Teknik Blok Saraf Oral
Teknik blok saraf oral dapat dibedakan berdasarkan lokasi injeksinya menjadi blok saraf maksila dan mandibula. Teknik blok saraf oral juga akan berbeda-beda tergantung dari area yang ingin dianestesi. Blok alveolar merupakan teknik yang sering digunakan, yaitu dengan menyisipkan jarum di dekat foramen mandibula untuk menginjeksikan larutan anestesi di dekat saraf sebelum memasuki foramen.[5,7-10,13]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien didahului dengan menjelaskan terkait dengan prosedur yang akan dilakukan, disertai dengan permintaan informed consent tertulis. Selain itu, sampaikan risiko-risiko yang mungkin timbul jika dilakukan tindakan tersebut. Di sisi lain, sampaikan juga risiko yang dapat timbul jika tindakan tersebut tidak dilakukan.[9,13]
Lakukan anamnesis, pemeriksaan ekstraoral, pemeriksaan intraoral, dan pemeriksaan penunjang untuk memastikan kondisi lokal dan sistemik pasien. Hal ini untuk menghindarkan terjadinya komplikasi, seperti reaksi hipersensitivitas berat, septikemia, atau bakteremia.[5,9]
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan blok saraf oral sebagai berikut:
- Larutan anestesi topikal, dapat berupa lidocaine atau benzocaine
- Larutan anestesi lokal lidocaine dengan kombinasi epinephrine
- Spuit 3 ml atau aspirating syringe dental
- Jarum 25-27 G
- Sarung tangan
- Masker bedah
- Kassa steril
- Cotton ball
- Cotton pellet
- Set diagnostik (kaca mulut, ekskavator, sonde, pinset)
- Antiseptik rongga mulut, dapat menggunakan povidone iodine atau chlorhexidine[7,10]
Posisi Pasien
Posisikan pasien senyaman mungkin duduk di atas dental unit. Kemudian, posisikan dental unit sekitar 75-120 derajat. Khusus untuk blok saraf alveolar inferior, pasien dalam posisi duduk, kepala bersandar dan diposisikan sedemikian rupa sehingga corpus mandibula sejajar dengan lantai ketika mulut dibuka.[8,9] Sementara itu, untuk blok saraf palatina mayor dan nasopalatina, leher pasien dalam posisi ekstensi sekitar 45 derajat. Kemudian berikan bantalan pada bahu pasien.[7,13]
Prosedural Blok Saraf Maksilaris
Jenis blok saraf oral maksila contohnya adalah blok saraf alveolar anterior superior (ASA), alveolar superior posterior (PSA), alveolar superior tengah (MSA), blok saraf infraorbita, blok saraf nasopalatina, dan blok saraf palatina mayor.
Blok Saraf Alveolar Anterior Superior (Anterior Superior Alveolar/ASA)
Blok saraf alveolar anterior superior (ASA) memiliki area anestesi yang mencakup gigi insisivus maksilaris, gigi caninus maksilaris, beserta mukosa dan gingiva sekitar gigi-gigi tersebut. Patokan letak saraf ini adalah lipatan mukobukal dan apeks gigi caninus maksilaris. Lokasi injeksi adalah perpotongan antara lipatan mukobukal dan apeks gigi caninus.
Prosedur blok saraf oral ASA adalah:
- Aplikasikan anestesi topikal selama 2-3 menit dengan menggunakan cotton ball
- Suntikan spuit dengan sudut 45 derajat dan sedalam 1 hingga 1,5 cm ke perpotongan lipatan mukobukal dan apeks gigi caninus
- Lakukan aspirasi untuk menghindari gelembung udara di dalam spuit masuk ke dalam jaringan. Jika hal ini terjadi dapat terjadi emboli
- Injeksikan larutan anestesi lokal sebanyak 2 ml[12,14]
Blok Saraf Alveolar Posterior Superior (Posterior Superior Alveolar/PSA)
Blok saraf alveolar posterior superior (PSA) memiliki area anestesi yang mencakup molar maksilaris. Patokan letak saraf ini adalah lipatan mukobukal, tuberositas maksilaris, dan prosesus zigomatikus maksilaris. Lokasi injeksi adalah lipatan mukobukal di atas gigi premolar 2 maksila.
Prosedur blok saraf PSA adalah:
- Aplikasikan anestesi topikal selama 2-3 menit dengan menggunakan cotton ball
- Suntikkan jarum ke lipatan mukobukal di atas gigi premolar 2 maksila
- Jarum diarahkan ke tuberositas maksilaris, yaitu arah atas 45 derajat dari occlusal plane, medial 45 derajat dari occlusal plane, dan belakang 45 derajat dari aksis panjang molar 2 secara bersamaan
- Jarum dimasukkan sedalam 2 hingga 2,5 cm. Jika jarum mengenai tulang, tarik dan diarahkan ulang ke arah yang lebih lateral
- Lakukan aspirasi untuk menghindari gelembung udara di dalam spuit masuk ke dalam jaringan. Jika hal ini terjadi dapat terjadi emboli
- Injeksikan larutan anestesi lokal sebanyak 2-3 ml[12,15]
Blok Saraf Alveolar Superior Medial (Middle Superior Alveolar/MSA)
Blok saraf alveolar superior medial (MSA) memiliki area anestesi yang mencakup gigi premolar maksila, akar mesiobuccal molar 1 maksila, dan caninus maksila. Patokan lokasi saraf ini adalah lipatan mukobukal di atas gigi premolar 2 maksila. Lokasi injeksi adalah lipatan mukobukal di atas gigi premolar 2 maksila.
Prosedur blok saraf MSA adalah:
- Aplikasikan anestesi topikal selama 2-3 menit dengan menggunakan cotton ball
- Suntikkan jarum ke lipatan mukobukal di atas gigi premolar 2 maksila. Jarum dimasukkan sedalam 1 hingga 1,5 cm
- Lakukan aspirasi untuk menghindari gelembung udara di dalam spuit masuk ke dalam jaringan. Jika hal ini terjadi dapat terjadi emboli
- Injeksikan larutan anestesi lokal sebanyak 2-3 ml[10,12]
Blok Saraf Infraorbita
Blok saraf infraorbita memiliki area anestesi yang mencakup kelopak mata bawah, pipi atas, sebagian hidung, dan bibir atas. Patokan saraf ini adalah foramen infraorbita, infraorbital notch, dan lipatan mukobukal. Lokasi injeksi adalah lipatan mukobukal di atas gigi premolar 1 maksila.
Prosedur blok saraf infraorbita adalah:
- Aplikasikan anestesi topikal selama 2-3 menit dengan menggunakan cotton ball
- Mencari foramen infraorbita, yaitu cekungan yang terletak di bawah infraorbita. Jika foramen ini ditekan, pasien akan merasakan nyeri. Telunjuk tangan yang tidak dominan diletakkan di atas foramen infraorbita
- Suntikkan jarum pada lipatan mukobukal di atas premolar 1. Posisi jarum sejajar aksis gigi dan diarahkan ke foramen infraorbita. Jarum dimasukkan hingga mencapai tulang (pada orang dewasa sekitar 1,5 hingga 2 cm)
- Lakukan aspirasi untuk menghindari gelembung udara di dalam spuit masuk ke dalam jaringan. Jika hal ini terjadi dapat terjadi emboli
- Injeksikan larutan anestesi lokal sebanyak 2-3 ml sambil menekan infraorbital ridge dengan jari telunjuk non-dominan agar tidak terjadi pembengkakan kelopak bawah mata[3,16]
Blok Saraf Nasopalatina
Blok saraf nasopalatina memiliki area anestesi yang mencakup anterior palatum durum secara bilateral. Patokan saraf ini adalah incisivus sentralis maksila dan papilla incisivum. Lokasi injeksi adalah lateral papilla incisivum.
Prosedur blok saraf nasopalatina adalah:
- Aplikasikan anestesi topikal selama 2-3 menit dengan menggunakan cotton ball
- Suntikan jarum 0,5 cm di belakang garis tengah incisivus sentralis. Jarum diarahkan 45 derajat ke arah medial dan dimasukkan 3-4 mm atau hingga menyentuh tulang
- Lakukan aspirasi untuk menghindari gelembung udara di dalam spuit masuk ke dalam jaringan. Jika hal ini terjadi dapat terjadi emboli
- Injeksikan larutan anestesi lokal sebanyak 0,25-0,4 ml. Jangan terlalu banyak menginjeksikan larutan anestesi. Penyuntikan anestesi berlebihan dapat menyebabkan pemisahan mukosa dan palatum sehingga terjadi nekrosis[10,13]
Blok Saraf Palatina Mayor
Blok saraf palatina mayor memiliki area anestesi yang mencakup 2/3 posterior palatum durum, mulai dari belakang gigi taring. Patokan saraf ini adalah foramen palatina mayor serta pertemuan antara prosesus alveolaris maksila dan tulang palatina. Lokasi injeksi adalah jaringan lunak di anterior foramen palatina.
Prosedur blok saraf palatina mayor adalah:
- Aplikasikan anestesi topikal selama 2-3 menit dengan menggunakan cotton ball
- Foramen palatina mayor biasanya terletak 1 cm medial dari pertemuan antara molar 2 dan 3, terkadang sedikit lebih ke anterior atau posterior
- Letakkan cotton bud di pertemuan antara prosesus alveolaris maksila dan tulang palatina. Palpasi ke arah posterior dengan cotton bud hingga menemukan cekungan yang merupakan foramen palatina mayor
- Tekan foramen palatina mayor dengan cotton bud hingga jaringan sekitarnya menjadi putih (blanch)
- Sambil tetap menekan cotton bud, suntikan jarum 1-2 mm di anterior foramen palatina mayor dengan sudut 90 derajat. Jarum hanya masuk beberapa milimeter, biasanya 0,5 cm
- Lakukan aspirasi untuk menghindari gelembung udara di dalam spuit masuk ke dalam jaringan. Jika hal ini terjadi dapat terjadi emboli
- Injeksikan larutan anestesi lokal sebanyak 0,3-0,5 ml. Penyuntikan anestesi berlebihan dapat menyebabkan pemisahan mukosa dan palatum sehingga terjadi nekrosis[10,13]
Prosedural Blok Saraf Mandibularis
Jenis blok saraf oral maksila antara lain blok saraf alveolar inferior (IAN), blok saraf mental, blok saraf lingual, dan blok saraf bukal.
Blok Saraf Alveolar Inferior (Inferior Alveolar Nerve/IAN)
Blok saraf alveolar inferior (IAN) memiliki area anestesi yang mencakup seluruh gigi mandibularis ipsilateral, mukosa labial ipsilateral, dan mental ipsilateral. Patokan saraf ini adalah coronoid notch, occlusal plane, dan lingual.
Prosedur Blok Saraf Alveolar Inferior Adalah:
- Berdiri di sisi kontralateral sisi yang akan dianestesi
- Telunjuk diletakkan di sudut rahang, sementara ibu jari di dalam mulut. Pipi ditarik ke arah lateral, kemudian mencari cekungan paling besar di sisi anterior ramus mandibula yang merupakan coronoid notch
- Aplikasikan anestesi topikal selama 2-3 menit dengan menggunakan cotton ball
- Posisikan jarum sejajar dengan occlusal plane dan syringe diposisikan di antara premolar 1 dan 2 kontralateral. Jarum disuntikkan 1 cm di atas permukaan occlusal plane, tepat pada segitiga lingual. Jarum disuntikkan ke arah superior dan posterior lingual. Jarum ditusukkan hingga menyentuh tulang, lalu ditarik 1-2 mm
- Lakukan aspirasi untuk menghindari gelembung udara di dalam spuit masuk ke dalam jaringan. Jika hal ini terjadi dapat terjadi emboli
- Injeksikan 2-4 ml anestesi lokal[17]
Blok Saraf Mental
Blok saraf mental memiliki area anestesi yang mencakup mukosa labial inferior ipsilateral dan kulit mental sisi lateral. Patokan saraf ini adalah foramen mental, premolar mandibula, dan lipatan mukobukal. Lokasi suntikan adalah lipatan mukobukal atau di depan foramen mental.
Prosedur Blok Saraf Mental Dilakukan dengan Cara:
- Menentukan lokasi foramen mental, yaitu 1 cm inferior dari pertemuan premolar 1 dan 2. Foramen mental teraba sebagai tulang yang ireguler
- Aplikasikan anestesi topikal selama 2-3 menit dengan menggunakan cotton ball
- Untuk mendapatkan lokasi foramen mental, tempatkan jarum 1 cm di bawah dari premolar 2 dengan sudut 45 derajat; atau dapat juga dengan menempatkan jarum pada lipatan mukobukal gigi taring atau molar 1 dan diarahkan ke foramen mental
- Lakukan aspirasi untuk menghindari gelembung udara di dalam spuit masuk ke dalam jaringan. Jika hal ini terjadi dapat terjadi emboli
- Injeksikan 1-2 ml anestesi lokal[18]
Blok Saraf Lingual
Blok saraf lingual memiliki area anestesi yang mencakup 2/3 anterior glossal ipsilateral. Patokan saraf ini adalah gigi molar 2 mandibula.
Prosedur Blok Saraf Lingual adalah:
- Berdiri di sisi kontralateral sisi yang akan dianestesi
- Aplikasikan anestesi topikal selama 2-3 menit dengan menggunakan cotton ball.
- Suntikkan jarum 1 cm di bawah garis gusi molar 2. Jarum dimasukkan ke arah posterior hingga 1 cm.
- Lakukan aspirasi untuk menghindari gelembung udara di dalam spuit masuk ke dalam jaringan. Jika hal ini terjadi dapat terjadi emboli
- Injeksikan 1-1,5 ml anestesi lokal[11]
Blok Saraf Bukal
Blok saraf bukal memiliki area anestesi yang mencakup membran mukosa pada bukal dan vestibula nasal. Patokan saraf ini adalah gigi molar 3 mandibula, batas anterior ramus mandibula, dan occlusal plane.
Prosedur Blok Saraf Bukal adalah:
- Aplikasikan anestesi topikal selama 2-3 menit dengan menggunakan cotton ball
- Injeksikan jarum di batas anterior ramus mandibula dan 1 mm lateral dari molar 3. Jarum sejajar dengan occlusal plane dan dimasukkan 3-4 mm
- Lakukan aspirasi untuk menghindari gelembung udara di dalam spuit masuk ke dalam jaringan. Jika hal ini terjadi dapat terjadi emboli
- Injeksikan 2 ml anestesi lokal[4]
Follow-up
Setelah dilakukan deponir larutan anestesi, perlu dilakukan pemantauan beberapa menit untuk memastikan bahwa anestesi berhasil. Tanda-tanda anestesi berhasil adalah mukosa sekitar lokasi injeksi berwarna keputihan, dan pasien merasa kebas dan kesemutan pada area yang dianestesi.[5]
Penulisan pertama oleh: dr. Paulina Livia Tandijono