Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Dicloxacillin
Penggunaan dicloxacilin pada ibu hamil diperbolehkan, tetapi tetap harus menimbang rasio keuntungan dan kerugian pada ibu dan bayi. FDA memasukkan dicloxacillin ke dalam kategori B.
Penggunaan pada ibu menyusui diperbolehkan karena dicloxacillin disekresikan dalam konsentrasi rendah ke ASI, tetapi tetap harus mempertimbangkan manfaat dan risiko bagi ibu dan bayi.[5,17]
Penggunaan pada Kehamilan
Penggunaan dicloxacillin pada kehamilan termasuk dalam kategori B oleh FDA. Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[3,5]
Sementara itu, TGA memasukkan dicloxacillin ke dalam kategori B2. Obat telah digunakan secara sangat terbatas oleh wanita hamil dan wanita usia produktif tanpa ditemukan adanya peningkatan frekuensi malformasi atau efek membahayakan tidak langsung terhadap fetus manusia.[7]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Data terbatas menunjukkan bahwa kadar dicloxacillin dalam ASI sangat rendah dan diperkirakan tidak menyebabkan efek samping pada bayi yang disusui. Meski demikian, pada beberapa kasus dilaporkan gangguan flora gastrointestinal bayi, mengakibatkan diare atau sariawan.[17]
Konsentrasi dicloxacillin yang disekresikan ke dalam ASI berkisar 0,1-0,3 mcg/ml. Apabila ibu menyusui harus menggunakan dicloxacillin setelah mempertimbangkan keuntungan dan kerugian, efek samping potensial pada infant harus diobservasi.
Sebelum memberikan dicloxacillin sebagai terapi pada ibu menyusui, pertimbangkan manfaat menyusui, risiko potensi paparan obat pada infant, dan risiko jika tidak diberikan terapi dicloxacillin.[3,13]