Komplikasi Lasik
Secara garis besar komplikasi LASIK dibedakan menjadi komplikasi intraoperatif dan pascaoperatif. Komplikasi LASIK intraoperatif umumnya berkaitan dengan pembentukan flap kornea dan sisa debris pada interface. Komplikasi lain, seperti defek epitel kornea dan perdarahan, lebih jarang terjadi. Komplikasi intraoperatif dapat diminimalkan dengan pemeriksaan dan persiapan preoperatif yang lengkap dan teliti serta kemahiran operator yang baik.[15,16]
Komplikasi intraoperatif LASIK, antara lain:
Tabel 1. Komplikasi Intraoperatif LASIK
Komplikasi | Keterangan | Pencegahan/ Penanganan | |
Komplikasi terkait pembentukan flap | Buttonhole flap | Ada lapisan flap kornea yang tidak terpotong, sehingga saat diangkat flap berlubang dan sisa lapisan menghalangi area fotoablasi.
Faktor risiko: blade microkeratome yang kurang baik, lepasnya suction | Reposisi flap, tindakan ablasi kornea ditunda minimal 3 bulan |
Free cap | Flap terlepas seluruhnya (360o) termasuk di bagian hinge. Biasa terjadi pada kornea yang terlalu rata. | Menggunakan ring yang lebih lebar diameternya, mengatur ukuran hinge yang lebih lebar.
Fotoablasi dapat tetap dilakukan, setelah itu cap kornea sebisa mungkin dikembalikan ke posisi semula dan tunggu 3-5 menit hingga melekat. | |
Irisan flap yang tidak komplit atau ireguler | Microkeratome yang kurang baik atau kekuatan suction yang tidak sesuai | Tidak membuka flap, memasang bandage lens, menunda fotoablasi kornea minimal 3 bulan | |
Breakthrough udara | Terjadi saat pembuatan flap dengan femtosecond laser. Gelembung udara ada yang masuk ke lapisan subepitel kornea | Membuka flap dengan lebih hati-hati agar tetap utuh. | |
Gelembung udara di bilik mata depan | Terjadi saat pembuatan flap dengan femtosecond laser, udara masuk ke bilik mata depan melalui irisan ke anyaman trabekular lalu ke bilik mata depan. Terkadang mengganggu kerja sistem eye tracker laser excimer | Udara akan diresorpsi dengan sendirinya. | |
Perforasi kornea | Jarang terjadi. Dapat terjadi pada penggunaan microkeratome model lama atau pada saat fotoablasi pada kasus kornea yang tipis | Menonaktifkan ring suction, melepas microkeratome, memperbaiki perforasi. | |
Defek epitel kornea | Faktor risiko: usia lanjut, jenis microkeratome yang digunakan, riwayat trauma kornea, diabetes mellitus, distrofi membran basal epitel.
Defek epitel kornea intraoperatif menjadi faktor predisposisi keratitis lamelar difus, epithelial ingrowth, keratitis infeksi, dan striae flap. | Meminimalkan penggunaan anestesi topikal, penggunaan tetes lubrikasi secukupnya, memastikan alat pembuat flap baik sebelum memulai operasi.
Memasang bandage soft lens jika defek >1 mm, memberikan tetes lubrikan hingga terjadi reepitelisasi. | |
Perdarahan limbus | Faktor risiko: pannus kornea (biasa pada pengguna lensa kontak), ukuran atau posisi suction ring yang tidak tepat. | Melakukan penekanan ringan dengan sponge, membersihkan darah pada area kornea yang akan dilakukan fotoablasi. Setelah tindakan reposisi flap, dapat diteteskan phelyephrine 2,5% jika perdarahan masih ada. | |
Debris pada interface (ruang antara flap dan kornea posterior) | Sumber debris bisa dari partikel sponge, bedak dari sarung tangan, sekresi kelenjar Meibom, sel epitel, debris dari air mata. | Menggunakan spekulum mata aspirasi, memastikan proses pemasangan drape mata yang baik.
Jika ada potensi inflamasi, buka flap dan irigasi debris, kemudian reposisi flap. |
Sumber: dr. Saphira Evani, 2020[15-19]
Komplikasi LASIK antara lain adalah:
Undercorrection atau Overcorrection
Undercorrection atau overcorrection adalah komplikasi yang umum ditemukan setelah LASIK. Hasil akhir koreksi menjadi tidak emetropia. Undercorrection dapat terjadi karena derajat gangguan refraksi yang berat. Overcorrection biasa terjadi pada tindakan ulang LASIK.[2,16]
Dry Eye Syndrome
Komplikasi dry eye syndrome terkait LASIK memiliki prevalensi 0,25 – 48%. Gangguan homeostasis lapisan air mata dan gangguan permukaan mata preoperatif memengaruhi perkembangan dry eye syndrome setelah LASIK. Pada sebagian besar pasien dry eye syndrome setelah LASIK bersifat sementara (3-9 bulan), namun ada juga yang berkembang menjadi kronis.[4,16,19]
Pencegahan dapat dilakukan dengan skrining dry eye syndrome yang dilakukan preoperatif dan edukasi pasien mengenai kemungkinan komplikasi ini. Pasien dengan gejala dan tanda dry eye syndrome dapat diterapi terlebih dahulu secara agresif sebelum melakukan tindakan LASIK.[18,20,21]
Striae Flap
Striae flap merupakan garis atau kerutan yang timbul pada kornea yang dapat terjadi akibat LASIK. Striae flap menimbulkan astigmatisme dan gangguan tajam penglihatan, sehingga memengaruhi kepuasaan pasien terhadap hasil LASIK. Pembentukan striae flap dapat dicegah dengan teknik reposisi flap yang baik, meratakan kembali flap bila tampak ada kerutan pada evaluasi awal, dan edukasi pasien untuk tidak mengusap atau memejamkan erat mata setelah tindakan LASIK.[16,18,22]
Dislokasi Flap
Dislokasi flap dapat terjadi jika sehabis tindakan LASIK akibat mengusap mata, memejamkan mata terlalu kuat, mata kering yang berat, reposisi flap yang kurang baik, irigasi flap berlebihan, dan adanya trauma pada mata. Pencegahan dilakukan dengan memastikan reposisi flap sudah tepat posisi dan melekat dengan baik, mengedukasi pasien untuk tidak mengusap dan memejamkan mata terlalu erat dalam 24 jam pertama setelah LASIK. Penggunaan kacamata pelindung termasuk saat tidur dapat mencegah kontak tangan ke mata dan trauma lainnya.[16]
Keratitis Lamelar Difus
Keratitis lamelar difus adalah komplikasi LASIK yang jarang ditemukan. Keratitis lamelar difus ditandai dengan infiltrat inflamasi pada interface (antara flap dan lapisan kornea posterior flap) yang menimbulkan kekeruhan kornea berupa bintik-bintik seperti pasir (disebut juga gambaran "pasir gurun Sahara"). Komplikasi ini muncul 1-2 hari setelah LASIK dan pasien mengeluhkan nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, dan penglihatan buram. Keratitis lameral difus memberikan respons baik terhadap pemberian kortikosteroid topikal.[23]
Keratitis Infeksi
Gejala keratitis infeksi dapat timbul dalam 24 jam pertama setelah LASIK. Pasien mengeluhkan penurunan tajam penglihatan, mata merah, nyeri, dan fotofobia yang tidak membaik. Tanda keratitis dimulai di bagian perifer flap. Keratitis infeksi dapat dicegah dengan sterilisasi alat operasi yang adekuat, pemberian antibiotik topikal pascaoperatif, dan menunda operasi bila ada blefaritis (diterapi terlebih dahulu).[16]
Epithelial Ingrowth
Epithelial ingrowth adalah ditemukannya sel epitel pada tempat yang tidak seharusnya. Hal ini dapat menimbulkan astigmatisme, penurunan tajam penglihatan, dan meningkatkan risiko stromal melting. Pencegahan dilakukan dengan sebisa mungkin tidak ada defek epitel saat pembuatan flap, memastikan tidak ada sisa sel epitel atau debris pada interface, dan menghindari area ablasi yang terlalu lebar.[16]
Ektasia Kornea
Ektasia kornea adalah kondisi non inflamasi yang ditandai dengan penipisan dan penonjolan kornea yang progresif. Ektasia kornea menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Insidensi komplikasi ektasia kornea pascaoperatif LASIK adalah 0,25–0,6%. Risiko ektasia kornea akibat LASIK meningkat pada pasien dengan ketebalan kornea sentral <500 µm sebelum operasi. Ketebalan stroma residual pasca LASIK >250 µm, percent tissue altered <40%, dan persentase ketebalan stroma pasca LASIK ≥50% disarankan untuk mengurangi risiko ektasia kornea.[24-26]
Interface Fluid Syndrome
Interface fluid syndrome (IFS) adalah komplikasi LASIK yang jarang terjadi. IFS ditandai dengan akumulasi cairan (edema) pada interface sehingga timbul kekeruhan. IFS berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular, dekompensasi endotel kornea, dan uveitis. Komplikasi IFS dapat terjadi 1 minggu hingga beberapa bulan setelah LASIK dan dapat menjadi komplikasi kronis. Diagnosis IFS dapat dikonfirmasi dengan optical coherence tomography (OCT) anterior.[27]
Rainbow Glare
Rainbow glare timbul karena aberasi optik yang diduga dapat dipengaruhi oleh irisan lamelar flap yang ireguler. Pasien melihat cahaya berpendar dengan warna pelangi dan biasanya timbul 3-6 bulan setelah LASIK. Komplikasi ini lebih sering timbul pada pasien yang telah dibuat flap namun tindakan fotoablasi tidak jadi dilakukan. Keluhan dapat hilang dengan sendirinya atau jika menetap dianjurkan untuk bedah refraktif metode lain dengan teknik fotoablasi permukaan.[18]
Transient Light-Sensitivity Syndrome
Transient light-sensitivity syndrome merupakan komplikasi LASIK yang jarang terjadi. Pasien merasakan fotofobia yang berat 2-6 minggu setelah operasi LASIK. Tidak ada abnormalitas yang ditemukan pada pemeriksaan mata. Umumnya membaik dengan pemberian kortikosteroid topikal.[18]