Terapi Oksigen Jangka Panjang Selama 24 vs 15 Jam Sehari pada Hipoksemia Berat – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Vania Azalia Gunawan

Long-Term Oxygen Therapy for 24 or 15 Hours per Day in Severe Hypoxemia

Ekström M, Andersson A, Papadopoulos S, et al; REDOX Collaborative Research Group. New England Journal of Medicine. 2024; 391(11):977-988. doi: 10.1056/NEJMoa2402638.

studilayak

Abstrak

Latar Belakang: Terapi oksigen jangka panjang selama minimal 15 jam/hari telah dilaporkan dapat memperpanjang kesintasan pasien dengan hipoksemia berat. Sebuah studi perbandingan nonacak merekomendasikan terapi oksigen jangka panjang untuk digunakan selama 24 jam/hari, sebuah rejimen yang lebih membebani.

Metode: Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa terapi oksigen jangka panjang, yaitu yang digunakan selama 24 jam/hari, tidak menghasilkan risiko rawat inap atau kematian yang lebih rendah dalam 1 tahun dibandingkan terapi selama 15 jam/hari. Peneliti melakukan uji klinis acak terkontrol multisenter. Uji klinis ini melibatkan pasien yang memulai terapi oksigen untuk hipoksemia kronis dan berat saat istirahat.

Para pasien secara acak dibagi untuk menerima terapi oksigen jangka panjang selama 24 jam atau 15 jam per hari. Luaran primer, yang dinilai melalui analisis time-to-event, adalah kombinasi antara rawat inap atau kematian akibat penyebab apa pun dalam waktu 1 tahun. Luaran sekunder mencakup komponen individu dari luaran primer yang dinilai pada 3 dan 12 bulan.

Hasil: Antara 18 Mei 2018 dan 4 April 2022, sebanyak 241 pasien secara acak dibagi untuk menerima terapi oksigen jangka panjang selama 24 jam/hari (117 pasien) atau 15 jam/hari (124 pasien). Tidak ada pasien yang loss to follow-up. Setelah 12 bulan, median durasi terapi oksigen harian yang dilaporkan pasien adalah 24,0 jam pada kelompok 24 jam dan 15,0 jam pada kelompok 15 jam.

Risiko rawat inap atau kematian dalam waktu 1 tahun pada kelompok 24 jam tidak lebih rendah daripada kelompok 15 jam (angka rata-rata kejadian, 124,7 dan 124,5 per 100 tahun-orang, berturut-turut; hazard ratio 0,99; P=0,007). Kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam insiden rawat inap, kematian, maupun efek samping.

Kesimpulan: Di antara pasien dengan hipoksemia berat, terapi oksigen jangka panjang yang diberikan selama 24 jam/hari tidak menghasilkan risiko lebih rendah untuk rawat inap atau kematian dalam waktu 1 tahun dibandingkan terapi selama 15 jam/hari.

Close-up,Side,View,Shot,Of,Young,Asian,Woman,Wearing,Nasal

Ulasan Alomedika

Terapi oksigen jangka panjang telah dilaporkan dapat meningkatkan kesintasan dan kualitas hidup pasien hipoksemia dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan sering diresepkan untuk pasien dengan penyakit paru kronik hipoksemia lainnya. Durasi pemberian terapi oksigen jangka panjang merupakan masalah yang penting secara klinis karena dapat menimbulkan beban dan keterbatasan yang tidak perlu bagi pasien.

Pedoman saat ini menyatakan bahwa penggunaan selama 24 jam/hari menghasilkan kesintasan yang lebih baik dibandingkan 15 jam/hari. Namun, hal ini didasarkan pada studi perbandingan yang tidak dilakukan secara acak dan memiliki potensi bias. Penelitian ini dilakukan untuk menilai apakah terapi oksigen jangka panjang yang digunakan selama 24 jam/hari tidak mengurangi risiko rawat inap atau kematian dari penyebab apapun dalam waktu 1 tahun bila dibandingkan terapi 15 jam/hari.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain uji klinis acak terkontrol, berbasis register, dan melibatkan multisenter. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi durasi terapi oksigen jangka panjang pada pasien dengan hipoksemia berat. Penelitian ini membandingkan penggunaan oksigen selama 24 jam/hari dengan 15 jam/hari untuk melihat pengaruhnya terhadap risiko rawat inap atau kematian dalam 1 tahun.

Populasi penelitian adalah pasien yang berusia ≥18 tahun dengan hipoksemia berat (PaO2 <55 mmHg atau SpO2 <88%). Sebanyak 241 pasien diikutsertakan, kemudian dibagi secara acak menjadi 2 kelompok, yakni 117 pasien dalam kelompok 24 jam dan 124 pasien dalam kelompok 15 jam. Kelompok yang mendapatkan terapi oksigen selama 15 jam akan menggunakan oksigen terutama di malam hari, dan tidak menggunakan oksigen lebih dari 9 jam pada siang hari.

Luaran primer dari penelitian ini adalah gabungan waktu hingga kejadian (time-to-event) berupa rawat inap atau kematian akibat penyebab apa pun dalam kurun waktu 1 tahun. Luaran sekundernya meliputi komponen individu dari luaran primer yang dievaluasi pada bulan ke-3 dan ke-12.

Ulasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi oksigen selama 24 jam/hari tidak lebih baik dibandingkan terapi selama 15 jam/hari dalam menurunkan risiko rawat inap atau kematian dalam 1 tahun pada pasien dengan hipoksemia berat kronis. Median durasi penggunaan oksigen yang dilaporkan pasien sesuai dengan alokasi kelompok masing-masing, tetapi analisis menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan terkait luaran studi (HR 0,99; P = 0,007 untuk nonsuperioritas).

Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun terapi oksigen 24 jam/hari secara teoritis diharapkan memberi manfaat klinis lebih besar, data dari penelitian ini tidak mendukung asumsi tersebut. Dengan hazard ratio yang mendekati 1, efikasi kedua rejimen terapi ini serupa, sehingga durasi penggunaan oksigen yang lebih lama tidak membenarkan beban tambahan yang mungkin ditimbulkan pada pasien, seperti ketidaknyamanan atau pengurangan kualitas hidup.

Kelebihan Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan uji klinis acak terkontrol, yang merupakan metode yang kuat untuk mengevaluasi efikasi intervensi medis. Uji coba ini berbasis register multisenter dengan populasi dari Swedish National Registry for Respiratory Failure (Swedevox), yang meliputi 85% dari seluruh pasien yang mendapatkan terapi oksigen jangka panjang di Swedia, sehingga hasilnya lebih dapat digeneralisasikan pada berbagai populasi di Swedia.

Penelitian ini juga melibatkan pasien dengan hipoksemia kronis berat saat istirahat, yang merupakan populasi relevan untuk evaluasi terapi oksigen jangka panjang. Luaran primer adalah kombinasi rawat inap atau kematian, yang merupakan parameter klinis penting. Pemantauan selama 1 tahun memberikan data yang cukup untuk mengevaluasi efikasi terapi jangka panjang.

Limitasi Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah tidak dilakukannya pengukuran volume oksigen yang digunakan per hari, melainkan hanya durasi penggunaannya. Ada kemungkinan bahwa pasien yang menggunakan oksigen selama 24 jam justru mengonsumsi oksigen dalam volume yang lebih sedikit dibandingkan pasien yang menggunakan oksigen selama 15 jam, sehingga dapat mempengaruhi hasil studi.

Selain itu, studi ini hanya melibatkan pasien dengan hipoksemia berat (PaO2 ≤55 mmHg atau Spo2 ≤88%), sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan untuk pasien dengan hipoksemia ringan atau sedang. Penelitian ini juga hanya melibatkan populasi terbatas, sehingga hasil mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke populasi di luar Swedia atau pada pasien dengan kondisi komorbiditas yang lebih kompleks.

Parameter luaran yang dinilai pada penelitian ini adalah insidensi rawat inap dan kematian. Beberapa parameter lain yang penting untuk dievaluasi, seperti kualitas hidup pasien, tingkat depresi, morbiditas kardiovaskular, fungsi kognitif, dan kapasitas olahraga, belum dimasukkan dalam evaluasi.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi oksigen jangka panjang selama 24 jam/hari tidak memberi manfaat tambahan dibandingkan penggunaan lebih singkat, yakni 15 jam/hari. Hal ini tentu dapat diterapkan di praktik klinis di Indonesia, terutama pada area dengan sumber daya terbatas, yang mana penggunaan dalam durasi lebih panjang akan lebih membebani pasien dan layanan kesehatan. Perlu diingat pula bahwa penggunaan oksigen yang berlebihan justru dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien.

Referensi