Pendahuluan Cefotaxime
Cefotaxime merupakan antibiotik spektrum luas golongan sefalosporin generasi ketiga yang dapat digunakan untuk terapi infeksi saluran pernapasan bawah, infeksi saluran kemih, gonorrhea, meningitis, bakteremia, dan sepsis. Cefotaxime bersifat bakterisidal yang bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri, sehingga bakteri lisis.[1,2]
Cefotaxime diberikan secara parenteral, dan diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian intramuskular. Cefotaxime terdistribusi secara luas pada berbagai jaringan tubuh dan cairan tubuh. Cefotaxime dapat menembus sawar darah otak saat meningen mengalami inflamasi, sehingga diindikasikan untuk meningitis. Metabolisme cefotaxime terjadi di hepar, menghasilkan metabolit aktif dan inaktif. Waktu paruh cefotaxime adalah 1–1,5 jam.[2,3]
Efek samping tersering akibat pemberian cefotaxime adalah reaksi pada lokasi injeksi, misalnya nyeri, kemerahan, dan bengkak. Cefotaxime juga berpotensi menyebabkan diare atau kolitis akibat infeksi Clostridium difficile. Interaksi obat antara cefotaxime dengan obat-obatan, seperti furosemide atau gentamisin, dapat meningkatkan efek nefrotoksik obat.[2,4]
Pada kehamilan, cefotaxime termasuk ke dalam kategori B berdasarkan Food and Drugs Administration. Penggunaannya hanya diperbolehkan jika besarnya manfaat melebihi potensi membahayakan bagi janin. Pada ibu menyusui, penggunaan cefotaxime juga sebaiknya dihindari, karena dapat menyebabkan diare dan kandidiasis oral pada bayi.[5]
Kontraindikasi cefotaxime adalah pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap cefotaxime, maupun golongan cephalosporin lainnya. Peringatan pemberian cefotaxime ditujukan pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap penicillin, sebab ada kemungkinan reaksi silang. Injeksi cefotaxime melalui akses vena sentral sebaiknya tidak diberikan secara cepat, atau di bawah 1 menit, karena dapat mengakibatkan aritmia yang mengancam nyawa.[4,5]
Pengawasan klinis diperlukan untuk memantau fungsi ginjal dan hepar pasien. Penggunaan cefotaxime dilaporkan menyebabkan peningkatan transien enzim hepar, misalnya SGOT dan SGPT, serta ureum dan kreatinin. Pemeriksaan hitung darah lengkap diperlukan pada pasien yang menerima cefotaxime lebih dari 10 hari, sebab cefotaxime dapat menyebabkan neutropenia, granulositopenia, leukopenia, eosinofilia, atau trombositopenia.[2,5]
Cefotaxime memiliki struktur kimia (6R,7R)-3-(acetoxymethyl)-7-[[(2E)-2-(2-amino-1,3-thiazol-4-yl)-2-methoxyimino acetyl]amino]-8-oxo-5-thia-1-azabicyclo[4.2.0]oct-2-ene-2-carboxylic acid dan formula molekular C16H17N5O7S2.[6]
Tabel 1. Deskripsi singkat Cefotaxime
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antibakteri[7] |
Sub-kelas | Sefalosporin generasi ketiga[7] |
Akses | Harus dengan resep[7] |
Wanita hamil | Kategori FDA: B[5] Kategori Therapeutic Goods Administration (TGA): B1[5] |
Wanita menyusui | Diekskresikan melalui ASI[5] |
Anak-anak | Dapat digunakan pada anak[2,5] |
Infant | Dapat digunakan pada neonatus[2,5] |
FDA | Approved[2,5] |
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra