Penggunaan pada Kehamilan dan Menyusui Cefotaxime
Penggunaan cefotaxime pada kehamilan, cefotaxime digolongkan ke dalam kategori B oleh Food and Drugs Administration atau FDA, sehingga penggunaannya perlu dilakukan dengan berhati-hati. Pada ibu menyusui, sebaiknya tidak memberikan air susu kepada bayi selama mengonsumsi cefotaxime.
Penggunaan pada Kehamilan
Cefotaxime masuk dalam kategori FDA B. Artinya, studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[14]
Menurut Therapeutic Goods Administration (TGA), cefotaxime masuk dalam kategori B1. Artinya, obat telah dikonsumsi dalam jumlah terbatas oleh ibu hamil atau wanita usia reproduksi tanpa adanya peningkatan frekuensi malformasi atau efek berbahaya lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung pada janin. Studi pada hewan tidak menunjukkan adanya bukti peningkatan kejadian gangguan pada janin.[2,14]
Studi kohort oleh Muanda, et al. pada tahun 2017 hubungan penggunaan antibiotik selama kehamilan dengan risiko malformasi kongenital mayor. Cephalosporin merupakan salah satu golongan antibiotik yang diteliti. Berdasarkan studi tersebut, golongan cephalosporin tidak meningkatkan risiko terjadinya malformasi kongenital mayor maupun malformasi organ spesifik, misalnya atresia ani.[15]
Namun, cefotaxime diketahui dapat menembus plasenta. Oleh sebab itu, penggunaannya hanya diperbolehkan jika manfaat yang didapat lebih besar daripada potensinya membahayakan janin.[4,14]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Sebagian kecil cefotaxime dapat disekresikan ke dalam air susu ibu (ASI). Penggunaan pada ibu menyusui dapat menyebabkan gangguan flora usus, diare, kandidiasis oral, dan sensitisasi pada bayi. Sebaiknya, pasien berhenti menyusui jika mengonsumsi cefotaxime.[16]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra