Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Alcohol Use Disorder general_alomedika 2024-10-24T08:41:14+07:00 2024-10-24T08:41:14+07:00
Alcohol Use Disorder
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Alcohol Use Disorder

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Penatalaksanaan alcohol use disorder atau alkoholisme, selalu mengedepankan upaya-upaya untuk abstinensia. Pemberian farmakoterapi maupun psikoterapi sebaiknya dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten. Untuk Indonesia, berarti dilakukan oleh psikiater atau tenaga medis yang telah dilatih oleh badan narkotika nasional.

Tata Laksana Nonfarmakologis

Untuk mereka yang menyalahgunakan alkohol, tetapi belum menunjukkan gejala-gejala ketergantungan, maka sebaiknya mendapatkan intervensi psikoterapi. Pilihan psikoterapi misalnya dengan cognitive behavioral therapy (CBT), serta terapi perilaku atau terapi sosial, seperti pertemuan alcoholics anonymous (AA).[3,24]

Terapi-terapi ini bertujuan untuk perbaikan kognisi, perilaku, dan masalah sosial yang berhubungan dengan penggunaan alkohol. Untuk tingkat penyalahgunaan ringan, upaya nonfarmakologis lebih dikedepankan. Namun, untuk penyalahgunaan tingkat sedang dan berat, harus dikombinasikan dengan medikamentosa.[24]

Mutual-help group seperti alcoholic anonymous (AA) berfokus pada prinsip perubahan perilaku seperti penguatan dan pembentukan pola pikir. Terapi perilaku ini dapat membantu pasien untuk menerapkan self change dan self regulation yang akan bermanfaat untuk membentengi dirinya dari relaps.[25]

Tinjauan sistematis Cochrane tahun 2020 menilai efektivitas alcoholics anonymous (AA). Tinjauan tersebut mendapatkan bukti klinis berkualitas tinggi yang menyatakan bahwa AA lebih efektif dibanding terapi lainnya, misalnya CBT, untuk mewujudkan abstinensia. Selain itu, AA juga dinilai sebagai terapi yang cost saving pada pasien alcohol use disorder (AUD).[18]

Tata Laksana Alcohol Dependence

Naltrexone, acamprosate dan disulfiram merupakan obat-obatan utama yang digunakan untuk penanganan alcohol dependence. Farmakoterapi sebaiknya mulai diberikan setelah pasien abstinen setidaknya 3 hari, atau setelah detoksifikasi.

Naltrexone dapat memblokade reseptor opioid dan menghilangkan efek euforia dari alkohol. Disulfiram menghambat konversi asetaldehid menjadi asam asetat, sehingga menimbulkan efek tidak menyenangkan akibat penggunaan alkohol, seperti flushing, takikardi, berkeringat, dan gangguan pencernaan.

Acamprosate merupakan antagonis glutamat, neurotransmitter yang dipengaruhi oleh alkohol. Acamprosate bisa memperpanjang waktu sampai terjadinya relaps tapi tidak menurunkan jumlah konsumsi alkohol.

Pilihan obat disesuaikan dengan tujuan terapi yang ingin dicapai. Acamprosate dan disulfiram sesuai digunakan pada pasien yang menginginkan abstinensia total. Naltrexone merupakan pilihan bila pasien ingin mengurangi atau mengendalikan konsumsi alkohol.

Disulfiram dapat diberikan dengan dosis 250–500 mg/hari. Dosis naltrexone adalah 50 mg/hari. Acamprosate diberikan dengan dosis 1998 mg/hari. Dosis farmakoterapi tersebut telah disetujui oleh Food and Drugs Administration (FDA).[3,4,26,27]

Tata Laksana Alcohol Withdrawal

Tata laksana alcohol withdrawal mencakup pemantauan ketat terhadap gejala agitasi dan delirium tremens. Pemberian benzodiazepin dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi yang mengancam nyawa, misalnya kejang.

Berikan rehidrasi pada pasien dan koreksi elektrolit bila diperlukan karena dehidrasi dan gangguan elektrolit banyak ditemukan pada kasus ini. Bila pasien membutuhkan sedasi lama untuk mengatasi agresi, maka berikan cairan kristaloid yang mengandung kalium selama pasien tidur dan tidak bisa mendapatkan asupan oral.

Berikan juga vitamin B1 sebelum pemberian glukosa untuk mencegah ensefalopati Wernicke. Glukosa diberikan untuk mengatasi hipoglikemia lewat jalur intravena dan waspadai kemungkinan ketoasidosis alkohol akibat hipoglikemia lama. Kadar alkohol dalam darah akan berkurang seiring waktu, namun tetap diperlukan monitoring tanda vital, status rehidrasi, dan glukosa.[24,28,29]

Baclofen dilaporkan berpotensi untuk terapi alcohol use disorder, tetapi efikasi dan keamanannya masih memerlukan studi lebih lanjut.

Benzodiazepine

Sedasi seringkali dibutuhkan untuk pasien dengan agitasi. Pilihan benzodiazepine untuk sedasi yang aman adalah klordiazepoksid, karena mempunyai waktu paruh yang panjang. Diazepam juga bisa digunakan, namun terdapat risiko akumulasi dosis dan risiko penyalahgunaan.

Pada pasien dengan gangguan hepar berat, obstruksi jalan nafas, atau lansia, sebaiknya dipilih benzodiazepine short acting seperti lorazepam 0,5 mg. Untuk pasien refrakter terhadap benzodiazepine atau mempunyai halusinasi yang mengganggu, maka bisa diberikan haloperidol 0,5 mg.

Pasien dengan alcohol withdrawal sering mempunyai riwayat jatuh sehingga perlu waspada untuk perdarahan intrakranial, serta gangguan hepar, dan pankreatitis. Lakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan masalah ini bila terdapat indikasi.[24,29]

Clinical Institute Withdrawal Assessment of Alcohol Scale Revised

Clinical Institute Withdrawal Assessment of Alcohol Scale Revised (CIWA-Ar) adalah sistem skoring yang digunakan dalam evaluasi pasien dengan alcohol withdrawal. Sistem skoring ini dapat digunakan untuk menentukan modalitas tata laksana yang digunakan. Beberapa hal yang dinilai dengan CIWA-Ar, antara lain nausea dan vomitus, sakit kepala, gangguan pendengaran, agitasi, tremor, orientasi, dan ansietas.

Tata laksana menggunakan benzodiazepin dapat disesuaikan berdasarkan skor CIWA-Ar. Tatalaksana dapat diberikan dengan dua cara, yaitu fixed schedule dan symptom-triggered regimens.

Tata laksana fixed schedule diberikan pada interval tertentu dan dosis tambahan dapat diberikan sesuai dengan tingkat keparahan gejala. Tata laksana dengan symptom-triggered regimens diberikan hanya jika skor CIWA-Ar lebih dari 8. Dalam menggunakan CIWA-Ar, lakukan pemantauan setiap 4-8 jam sampai jumlah skor <8 selama 24 jam.[28,30]

Apabila menggunakan symptoms triggered regimens, pengukuran CIWA-Ar dapat dilakukan setiap jam. Berikan salah satu obat di bawah ini jika skor >8:

  • Chlordiazepoxide 50-100 mg
  • Diazepam 10-20 mg

  • Lorazepam 2-4 mg[30]

Apabila menggunakan fixed schedule, berikan salah satu obat ini setiap 6 jam :

  • Chlordiazepoxide 4 x 50 mg, selanjutnya 8 x 25 mg
  • Diazepam 4 x 10 mg, selanjutnya 8 x 5 mg
  • Lorazepam 4 x 2 mg, selanjutnya 8 x 1 mg[30]

Tata Laksana Alcohol Intoxication

Tata laksana alcohol intoxication ditujukan untuk stabilisasi kondisi pasien sesuai manifestasi klinis yang timbul. Pertama, lakukan asesmen jalan nafas, fungsi respirasi, dan pencegahan terjadinya aspirasi . Apabila pasien mengalami penurunan kesadaran, lakukan eksklusi penyebab penurunan kesadaran lain, misalnya perdarahan intrakranial.

Lakukan pemeriksaan laboratorium yang sama dengan alcohol withdrawal kemudian mulai akses intravena untuk melakukan koreksi hipoglikemia dan gangguan elektrolit. Berikan tiamin, bisa secara oral atau intravena, sebelum mulai memberikan koreksi hipoglikemia. Bila dibutuhkan sedasi, sebaiknya diberikan antipsikotik haloperidol atau benzodiazepine, dan restraint fisik.[31,32]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

3. Nehring SM, Freeman AM. Alcohol Use Disorder. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK436003/
4. Thompson W. Alcoholism. Medscape. 2022 https://emedicine.medscape.com/article/285913-overview#a1
18. Kelly JF, Humphreys K, Ferri M. Alcoholics Anonymous and other 12-step programs for alcohol use disorder. Cochrane Database Syst Rev. 2020 Mar 11;3(3):CD012880. doi: 10.1002/14651858.CD012880.pub2.
24. NICE Guideline. Alcohol-use disorders: diagnosis, assessment and management of harmful drinking and alcohol dependence. NICE. Manchester: 2011 https://www.nice.org.uk/guidance/cg115
25. 30. McKay JR, Hiller-Sturmhofel S. Treating Alcoholism as a chronic disease. Alcohol Res Health, 2011. 33(4): 356-370. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23580020
26. Spithoff S, Kahan M. Primary care management of alcohol use disorder and at-risk drinking. Can Fam Physician 2015;6:515–21. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26071154
27. Kranzler HR, Soyka M. Diagnosis and Pharmacotherapy of Alcohol Use Disorder: A Review. JAMA. 2018 Aug 28;320(8):815-824. doi: 10.1001/jama.2018.11406.
28. Newman RK, Stobart Gallagher MA, Gomez AE. Alcohol Withdrawal. StatPearls Publishing; 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441882/
29. Sachdeva A, Choudhary M, Chandra M. Alcohol Withdrawal Syndrome: Benzodiazepines and Beyond. J Clin Diagn Res. 2015 Sep;9(9):VE01-VE07. doi: 10.7860/JCDR/2015/13407.6538.
30. Mayard M, Mcintyre J, Hill KR, et al. Alcohol Withdrawal Syndrome. Am Fam Phys, 2004. 69(6): 1443-1450. https://www.aafp.org/afp/2004/0315/p1443.html
31. Vonghia L, Leggio L, Ferruli A, Bertini M, Gasbarrini G, Addolorato G, et al. Acute alcohol intoxication. Europ J Internal Medicine 2008; 19 : 561-567 https://www.ejinme.com/article/S0953-6205(08)00074-5/pdf)\
32. LaHood AJ, Kok SJ. Ethanol Toxicity. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557381/

Diagnosis Alcohol Use Disorder
Prognosis Alcohol Use Disorder

Artikel Terkait

  • Mengenali Neonatal Abstinence Syndrome: Morbiditas dan Mortalitas
    Mengenali Neonatal Abstinence Syndrome: Morbiditas dan Mortalitas
  • Waspadai Gangguan Mental dan Bunuh Diri Setelah Peristiwa Traumatik Berat
    Waspadai Gangguan Mental dan Bunuh Diri Setelah Peristiwa Traumatik Berat
  • Deteksi dan Manajemen Dini Substance Use Disorder oleh Dokter Layanan Primer
    Deteksi dan Manajemen Dini Substance Use Disorder oleh Dokter Layanan Primer
  • Positif dan Negatif Palsu pada Tes Urine Narkoba untuk Deteksi Penyalahgunaan Zat
    Positif dan Negatif Palsu pada Tes Urine Narkoba untuk Deteksi Penyalahgunaan Zat
  • Penanganan Intoksikasi Magic Mushroom
    Penanganan Intoksikasi Magic Mushroom

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 17 Mei 2023, 18:57
Obat ARV yang memengaruhi hasi dari Surat Keterangan Bebas Narkoba (SKBN)
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin konsul pasien konsumsi ARV TLD, dan sempat membaca jika ARV sejenis Evapiren bs terdeteksi positif pada SKBN, untuk kandungan Tenofovir Lamivudine...
Anonymous
Dibalas 03 Oktober 2022, 08:57
Pemeriksaan alkohol test tiup
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin Bertanya dok Jika di lakukan pemeriksaan alcohol test tiup hasil di dapat 0,02 untuk di indonesia sendiri apa masih ambang batas? Untuk bekerja apakah...
Anonymous
Dibalas 05 Juli 2022, 17:07
Penggunaan Spirometri/Alkohol Test pada medical check up
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izi Bertanya dok untuk saat ini MCU tahunan pemeriksaan spirometri masih tidak di anjurkan termasuk alkohol test turin di lingkup perusahaan?

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.