Potensi transmisi COVID-19 melalui air mata dan sekret konjungtiva telah diketahui. Namun, belum sepenuhnya dipahami dan diwaspadai oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat umum, sehingga protokol kesehatan untuk proteksi mata sering terlalaikan. Bagaimanakah patofisiologi penularan COVID-19 melalui air mata dan sekret konjungtiva? Apakah yang dapat dilakukan untuk mencegah transmisi tersebut?
Penularan Virus SARS-CoV-2 Melalui Konjungtiva
Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global. Walaupun transmisi utama COVID-19 melalui saluran pernafasan, tetapi tidak jarang ditemukan gejala okular pada pasien. Konjungtiva dapat menjadi rute transmisi COVID-19.[1-3]
Virus SARS-CoV-2 mengikat reseptor angiotensin-converting enzym (ACE2) untuk dapat masuk ke dalam sel. Reseptor ACE2 banyak terdapat di paru-paru, jantung, saluran gastrointestinal, dan ginjal. Sedangkan konjungtiva memiliki reseptor ACE2 dalam jumlah kecil, tetapi posisinya mudah terpapar oleh droplet atau tangan yang terkontaminasi.[1-3]
Selain itu, membran mukosa okular berhubungan dengan nasofaring melalui punctum dan duktus nasolakrimalis, sehingga virus dapat berjalan dari konjungtiva ke paru-paru, sebaliknya dari paru-paru ke konjungtiva.[1-3]
Penelitian Mahmoud et al mendeteksi hasil positif RT-PCR swab konjungtiva pada 3 (30%) dari 10 pasien dengan manifestasi okular, dan 5 (27,78%) dari 18 pasien tanpa manifestasi okular. Sehingga disimpulkan bahwa transmisi SARS-CoV-2 melalui air mata dan sekret konjungtiva tetap dapat terjadi walaupun pasien COVID-19 tidak menunjukkan manifestasi okular.[5]
Gejala Okular COVID-19
Penelitian Qiao et al menyebutkan bahwa 1/3 tenaga kesehatan mata terinfeksi COVID-19 selama pandemi ini. Hal ini berhubungan dengan jarak pemeriksaan dengan pasien yang dekat, sehingga terpapar virus dari air mata dan sekret konjungtiva.[1-3]
Penelitian meta analisis yang dilakukan Chen et al menunjukkan bahwa prevalensi manifestasi okular pada pasien COVID-19 adalah 11,3%. Empat gejala mata terbanyak adalah konjungtivitis folikular, mata merah, mata berair, dan ocular discharge. Sebanyak 3,3% pasien menunjukkan manifestasi okular sebagai prodromal, yang muncul terlebih dahulu sebelum gejala lainnya.[4]
Pada penelitian Mahmoud et al, ditemukan gejala mata tersering pada pasien COVID-19 adalah konjungtivitis folikular, perdarahan subkonjungtiva, dan conjunctival hyperemia. Sepuluh pasien (35,71%) dari 28 pasien COVID-19 yang telah terkonfirmasi RT PCR swab nasofaring memiliki manifestasi okular.[5]
Penelitian oleh Wu et al menemukan bahwa pasien dengan manifestasi okular memiliki kadar neutrofil, procalcitonin, C-reactive protein, dan dehidrogenase laktat yang lebih tinggi daripada pasien tanpa manifestasi okular. Selain itu, pasien pneumonia berat secara signifikan lebih sering disertai manifestasi okular dibandingkan pneumonia derajat ringan-sedang.[12]
Pemeriksaan PCR dengan Sampel Air Mata dan Sekret Konjungtiva
Telah banyak penelitian terkait pemeriksaan reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) dengan sampel air mata dan sekret konjungtiva. Spesimen air mata diambil menggunakan kertas Schirmer, sedangkan sekret konjungtiva diambil dengan swab konjungtiva menggunakan kapas nilon steril selama 10 detik.[5-7]
Pada penelitian Hagene et al, hasil positif RT-PCR swab konjungtiva pada pasien COVID-19 ditemukan sebesar 55,3% (21 dari 38 pasien). Sedangkan pada penelitian Mahmoud et al sebesar 28,57% (8 dari 28 pasien).[5,7]
Penelitian Arora et al membandingkan 3 metode pengambilan spesimen pada pasien COVID-19 derajat sedang-berat, yaitu kelompok 1 menggunakan swab konjungtiva dan kertas Schirmer, kelompok 2 menggunakan swab konjungtiva, sedangkan kelompok 3 menggunakan kertas Schirmer saja. Hasil viral load paling rendah ditemukan pada kelompok 3 (9,3%), sedangkan kelompok 1 sama besar dengan kelompok 2 (14,7%). Hal ini menunjukkan bahwa swab konjungtiva tanpa pemeriksaan Schirmer baik untuk mendeteksi SARS-CoV-2 pada mata.[6]
Ketentuan Pemeriksaan PCR dengan Sampel Air Mata dan Sekret Konjungtiva
Beberapa penelitian yang mempelajari pemeriksaan RT-PCR dengan sampel air mata dan sekret konjungtiva memberikan hasil sebagai berikut:
- Hasil positif ditemukan paling tinggi pada hari ke-4 sampai ke-9 sejak gejala muncul
- Hasil positif menurun setelah minggu ke-2
- Hasil positif tetap dijumpai selama lebih dari 2 minggu, walaupun hasil swab nasofaring telah negatif[6-11]
Kesimpulan
SARS CoV-2 terdeteksi pada air mata dan sekret konjungtiva pasien COVID-19, baik dengan tanpa gejala okular. Walaupun persentase positive rate RT-PCR swab konjungtiva lebih kecil dibandingkan swab nasofaring, tetapi potensi transmisi SARS CoV-2 melalui air mata dan sekret konjungtiva tetap perlu diwaspadai.
Manifestasi okular bisa muncul lebih awal dibandingkan gejala COVID-19 lainnya. Oleh karena itu, para tenaga kesehatan perlu mewaspadainya dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) yang lengkap, termasuk goggle dan face shield, saat menghadapi pasien COVID-19. Sedangkan masyarakat harus terus diberikan edukasi untuk sering mencuci tangan, terutama sebelum menyentuh area mata dan wajah.