Indikasi Kolonoskopi
Indikasi kolonoskopi bisa bersifat diagnostik ataupun terapeutik. Indikasi diagnostik mencakup penapisan kanker kolon, evaluasi tanda dan gejala yang mengindikasikan kelainan kolon atau ileum terminal, menilai respons terhadap pengobatan pada pasien dengan penyakit kolon, serta mengevaluasi kelainan yang ditemukan pada pencitraan. Indikasi terapeutik mencakup dilasi striktur, pemasangan stent, dekompresi kolon, dan pengangkatan benda asing
Penapisan Kanker Kolon
Kolonoskopi dilakukan untuk menapis kanker kolorektal pada pasien yang berisiko. Kolonoskopi dianggap sebagai baku emas pemeriksaan untuk penapisan dan surveilans kanker kolon.
Pada pasien dengan risiko rata-rata, skrining dilakukan pada usia 50 tahun dan dilakukan setidaknya setiap 10 tahun apabila tidak ditemukan patologi yang menyebabkan status pasien menjadi risiko tinggi. Kolonoskopi rutin setiap 10 tahun ini disebut sebagai kolonoskopi surveilans.
Pasien dengan risiko tinggi kanker kolorektal perlu menjalani skrining sebelum usia 50 tahun dan perlu dilakukan pengulangan setiap 1, 2, atau 5 tahun tergantung tingkat risiko dan temuan saat dilakukan prosedur. Pasien yang termasuk ke dalam populasi risiko tinggi yaitu pasien dengan riwayat inflammatory bowel disease, riwayat kanker kolorektal pada keluarga, poliposis herediter, dan sindrom non-poliposis. Pada pasien dengan riwayat kanker kolon pada keluarga tingkat pertama, kolonoskopi disarankan dimulai sejak usia 40 tahun.[1,2,7,8]
Elektif
Kolonoskopi elektif dilakukan pada kasus perdarahan gastrointestinal, fecal occult blood test (FOBT) positif, perubahan pola buang air besar tanpa sebab yang jelas, anemia defisiensi besi, penurunan berat badan pada lansia, nyeri abdomen persisten, dan gambaran abnormalitas struktural pada pemeriksaan radiografi menggunakan barium enema.[1,2,7]
Evaluasi Kanker Sinkronus atau Metakronus pada Pasien dengan Kanker Kolon
Pasien dengan kanker kolon berisiko terkena kanker sinkronus, sehingga pasien memerlukan pemeriksaan kolon secara menyeluruh. Pemeriksaan ini memang sebaiknya dilakukan sebelum pembedahan, tapi ada beberapa kasus dimana hal tersebut tidak memungkinkan (misalnya, karena kolonoskop tidak bisa lewat terhalang tumor). Pada kondisi tersebut, kolonoskopi dilakukan segera setelah reseksi tumor primer.[9,10]
Lokalisasi Lesi Intraoperatif
Kolonoskopi intraoperatif dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi lesi yang tampak pada pencitraan. Kolonoskopi juga bisa melokalisasi lesi yang tidak tampak pada kolonoskopi atau operasi sebelumnya, misalnya akibat tertutup perdarahan atau karena lesi berukuran kecil.[10]
Inflammatory Bowel Disease
Pada pasien dengan inflammatory bowel disease, kolonoskopi digunakan untuk mengevaluasi keparahan dan luas dari penyakit. Kolonoskopi juga bisa digunakan untuk mengevaluasi respon terapi.[10]
Evaluasi Ileum Terminal
Kolonoskopi juga digunakan untuk mengevaluasi ileum terminal pada pasien yang dicurigai mengalami penyakit pada organ ini. Contoh kondisi tersebut adalah Crohn’s disease, perdarahan, dan tumor karsinoid.[10]
Terapeutik
Indikasi terapeutik dari kolonoskopi antara lain eksisi dan ablasi lesi, terapi lesi perdarahan, dilatasi stenosis ataupun striktur, ekstraksi benda asing, dekompresi volvulus kolon atau megakolon, dan manajemen paliatif neoplasma.[1,2,7]