Teknik Rontgen Ankle dan Kaki
Teknik rontgen ankle dan kaki atau “ankle and foot X-ray” melibatkan proyeksi multipel karena struktur-struktur di kaki saling bertumpang tindih dan mungkin sulit dievaluasi dengan proyeksi tunggal. Seri rontgen ankle menggunakan proyeksi anteroposterior, mortise, dan lateral. Sementara itu, seri rontgen kaki memakai proyeksi dorsoplantar, oblik, dan lateral. Kedua seri rontgen ini sering dimintakan bersamaan tetapi dapat dilakukan secara terpisah sesuai indikasi.[9-11]
Persiapan Pasien
Rontgen ankle dan kaki tidak memerlukan persiapan khusus. Secara umum, persiapan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menentukan kecurigaan posisi lesi dan memilih seri rontgen yang sesuai. Setelah itu, berikan penjelasan lengkap mengenai indikasi prosedur dan langkah-langkahnya. Setelah pasien mendapatkan pemahaman mengenai prosedur, minta persetujuan pasien dalam bentuk informed consent.[9,10]
Pada kasus trauma, dokter juga perlu mengevaluasi apakah pasien memenuhi kriteria Ottawa Ankle and Foot Rule untuk menjalani rontgen.[4]
Peralatan
Pelaksanaan rontgen dilakukan di unit radiologi yang memadai dan umumnya dipandu oleh radiografer.[9,10]
Posisi Pasien
Rontgen ankle dengan proyeksi anteroposterior (AP) dan rontgen kaki dengan proyeksi dorsoplantar (DP) membutuhkan pasien dalam posisi berbaring supine atau posisi duduk. Akan tetapi, rontgen proyeksi AP dan lateral dengan weight-bearing dilakukan dengan posisi pasien berdiri. Proyeksi lateral membutuhkan pasien dalam posisi lateral recumbent.[9-11]
Prosedural
Seri rontgen ankle terdiri dari proyeksi AP, mortise, dan lateral. Sementara itu, seri rontgen kaki terdiri dari proyeksi DP, oblik, dan lateral.[9-11]
Rontgen Ankle Anteroposterior
Pasien diposisikan berbaring supine atau duduk tegak di meja dengan tungkai ekstensi dan kaki dorsofleksi. Ankle dan tungkai disejajarkan paralel dengan tepian reseptor foto. Tidak boleh ada gerakan rotasi untuk foto rontgen ankle AP. Centering point adalah titik tengah antara malleolus medial dan lateral.[9,11]
Rontgen ini bertujuan untuk memvisualisasikan fibula distal, tibia distal, talus proksimal, dan metatarsal V proksimal. Idealnya, tulang fibula distal harus sedikit superimposed tulang tibia distal. Malleolus medial dan lateral dari tulang fibula maupun tibia harus terlihat. Ruang sendi tibiotalar tampak terbuka.[9,11]
Bila melakukan rontgen ankle AP weight-bearing, pasien berdiri tegak dengan posisi pergelangan kaki sentral dan perpendikular terhadap detektor (jari-jari kaki menghadap ke X-ray tube). Tidak boleh ada rotasi, kaki harus dalam posisi netral.[9]
Rontgen Ankle Mortise
Pasien diposisikan berbaring supine atau duduk tegak di meja dengan tungkai ekstensi dan kaki dorsofleksi seperti pada posisi AP. Namun, tungkai dirotasi internal 15–20° agar garis intermalleolar sejajar paralel dengan detektor. Posisi ini menyebabkan jari ke-5 langsung segaris dengan pusat kalkaneus. Rotasi internal harus dilakukan mulai dari hip. Rotasi internal yang terisolasi pada pergelangan kaki saja tidak memberi hasil yang diagnostik.[9,11]
Centering point adalah titik tengah antara malleolus medial dan lateral. Rontgen ini bertujuan untuk melihat fibula distal, tibia distal, talus, dan metatarsal V proksimal. Idealnya, malleolus lateral dan medial fibula maupun tibia tampak jelas. Uniformitas sendi mortise harus bisa terlihat tanpa superimposition malleolus. Basis metatarsal V harus terlihat pada bagian inferior foto.[9]
Rontgen Ankle Lateral
Rontgen ini bertujuan untuk melihat tulang tibia distal dan fibula distal, talus, navikulare, kuboid, dan basis metatarsal V serta kalkaneus. Pasien diposisikan lateral recumbent di meja. Bagian lateral lutut dan sendi pergelangan kaki harus berkontak dengan meja, sehingga tibia terbaring paralel dengan meja. Tungkai bisa lurus ataupun tertekuk. Kaki berposisi dorsofleksi. Tungkai berlawanan diposisikan di belakang tungkai yang cedera untuk menghindari rotasi berlebihan.[9,11]
Proyeksi diberikan secara mediolateral, dengan centering point di prominensia tulang di malleolus medial pada tibia distal. Fibula distal harus tampak superimposed oleh bagian posterior tibia distal. Talar domes harus superimposed, sehingga inspeksi permukaan artikular superior talus bisa dilakukan secara adekuat. Ruangan sendi antara tibia distal dan talus harus terbuka dan uniform.[9,11]
Rontgen Kaki Dorsoplantar atau Anteroposterior
Pada rontgen kaki proyeksi DP (kadang disebut AP), pasien diposisikan dalam keadaan berbaring atau duduk. Kemudian, fleksi lutut pada bagian yang akan diperiksa dan telapak kaki diletakkan di atas meja pemeriksaan. Reseptor foto ditempatkan di bawah telapak kaki pasien. Kaki pasien disesuaikan agar basis tulang metatarsal III berada di tengah reseptor foto. Sumbu panjang (long axis) dari reseptor terletak sejajar dengan sumbu panjang kaki.[10,11]
Pastikan tidak ada rotasi pada kaki. Posisi central ray (CR) diarahkan 10° ke arah tumit. Proyeksi ini memberikan gambaran kaki secara menyeluruh, meliputi tulang-tulang phalanges, metatarsal, navikulare, kuneiformis, dan kuboid. Hasil ini berguna untuk lokalisasi benda asing (foreign bodies) radiopak, menentukan lokasi fragmen fraktur tulang metatarsal dan tarsal anterior, serta mengevaluasi tulang-tulang kaki secara keseluruhan.[10,11]
Pada rontgen kaki weight-bearing proyeksi AP, pasien berdiri tegak dengan kedua kaki sejajar di atas reseptor. Posisi CR berada di antara kedua kaki dan pada level basis tulang metatarsal III membentuk sudut 10-15°posterior ke arah tumit. Pemeriksaan dengan proyeksi ini berguna dalam evaluasi serta perbandingan tulang-tulang tarsal dan metatarsal kedua kaki.[10,11]
Rontgen Kaki Oblik Medial
Rontgen kaki dengan proyeksi AP oblik medial lebih dipilih daripada oblik lateral. Hal ini dikarenakan pada proyeksi AP oblik medial, bidang melalui metatarsal lebih sejajar terhadap reseptor foto dan persendian pada sisi lateral dari midfoot dan hindfoot lebih terbuka. Posisi pasien berbaring atau duduk. Lalu, fleksi lutut pada bagian yang akan diperiksa dan telapak kaki diletakkan diatas meja pemeriksaan.[10,11]
Tempatkan reseptor foto di bawah kaki pasien, sejajar dengan sumbu panjangnya, dan pusatkan ke garis tengah kaki setinggi basis tulang metatarsal III. Kaki dirotasikan ke arah medial sampai permukaan plantar kaki membentuk sudut 30° terhadap bidang reseptor. CR diarahkan tegak lurus terhadap basis tulang metatarsal III.[10,11]
Hasil proyeksi AP oblik menunjukkan ruang antara tulang kuboid dan tulang kalkaneus, tulang kuboid dan tulang metatarsal IV serta V, tulang kuboid dan tulang kuneiform lateral, serta tulang talus dan tulang navikulare. Kuboid ditampilkan dari sisi samping (in profile). Sinus tarsal juga ditampilkan dengan baik.[10]
Rontgen Kaki Lateral
Rontgen kaki proyeksi lateral dengan konfigurasi mediolateral lebih sering digunakan karena lebih nyaman daripada konfigurasi lateromedial. Pada konfigurasi mediolateral, pasien diposisikan lateral dekubitus di atas meja pemeriksaan. Kaki yang lain ditempatkan di belakang kaki yang akan diperiksa. Lutut pasien ditinggikan sampai patella tegak lurus terhadap bidang horizontal dan disokong dengan penyangga.[10,11]
Bagian tumit tidak boleh bersentuhan dengan reseptor. Permukaan medial kaki harus sejajar dengan bidang reseptor. Bagian permukaan plantar dari forefoot tegak lurus terhadap reseptor. Pastikan kaki membentuk sudut 90° dengan tungkai bawah dengan dorsofleksi. CR diarahkan tegak lurus terhadap basis dari tulang metatarsal III. Hasil harus menunjukkan keseluruhan kaki dari samping. Selain itu, sendi pergelangan kaki dan ujung distal dari tulang tibia dan fibula harus tampak.[10,11]
Pemeriksaan rontgen weight-bearing proyeksi lateral (lateromedial) dilakukan dengan pasien berdiri tegak. Reseptor diletakkan secara vertikal di antara kedua kaki dengan titik tengah pada basis tulang metatarsal III. Reseptor bersentuhan dengan sisi medial kaki yang akan diperiksa.[10,11]
Berkas sinar X akan datang dari sisi lateral menuju sisi medial kaki yang akan diperiksa (lateromedial). CR diarahkan horizontal sedikit di atas basis tulang metatarsal III. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan keadaan longitudinal arch. Pemeriksaan dilakukan pada kedua kaki sebagai perbandingan.[10,11]
Follow-up
Follow-up dilakukan sesuai hasil rontgen ankle ataupun kaki. Pasien fraktur ankle atau fraktur tulang kaki lainnya mungkin memerlukan tindakan lanjut operatif atau hanya memerlukan imobilisasi konservatif tergantung pada keparahan frakturnya.[9-11]