Pengawasan Klinis Etil Klorida
Pengawasan klinis penggunaan etil klorida dilakukan untuk memastikan kulit tidak mengalami infeksi dan sembuh dengan baik. Selain itu, pengawasan juga diperlukan terkait kemungkinan penyalahgunaan etil klorida, dengan diinhalasi.
Penyembuhan Luka
Efek vapocoolant dari etil klorida berpotensi mengakibatkan kulit lebih rentan terkena infeksi, dan memperlambat penyembuhan luka. Ketika hendak melakukan penyemprotan, oleskan petrolatum pada area kulit sekitar area terapi untuk menghindari terjadinya pengelupasan kulit. Selain itu, dapat pula terjadi radang chemical frostbite setelah penyemprotan berkepanjangan ke kulit.[1–3,5]
Penyalahgunaan Etil Klorida
Penyalahgunaan inhalasi etil klorida yang mengakibatkan toksisitas pernah dilaporkan. Pada pasien-pasien ini, sebaiknya dilakukan konseling dan evaluasi psikiatri. Penyalahgunaan rentan ditemukan pada pasien yang berusia muda, dan memiliki riwayat masalah perilaku atau sosial.
Setelah inhalasi akut, pasien dapat mengalami rasa mabuk, euforia, dan halusinasi. Efek lain yang dapat timbul, antara lain, dizziness, kebingungan, inkoordinasi otot-otot, dan gangguan kesadaran. Inhalasi dalam dosis besar menyebabkan efek depresan terhadap sistem saraf pusat.
Inhalasi etil klorida kronis juga dapat menyebabkan gejala neurologis, seperti ataxia, tremor, gangguan bicara, dan nistagmus. Selain itu, pasien dapat mengalami hepatomegali, dan kerusakan fungsi hepar yang ditandai dengan peningkatan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT).
Pada sistem kardiovaskular, inhalasi kronik dapat mengakibatkan aritmia, blok atrioventrikular (AV), fibrilasi ventrikel, hingga henti jantung mendadak. Aritmia yang disertai gangguan neurologis dapat menyebabkan terjadinya henti napas, yang berakibat fatal.[14,15]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra