Defisiensi mikronutrien pada kehamilan dapat memberi dampak buruk bagi ibu dan janin. Dampak jangka pendek dari defisiensi mikronutrien antara lain anemia, abortus, lahir mati, kelahiran preterm, berat badan lahir rendah, dan malformasi kongenital. Dalam jangka panjang, defisiensi ini dapat berdampak pada gangguan tumbuh kembang dan gangguan sistem imun anak. [1]
Pada negara dengan pendapatan rendah dan menengah atau negara berkembang, seperti Indonesia, banyak ibu hamil memiliki kualitas diet yang buruk dan mengalami defisiensi nutrien. Mikronutrien adalah vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi tubuh yang normal. [1]
Data Epidemiologi Defisiensi Mikronutrien pada Kehamilan
Penelitian pada tahun 2014 di Jakarta yang melibatkan 143 ibu hamil menunjukkan masih banyaknya defisiensi mikronutrien pada kehamilan. Dalam studi ini, ditemukan bahwa asupan mikronutrien zat besi, zinc, kalsium, vitamin D, asam folat, dan vitamin B 12 pada > 75% sampel tidak mencapai angka Recommended Daily Allowance (RDA). [2]
Penelitian lain di Nepal oleh Jiang et al menemukan bahwa terdapat > 80% sampel studi memiliki > 2 defisiensi mikronutrien. Hal ini terutama ditemukan pada trimester pertama. [3]
Rekomendasi Asupan Mikronutrien Selama Kehamilan
Suplemen mikronutrien yang direkomendasikan secara luas di semua negara untuk ibu hamil adalah zat besi dan asam folat. Pada beberapa area yang spesifik, vitamin A, vitamin D, kalsium, dan iodin juga direkomendasikan. Pilihan suplementasi mikronutrien dalam kehamilan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. [4]
Berikut adalah jenis mikronutrien dan rekomendasi asupan harian untuk ibu hamil yang disadur dari rekomendasi WHO dan gabungan untuk negara dengan pendapatan rendah dan menengah:
- Vitamin A : 800 mcg
- Vitamin B6 : 1,9 mg
- Vitamin B12 : 2,6 mcg
- Asam folat : 600 mcg
- Vitamin C : 55 mg
- Vitamin D : 200 IU
- Vitamin E : 15 mg
- Tembaga (copper) : 1150 mcg
- Iodin : 250 mcg
- Zat besi : 27 mg
- Selenium : 60 mcg
- Zink : 10 mg [5,6]
Perlu dicatat bahwa kebutuhan ini dapat berbeda pada berbagai kondisi klinis, misalnya pada kondisi anemia atau hiperemesis gravidarum, terutama pada pemberian vitamin B6.
Suplemen Mikronutrien Tunggal VS Multipel
Dalam rekomendasinya, WHO tidak merekomendasikan penggunaan suplemen mikronutrien multipel untuk tujuan peningkatan kualitas maternal dan perinatal. [7] Namun, mengombinasikan multipel mikronutrien ke dalam satu suplemen dianggap praktisi medis sebagai cara yang cost-effective untuk mendapatkan berbagai keuntungan sekaligus pada wanita hamil. Mikronutrien diketahui akan berinteraksi dan dapat menghasilkan efek yang lebih baik jika diberikan sebagai suplemen multipel dibandingkan suplemen nutrisi tunggal. Walaupun begitu, perlu diingat bahwa interaksi antar mikronutrien juga dapat menghambat absorpsi mikronutrien lainnya.
Tinjauan Cochrane terbaru yang diterbitkan pada Maret 2019, menemukan beberapa keuntungan dari suplemen mikronutrien multipel dibandingkan dengan suplemen zat besi dan asam folat saja. Keuntungan tersebut antara lain:
- Menurunkan jumlah bayi yang lahir dengan berat badan < 2500 gram
- Menurunkan jumlah bayi yang kecil berdasarkan massa kehamilan
- Menurunkan jumlah bayi yang lahir pada usia gestasi < 37 minggu
Meskipun demikian, suplemen multipel tidak ditemukan memberikan keuntungan ataupun risiko terhadap angka mortalitas ibu dan bayi, anemia ibu hamil trimester 3, kejadian abortus, perlunya dilakukan sectio caesarea, dan anomali kongenital. [8]
Suplementasi mikronutrien relatif aman dikonsumsi karena hampir tidak memiliki efek samping. Meskipun Sudfelt, et al mengkhawatirkan adanya kemungkinan peningkatan risiko kematian neonatus pada ibu yang mengonsumsi suplemen mikronutrien. Hasil studi yang ada menyangkal hal ini. [8,9]
Kesimpulan
Defisiensi mikronutrien dapat menyebabkan dampak buruk bagi ibu dan bayi, seperti abortus, lahir mati, berat badan lahir rendah, dan malformasi kongenital. Data epidemiologi menunjukkan bahwa ibu hamil di negara berkembang, seperti Indonesia, lebih rentan mengalami defisiensi mikronutrien karena pola diet yang buruk.
Tinjauan Cochrane yang diterbitkan di awal tahun 2019 menyebutkan bahwa suplementasi mikronutrien multipel mampu menurunkan jumlah bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah, kecil berdasarkan massa kehamilan, dan kelahiran preterm dibandingkan suplementasi mikronutrien tunggal. Tidak ada efek samping berbahaya yang ditemukan akibat penggunaan suplemen mikronutrien.