Pendahuluan Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening
Pemeriksaan kelenjar getah bening (KGB) adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi kelainan pada kelenjar getah bening, misalnya limfadenopati, limfadenitis, tuberkulosis ekstraparu, dan metastasis kanker.
Kelenjar getah bening merupakan salah satu organ dari sistem limfatik yang berbentuk menyerupai kacang, berfungsi sebagai tempat beredarnya cairan limfa yang mengandung banyak sel B dan sel T.[1]
Kelenjar getah bening banyak terdapat di area tubuh tertentu dan biasanya berkelompok. Ada sekitar 600 nodus yang tersebar di seluruh tubuh, tetapi nodus ini dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok besar sesuai letaknya. Dari atas ke bawah, kelompok kelenjar getah bening adalah:
- Nodus servikal yang terdiri dari submental, submandibular, preaurikular, tonsillar, supraklavikular, deep cervical, posterior aurikular, oksipital, dan skalenus
- Nodus aksilaris yang terletak di aksila
- Nodus epitroklear yang terletak di siku
- Nodus inguinal yang terdapat di sekitar inguinal, terdiri dari dua kelompok kecil yaitu horizontal dan vertikal
- Nodus poplitea yang terdapat di belakang lutut[2,3,10]
Kelenjar getah bening masuk dalam sistem limfatik yang berperan dalam imunitas. Kelenjar getah bening bekerja menyaring seluruh patogen yang melaluinya, baik melalui darah maupun melalui kulit.
Limfadenopati adalah kondisi dimana teraba masa nodul kelenjar getah bening >1 cm pada ≥1 kelenjar getah bening. Berdasarkan penyebarannya, limfadenopati dibagi menjadi terlokalisir dan generalisata. Dikatakan terlokalisir bila hanya ditemukan pada 1 daerah tubuh, misalnya hanya pada leher saja.
Sedangkan dikatakan generalisata, bila ditemukan pada ≥2 daerah tubuh, misalnya leher dan inguinal. Benjolan kelenjar getah bening dapat disertai dengan tanda inflamasi seperti kemerahan dan nyeri yang disebut limfadenitis.[4]
Penyebab limfadenopati dapat bermacam–macam, tetapi sering berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), infeksi jaringan sekitar kelenjar getah bening, atau idiopatik. Selain itu, terdapat penyebab lainnya yang sangat beragam, mulai dari infeksi, HIV, reaksi alergi, penyakit autoimun, ataupun keganasan.[3,5]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli