Pendahuluan Veneer Gigi
Veneer gigi adalah pelapisan struktur gigi dengan menggunakan suatu bahan restorasi yang bertujuan untuk meningkatkan estetika dan proteksi gigi. Veneer gigi digunakan pada kasus fraktur mahkota, mikrodontia/peg shape, diastema anterior, dan perubahan warna gigi permanen.[1-4]
Keberhasilan veneer dipengaruhi berbagai faktor, termasuk kemampuan veneer untuk meniru parameter biologis, mekanik, fungsional, dan estetik gigi asli. Bahan veneer yang ideal haruslah memiliki hasil estetika yang unggul, stabilitas warna yang tahan lama, translusensi, ketahanan abrasi, dan ketahanan absorpsi cairan. Bahan veneer juga harus memiliki kekuatan biomekanik, integritas marginal, dan biokompatibilitas dengan jaringan gingiva yang baik.[5]
Teknik veneer gigi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu direk (langsung) dan indirek (tidak langsung). Teknik direk biasanya menggunakan bahan resin komposit melalui mekanisme layering (membentuk anatomi gigi langsung pada gigi pasien), maupun pre-fabricated (menggunakan buatan pabrik dan langsung dilakukan sementasi ke gigi). Sementara itu, teknik indirek dilakukan dengan didahului preparasi dan cetak gigi, kemudian veneer dibuat di laboratorium kedokteran gigi.[6,7]
Seringkali, veneer gigi dikombinasikan dengan perawatan ortodontik untuk mencapai hasil akhir yang simetris dan untuk menjamin pendekatan yang paling konservatif, sebagai contoh dalam perawatan diastema, inversi atau sumbu gigi atau bentuk malposisi gigi lainnya.[17,18]
Umur veneer gigi tergantung pada banyak faktor, termasuk yang berhubungan dengan pasien dan material. Suatu tinjauan sistematik memperkirakan ketahanan hingga 21 tahun. Studi lain membandingkan tingkat ketahanan veneer porselen dan komposit, dimana didapatkan bahwa veneer porselen memberi hasil estetika yang sangat baik dan umur perawatan yang dapat diprediksi, sedangkan veneer komposit menunjukkan daya tahan yang lebih rendah.[18-20]
Komplikasi yang dapat terjadi pada prosedur veneer gigi adalah gigi menjadi sensitif atau veneer gigi terlepas. Pada beberapa kasus ekstrem, dapat terjadi kematian jaringan pulpa gigi akibat penetrasi asam saat prosedur etsa pada gigi.[2,8]