Vaksin tuberkulosis (TB) generasi baru sangat diperlukan untuk mengatasi beban penyakit tuberkulosis di Indonesia dan secara global. Saat ini, vaksin BCG atau Bacillus Calmette-Guerin merupakan satu-satunya yang bisa digunakan untuk pencegahan tuberkulosis. Namun, kemampuan vaksin BCG untuk mencegah tuberkulosis bervariasi pada berbagai kelompok pasien, sehingga menyebabkan tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan signifikan.[1]
Berbagai vaksinasi generasi baru telah dikembangkan untuk pencegahan tuberkulosis, seperti vaksin MVA85A yang ditambahkan ke BCG dengan harapan dapat meningkatkan efek pencegahan penyakit, ataupun vaksin M72/AS01E yang sedang dalam uji klinis fase ketiga. Meski demikian, beberapa uji klinis menunjukkan adanya keterbatasan efikasi dalam penggunaan berbagai vaksin generasi baru tersebut.[1,2]
Vaksin TB Saat Ini dan Kelemahannya
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis. Menurut data WHO, terdapat sekitar 10,6 juta pasien TB dan 1,3 juta kematian terkait TB di tahun 2022. Terapi TB yang panjang, permasalahan dalam kepatuhan terapi pasien, serta banyaknya efek samping terkait obat antituberkulosis (OAT) menyebabkan tingkat keberhasilan terapi belum memuaskan. Hal ini juga meningkatkan jumlah kasus multi drug resistant TB.[3]
Vaksin BCG adalah satu-satunya vaksin tuberkulosis yang tersedia dan sudah digunakan secara luas. Studi menunjukkan bahwa vaksin BCG memiliki efek protektif yang baik terhadap penyakit tuberkulosis pada anak, khususnya bentuk yang lebih berat seperti meningitis TB atau tuberkulosis milier. Meski begitu, vaksin BCG kurang efektif dalam melindungi remaja dan orang dewasa, yang merupakan kelompok utama penyebar infeksi TB.[1,3,4]
Efikasi vaksin BCG juga bervariasi tergantung pada lokasi infeksi, dengan perlindungan yang lebih baik terhadap TB berat pada anak dibandingkan pada tuberkulosis paru. Oleh karena itu, meskipun cakupan vaksinasi BCG sudah tinggi di banyak daerah, tuberkulosis masih menjadi masalah global, dan pengembangan vaksin baru yang lebih efektif untuk semua usia masih diperlukan.[1,3]
Vaksin TB Generasi Baru: Vaksin MVA85A
Modified Vaccinia Ankara virus-expressing antigen 85A (MVA85A) adalah virus yang dilemahkan yang tidak bereplikasi di jaringan manusia dan mengkode banyak antigen, sehingga memungkinkan pengembangan vaksin multivalen. Sebagai vaksin untuk tuberkulosis, MVA memiliki potongan DNA dari M.tuberculosis, sehingga mengekspresikan antigen 85A.
Kompleks antigen ini akan mengganggu enzim yang terlibat dalam biosintesis dinding sel bakteri tuberkulosis. Enzim tersebut berperan dalam pembentukan membran Mycoplasma yang penting untuk kelangsungan hidup bakteri karena berfungsi sebagai penghalang efektif terhadap antibiotik. Studi imunologi mengindikasikan bahwa MVA85A dapat digunakan untuk meningkatkan efek dari vaksin BCG karena MVA85A diduga efektif memperluas respon imun spesifik terhadap M tuberculosis.[1,5]
Basis Bukti Efikasi Vaksin MVA85A
Suatu uji klinis fase 2 menganalisis keamanan dan imunogenisitas MVA85A yang digabung dengan vaksin BCG pada infant yang lahir dari ibu HIV. Studi 52 minggu ini mempunyai titik akhir penelitian berupa kasus TB aktif dan TB laten. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna kejadian infeksi TB aktif dan TB laten setelah pemberian vaksin MVA85A.[6]
Tinjauan Cochrane, yang mengevaluasi 6 uji klinis dengan total 3838 partisipan, juga menunjukkan hasil serupa. Tinjauan ini menunjukkan bahwa MVA85A tidak mengurangi risiko TB aktif yang dikonfirmasi secara mikrobiologis, tidak memengaruhi risiko memulai pengobatan TB, dan tidak mengurangi insiden TB laten. Meski vaksin ini memiliki profil keamanan yang baik, penggunaannya dikaitkan dengan peningkatan risiko reaksi kulit lokal.[1]
Basis bukti lainnya adalah sebuah uji klinis fase 2a yang mengevaluasi keamanan dan imunogenisitas regimen vaksin ChAdOx1 85A–MVA85A dibandingkan dengan revaksinasi BCG pada remaja. Hasil menunjukkan bahwa ChAdOx1 85A–MVA85A memiliki tolerabilitas yang baik dengan respons IFN-γ ELISpot spesifik Ag85A yang lebih tinggi dibandingkan revaksinasi BCG.
Studi ini juga menunjukkan bahwa ChAdOx1 85A–MVA85A memiliki kejadian efek samping lebih rendah dan sebagian besar bersifat ringan hingga sedang. Namun, keterbatasan utama penelitian ini adalah tidak menyertakan regimen BCG–ChAdOx1 85A–MVA85A, yang sebelumnya terbukti lebih efektif dalam model hewan. Studi lebih lanjut mengenai regimen vaksinasi ini masih diperlukan.[7]
Vaksin TB Generasi Baru Lainnya
Terdapat beberapa kandidat vaksin TB lain yang sedang diteliti. Di Indonesia, uji klinis fase 3 sedang dilakukan untuk vaksin generasi baru M72/AS01E. Uji klinis ini adalah kelanjutan dari penelitian sebelumnya di Afrika, yang mana telah menunjukkan bahwa vaksin M72/AS01E memberi perlindungan 49,7% terhadap perkembangan TB paru aktif pada individu yang sudah terinfeksi tetapi belum mengalami penyakit aktif.[2,8]
Selain itu, terdapat dua kandidat vaksin TB generasi baru lain yang juga akan diujikan di Indonesia. Kandidat tersebut adalah vaksin BNT164a1 dan vaksin AdHu5Ag85A, yang keduanya masih dalam tahap awal penelitian.[2]
Kesimpulan
Vaksin BCG adalah satu-satunya vaksin tuberkulosis yang tersedia dan telah digunakan secara luas saat ini. Namun, vaksin BCG memiliki efikasi yang variatif, tergantung pada usia pasien dan lokasi infeksi. Untuk itulah, vaksin generasi baru, seperti vaksin MVA85A, diteliti dengan harapan mampu meningkatkan efek proteksi vaksin BCG terhadap tuberkulosis. Sayangnya, banyak studi yang ada belum mendukung efikasi vaksin generasi baru tersebut dalam mengurangi risiko terjadinya tuberkulosis.
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha