Efek Samping dan Interaksi Obat Phenobarbital
Efek samping phenobarbital atau fenobarbital dapat berupa penurunan kesadaran, gangguan keseimbangan, dan depresi napas. Interaksi obat dapat terjadi antara phenobarbital dengan obat-obatan yang dimetabolisme oleh sitokrom P450, seperti teofilin.
Efek Samping
Efek samping phenobarbital yang dapat ditemukan antara lain somnolen, inkoordinasi, gangguan keseimbangan, dan drowsiness. Efek samping lebih sering ditemukan pada populasi geriatri, sehingga pada populasi ini lebih diutamakan pemberian antiepilepsi generasi baru, seperti lamotrigine dan levetiracetam.
Efek samping berat yang dapat terjadi akibat pemberian phenobarbital antara lain koma, depresi napas, dan hipotensi. Efek samping lain yang lebih jarang terjadi adalah sindrom Stevens Johnson. Reaksi hipersensitivitas, misalnya angioedema dan ruam kulit, serta reaksi lokal pada tempat injeksi juga dapat terjadi.
Bila phenobarbital diberikan sebagai terapi dalam jangka waktu lama, efek samping yang paling sering muncul adalah iritabilitas, hilangnya nafsu makan, depresi, serta nyeri tulang, sendi, atau otot. Gangguan fungsi hepar juga bisa terjadi walaupun jarang.[2,7]
Interaksi Obat
Interaksi obat phenobarbital memengaruhi berbagai obat lain, baik melalui metabolisme maupun kadar plasmanya.
Obat Terkait Enzim Sitokrom P450
Pemberian teofilin atau golongan steroid, misalnya dexamethasone, bersama dengan phenobarbital dapat menurunkan kadar teofilin dan steroid dalam darah karena phenobarbital mempengaruhi metabolisme obat melalui induksi enzim sitokrom P450.
Selain itu induksi enzim sitokrom P450 juga dapat mempercepat metabolisme estrogen dan progesterone. Akibatnya, efektivitas kontrasepsi oral akan menurun pada pasien yang mendapatkan terapi phenobarbital.[2]
Penurunan Kadar Plasma
Pemberian phenobarbital juga dapat menurunkan kadar plasma antikoagulan oral, seperti warfarin. Phenobarbital juga menurunkan kadar griseofulvin, doxycycline, natrium valproat, dan asam valproat.[6,7]
Peningkatan Efek Obat
Bila phenobarbital diberikan bersama phenytoin, antihistamine, misalnya loratadine, obat sedatif-hipnotik dan tranquilizer, misalnya alprazolam dapat meningkatkan efek depresi sistem saraf pusat. Bila diberikan bersama obat golongan monoamine oxidase inhibitor (MAOI), seperti selegiline dan phenelzine, obat ini dapat memperpanjang efek phenobarbital.[6]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra