Pendahuluan Gangguan Kepribadian Narsistik
Gangguan kepribadian narsistik termasuk dalam gangguan kepribadian klaster B, ditandai dengan perasaan kebesaran yang pervasif dalam fantasi maupun perilaku, kebutuhan mendapatkan pujian, kurangnya empati, dan perasaan iri hati yang kronis. Gangguan ini merupakan 1 dari 10 gangguan kepribadian yang diakui dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 (DSM-5) dari American Psychiatric Association.[1,2]
Etiologi gangguan kepribadian ini bersifat multifaktorial. Ada studi yang menyatakan bahwa gangguan ini mungkin berhubungan dengan predisposisi genetik, sementara studi lain menyatakan bahwa gangguan ini berhubungan dengan faktor lingkungan, psikologis, dan keadaan sosial saat masa kanak-kanak. Namun, hingga saat ini etiologi dan patofisiologinya belum diketahui dengan pasti.[1,2]
Diagnosis gangguan kepribadian narsistik ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis yang terdapat dalam DSM-5, yakni adanya rasa kepentingan diri yang grandiose, fantasi tentang kesuksesan atau hal-hal besar lainnya, kebutuhan berlebihan untuk mendapatkan pujian, perasaan bahwa dirinya unik, kurangnya empati, serta beberapa kriteria lainnya. Selain itu, diagnosis juga dapat ditegakkan berdasarkan kriteria dari International Classification of Diseases ke-10 (ICD-10).[1-3]
Gangguan kepribadian narsistik sering ditemukan bersama gangguan mental lain dan sering kali berhubungan dengan gangguan fungsional atau disabilitas psikososial yang signifikan. Tata laksana yang direkomendasikan adalah psikoterapi seperti psikoanalisis dan psikoterapi kelompok. Farmakoterapi biasanya hanya ditujukan untuk komorbiditas psikologis lainnya karena tidak ada farmakoterapi spesifik untuk gangguan ini.[1-3]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur