak yang terinfeksi parasit akan mendapatkan keuntungan dari deworming.
Rekomendasi dari WHO adalah melakukan pengobatan berkala dengan jarak 6 atau 12 bulan. Pengulangan pengobatan harus berdasarkan prevalensi infeksi cacing di daerah masing-masing. Daerah dengan prevalensi di atas 50%, atau disebut prevalensi tinggi, perlu mengulang pengobatan setiap 12 bulan. Pada daerah dengan prevalensi di bawah 20%, pengobatan ulang tidak perlu dilakukan.[15,16]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra