Peran Vitamin B Kombinasi Vs Vitamin B12 dalam Penanganan Neuropati

Oleh :
dr. Ade Wijaya SpN

Vitamin B telah sering digunakan dalam penanganan neuropati perifer. Namun, manakah yang lebih efektif, vitamin B kombinasi atau vitamin B12? Vitamin B merupakan substansi yang penting untuk berbagai fungsi di dalam tubuh manusia. Khususnya vitamin B1, B6, dan B12 yang berperan penting dalam fungsi sistem saraf, baik saraf pusat maupun saraf perifer. Oleh karena itu, ketiga jenis vitamin B ini dikenal sebagai vitamin neurotropik.[1]

Peran Vitamin B dalam Regenerasi Sistem Saraf

Defisiensi vitamin neurotropik telah dikaitkan dengan beberapa kondisi neurologis, seperti ensefalopati Wernicke, depresi, beriberi, kejang, degenerasi medula spinalis, hingga neuropati perifer. Bahkan dalam kondisi neurologis di mana tidak ada kekurangan vitamin B, pemberian suplemen vitamin B telah terbukti dapat memperbaiki gejala.[1]

Black,And,White.asian,Orthopaedic,Doctor,Doing,Physical,Examination,In,The

Mekanisme Kerja Vitamin B1

Vitamin B1 (tiamin) memiliki fungsi utama dalam metabolisme energi seluler. Vitamin ini menjadi kofaktor esensial untuk mengkonversi karbohidrat menjadi energi, yang diperlukan oleh sel-sel saraf. Secara lebih rinci, tiamin berperan penting pada jalur biokimia pembentukkan energi pada siklus asam sitrat. Proses ini menghasilkan energi untuk berbagai proses seler dan reaksi pada sistem saraf.

Oleh karenanya, tiamin berperan penting untuk mempertahankan membran sel saraf (selubung mielin). Tiamin membantu pembentukan mielin dan beberapa neurotransmiter, seperti asetilkolin dan serotonin. Selain itu, tiamin juga memiliki fungsi sebagai antioksidan.[1]

Mekanisme Kerja Vitamin B6

Vitamin B6 (piridoksin) memiliki peran penting dalam sintesis neurotransmiter, seperti dopamin, serotonin, dan asam gamma aminobutirat (GABA). Piridoksin memiliki fungsi neuroprotektif terkait kemampuannya untuk mengatur sistem glutamatergik. Di dalam sel, vitamin ini akan mengalami fosforilasi menjadi bentuk aktif yang berperan pada metabolisme protein dan asam amino, serta menjadi kofaktor pada sintesis sfingolipid yang penting dalam pembentukan mielin.[1]

Mekanisme Kerja Vitamin B12

Vitamin B12 (kobalamin) memiliki peran esensial sebagai koenzim pada berbagai proses biokimia, yang mempertahankan atau mengembalikan fungsi sistem saraf. Kobalamin terutama berperan dalam sintesis asam nukleat, oligodendrosit, dan mielin.[1]

Bentuk Vitamin B12 Sianokobalamin Vs Metilkobalamin

Untuk pencegahan maupun pengobatan neuropati, terdapat 4 bentuk vitamin B12 (kobalamin) yang tersedia di pasar,  yaitu sianokobalamin, metilkobalamin, hidroksikobalamin, dan adenosilkobalamin. Di Asia sendiri, vitamin B12 yang paling banyak tersedia adalah bentuk sianokobalamin dan metilkobalamin.[2]

Setelah masuk ke dalam tubuh, kobalamin maupun sianokobalamin akan dimetabolisme dan dipecah menjadi varian koenzim metilkobalamin dan adenosilkobalamin. Penting untuk dipahami bahwa asupan langsung bentuk koenzim sebenarnya tidak lebih menguntungkan, karena bentuk ini tetap harus diubah menjadi struktur inti kobalamin sebelum kemudian disusun kembali menjadi koenzim aktif di dalam tubuh.[1,2]

Studi oleh Obeid et al (2015) melaporkan bahwa proses kimia, fisiologi, dan biokimia metilkobalamin dan adenosilkobalamin mengikuti rute pemrosesan intraseluler yang sama dengan sianokobalamin. Oleh karena itu, penggunaan bentuk koenzim metilkobalamin dan adenosilkobalamin sepertinya tidak akan memberikan keuntungan dibandingkan dengan sianokobalamin.[2]

Pada dosis terapetik rendah untuk pengobatan atau pencegahan defisiensi vitamin B12, semua bentuk kobalamin tampaknya tidak memiliki perbedaan yang konsisten dan bermakna dalam hal penyerapan maupun efek klinis obat.[2]

Peran Vitamin B Kombinasi Vs Vitamin B12

Vitamin B kompleks terdiri dari tiga vitamin neurotropik, yaitu vitamin B1, B6, dan B12.  Berdasarkan konsensus panel multidisiplin tahun 2023, vitamin B kombinasi direkomendasi secara klinis untuk tata laksana neuropati perifer, baik yang disebabkan oleh karena penyakit metabolik, penggunaan obat-obatan, maupun defisiensi nutrisional.[3]

Selain itu,  vitamin B kombinasi juga direkomendasikan untuk diberikan untuk populasi dengan risiko tinggi neuropati perifer, seperti individu berusia >50 tahun, penderita diabetes mellitus, penderita tuberkulosis atau HIV, individu dalam terapi metformin atau isoniazid, dan penderita penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.[3]

Sementara itu, konsensus farmasi tahun 2024 menyatakan vitamin B kombinasi memiliki efek sinergistik. Selain itu, penggunaan vitamin B kombinasi dapat meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien jika dibandingkan dengan penggunaan vitamin B1, B6, dan B12 secara terpisah.[4]

Efek Sinergistik Vitamin B Kombinasi

Efek sinergistik vitamin B kombinasi diduga karena setiap vitamin B memiliki mekanisme atau peran kerja yang berbeda, misalnya vitamin B1 memiliki efek antioksidan, vitamin B6 memiliki efek neuroprotektif, dan vitamin B12 untuk regenerasi mielin.[1,4]

Studi in vitro pada hewan coba oleh Fujii et al (1996) melaporkan bahwa kombinasi vitamin B neurotropik dengan dosis tinggi meningkatkan pertumbuhan saraf pada radiks ganglion dorsalis tikus (mice). Pertumbuhan saraf ini terjadi lebih baik pada tikus yang diberikan vitamin B kombinasi daripada suplementasi vitamin B secara terpisah.[5]

Studi pada hewan coba lainnya dilakukan oleh Al-Saaeed et al (2019). Studi ini melaporkan bahwa vitamin B12 saja atau kombinasi dengan vitamin B1 dan B6 memiliki efek regenerasi sel saraf yang lebih kuat jika dibandingkan pemberian vitamin B1 atau B6 saja. Efek regenerasi ini terjadi pada saraf perifer tikus (rat) yang mengalami kerusakan.[6]

Keamanan Vitamin B Kombinasi

Walaupun vitamin B larut dalam air, penyalahgunaan vitamin dapat menyebabkan hipervitaminosis dan gejala toksisitas, seperti hipersensitivitas kulit, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan hiperurisemia.[4]

Studi melaporkan bahwa vitamin B kombinasi memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada penggunaan vitamin B dosis tinggi secara terpisah.[1,4]

Kesimpulan

Vitamin B merupakan substansi yang sangat penting dalam berbagai fungsi tubuh manusia. Vitamin B neurotropik, yang terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12, berperan penting dalam proses regenerasi sel saraf, baik saraf pusat maupun saraf perifer. Berbagai bukti klinis menunjukkan efektivitas vitamin B, khususnya pada kasus neuropati perifer.

Pemberian kobalamin dalam bentuk sianokobalamin ataupun metilkobalamin tidak memiliki perbedaan yang bermakna dalam hal penyerapan obat maupun efek klinis obat. Oleh karena itu, pemberian bentuk koenzim metilkobalamin tidak akan memberikan keuntungan daripada pemberian sianokobalamin (struktur inti vitamin B12).

Berdasarkan studi, penggunaan vitamin B kombinasi tampaknya lebih menguntungkan daripada masing-masing vitamin B secara terpisah. Vitamin B kombinasi memiliki efek sinergistik dan dapat meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien. Selain itu, vitamin B kombinasi memiliki risiko toksisitas yang lebih rendah daripada pemberian vitamin B secara terpisah.

Referensi