Red flag atau tanda bahaya pada pasien yang mengalami kenaikan berat badan yang tidak disengaja atau unintentional weight gain perlu diketahui oleh dokter karena kondisi ini mungkin disebabkan oleh etiologi yang lebih serius. Berbeda dengan obesitas yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi, pasien dengan unintentional weight gain mengalami kenaikan berat badan tanpa menambah porsi makanan maupun mengurangi aktivitas fisik.[1]
Berat badan dapat diartikan sebagai berat total komposisi tubuh, seperti tulang, otot, organ tubuh, cairan tubuh, dan jaringan lemak. Perubahan pada komponen-komponen tersebut berpengaruh pada kenaikan ataupun penurunan berat badan. Dokter perlu mengidentifikasi etiologi yang mendasari agar dapat memberi terapi yang sesuai.[2-4]
Sekilas tentang Etiologi Kenaikan Berat Badan yang Tidak Disengaja
Kenaikan berat badan wajar terjadi pada kehamilan, menopause, atau penggunaan obat tertentu, seperti kontrasepsi oral, antipsikotik, antidepresan, dan kortikosteroid. Sementara itu, kenaikan berat badan tidak wajar terjadi akibat penyakit tertentu, seperti gagal jantung, penyakit ginjal atau hepar, hipotiroidisme, polycystic ovarian syndrome (PCOS), sindrom Cushing, dan insulinoma.[4,5-8]
Pasien dengan gagal jantung, penyakit ginjal, dan penyakit hepar mengalami kenaikan berat badan akibat akumulasi cairan interstitial di jaringan atau di organ. Sementara itu, pasien hipotiroidisme mengalami kenaikan berat badan akibat penurunan metabolisme basal dan retensi cairan.[9-12]
Pasien PCOS mengalami kenaikan berat badan akibat peningkatan hormon androgen dan hiperinsulinemia. Hal serupa juga terjadi pada pasien insulinoma yang mengalami hiperinsulinemia. Sementara itu, pasien sindrom Cushing mengalami kenaikan berat badan akibat tingginya kadar hormon kortisol endogen maupun eksogen.[9-12]
Red Flag Kenaikan Berat Badan yang Tidak Disengaja
Beberapa red flag atau tanda bahaya yang penting untuk dikenali pada pasien dengan kenaikan berat badan yang tidak disengaja adalah:
- Onset kenaikan berat badan sangat cepat
Hipoglikemia berulang, rasa lapar tidak terkendali
- Nyeri abdomen
- Pembesaran kelenjar tiroid
- Konstipasi
- Intoleransi terhadap cuaca dingin
- Gangguan menstruasi
- Gangguan mood
- Moon face
- Perubahan rambut seperti penipisan atau hirsutisme
- Perubahan kulit seperti acne atau memar
- Tanda gangguan organ (jantung, hepar, atau ginjal), seperti dyspnea, palpitasi, nyeri dada, ascites, caput medusae, edema perifer[8,13-19]
Sekilas tentang Manajemen Kenaikan Berat Badan yang Tidak Disengaja
Manajemen pasien dengan red flag kenaikan berat badan yang tidak disengaja dimulai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang terarah untuk menentukan etiologi dan tata laksana yang cocok.
Anamnesis
Dokter perlu menanyakan asupan kalori pasien dan gaya hidup. Selain itu, tanyakan apakah onset kenaikan berat badan terjadi secara bertahap atau mendadak, berapa besarkah kenaikan berat badan, dan apakah distribusinya sentral atau perifer.[8,20]
Tanyakan juga gejala penyerta yang mengarah pada etiologi yang dicurigai, seperti sesak napas, palpitasi, pembengkakan tungkai, konstipasi, intoleransi terhadap cuaca dingin, rasa lapar, perubahan rambut dan kulit, serta gangguan mood. Dokter juga perlu menanyakan riwayat gangguan menstruasi, riwayat obat-obatan yang digunakan, dan riwayat obesitas.[8,20]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan tanda vital, cari ada tidaknya hipertensi dan abnormalitas denyut nadi. Setelah itu, cari tanda-tanda klinis lain sesuai etiologi yang dicurigai, seperti distensi vena jugularis, suara jantung dan paru yang abnormal, pembesaran kelenjar tiroid, moon face, fat pad di dorsal leher, hirsutisme, acne, organomegali di abdomen, ascites, caput medusae, dan edema perifer.[8,13,15,17,19]
Edema perlu diperiksa lokasinya apakah unilateral atau bilateral, apakah ada pitting, apakah ada nyeri tekan, dan apakah ada perubahan warna kulit. Hal ini bertujuan untuk membedakan edema yang disebabkan akumulasi cairan dan edema yang disebabkan oleh selulitis dan deep vein thrombosis (DVT).[8]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai perkiraan etiologi berdasarkan temuan klinis dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Contoh pemeriksaan yang mungkin diperlukan adalah glukosa darah, tes fungsi ginjal, tes fungsi hepar, rontgen toraks, pemeriksaan hormon tiroid, dan pemeriksaan hiperkortisolisme.[14,19-20]
Tata Laksana
Umumnya, pasien dengan tanda-tanda bahaya yang disebutkan di atas perlu dirujuk ke dokter spesialis terkait karena memiliki etiologi yang kompleks, seperti gagal jantung, penyakit ginjal kronis, sirosis hepatis, PCOS, sindrom Cushing, atau hipotiroidisme. Namun, dokter di fasilitas kesehatan primer perlu melakukan terapi awal sesuai standar kompetensi, misalnya memberikan diuretik untuk pasien gagal jantung dengan overload cairan.[8,9]