Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Phenobarbital
Penggunaan phenobarbital atau fenobarbital pada kehamilan tidak disarankan, dan digolongkan ke dalam kategori D oleh Food and Drug Administration. Phenobarbital dapat disekresikan ke air susu ibu, sehingga sebaiknya dihindari oleh ibu menyusui.
Penggunaan pada Kehamilan
Menurut kategori Food and Drug Administration (FDA), phenobarbital juga termasuk kategori D. Artinya, terdapat bukti positif risiko kelainan pada fetus manusia berdasarkan investigasi dan studi pada manusia, namun obat dapat digunakan jika manfaat dianggap lebih besar dari potensi risiko.
Menurut kategori Therapeutic Goods Administration (TGA), penggunaan phenobarbital pada ibu hamil juga masuk kategori D. Artinya, obat dapat menyebabkan peningkatan insiden malformasi fetus manusia atau kerusakan yang ireversibel, di samping juga dapat menimbulkan efek farmakologis yang buruk.
Kadar phenobarbital pada fetus dapat menyamai kadar phenobarbital pada ibu bila phenobarbital diberikan secara parenteral. Phenobarbital juga dapat melewati sawar plasenta dan terdistribusi ke jaringan fetus, termasuk plasenta, hati, dan otak fetus.
Penggunaan phenobarbital, terutama pada trimester 1 dan trimester 3, berhubungan dengan tumor otak dan malformasi kongenital, seperti defek kraniofasial, hipoplasia kuku, dan gangguan perkembangan. Paparan phenobarbital selama kehamilan juga dapat mengakibatkan sindrom withdrawal pada bayi baru lahir. Gejala withdrawal dapat berupa kejang, iritabilitas, gangguan tidur, tremor, hipotonia, muntah, dan hyperreflexia.
Selain itu, phenobarbital juga dapat menyebabkan gangguan koagulasi pada bayi baru lahir. Namun, hal ini dapat dicegah dengan memberikan vitamin K profilaksis pada ibu hamil sebelum partus.[7,14,15]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Pada air susu ibu (ASI), kadar phenobarbital sangat bervariasi. Diperkirakan rasio kadar phenobarbital pada ASI bila dibandingkan dengan plasma ibu mencapai 0,4–0,6, dengan perkiraan jumlah phenobarbital yang terhisap oleh bayi per harinya mencapai 2–4 mg. Eliminasi phenobarbital lebih lambat pada bayi, sehingga dapat terjadi akumulasi phenobarbital di dalam tubuh bayi, bahkan melebihi kadar di tubuh ibu.
Bayi yang mendapat ASI dari ibu yang mengonsumsi phenobarbital memiliki tanda-tanda sedasi dan kesulitan mengisap ASI, dibandingkan kontrol. Hal ini dapat menyebabkan gagal tumbuh pada bayi. Sebaiknya, ibu tidak memberikan ASI selama mendapatkan terapi phenobarbital. Telah dilaporkan terjadinya infantile spasms dan gejala withdrawal pada bayi setelah pemberhentian mendadak phenobarbital.[5,7,16]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra