Efek Samping dan Interaksi Obat Vancomycin
Efek samping utama vancomycin adalah nefrotoksisitas dan ototoksisitas, namun efek samping ini semakin menurun dengan adanya perbaikan produk vancomycin. vancomycin akan berinteraksi dengan obat-obat nefrotoksik, kortikosteroid, warfarin, dan obat-obat lainnya.
Efek Samping
Efek samping vancomycin yang banyak ditemukan adalah nefrotoksisitas dan ototoksisitas. Kedua efek samping ini banyak ditemukan pada awal-awal pembuatan vancomycin. Vancomycin yang pertama kali digunakan secara komersial mengandung campuran dengan bahan lain. Campuran ini membentuk 70% sediaan vial vancomycin. Sejak tahun 1970, sediaan vancomycin telah diperbaharui dan efek samping ototoksisitas dan nefrotoksisitas berkurang secara signifikan. [2]
Nefrotoksisitas
Nefrotoksisitas akibat penggunaan vancomycin terjadi akibat efek toksik obat terhadap sel-sel di tubulus proksimal. vancomycin diduga menginduksi stres oksidatif sehingga menyebabkan iskemia pada sel-sel tubular yang berujung pada kerusakan tubuloitersisial akut. Selain itu, vancomycin juga diduga membentuk presipitat di bagian silinder ginjal sehingga menyebabkan obstruksi. [12,23]
Walaupun kejadian nefrotoksik sudah berkurang, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko toksisitas pada ginjal, yaitu penggunaan dalam dosis yang tinggi (lebih dari 15 mg/Liter), durasi penggunaan yang lama (lebih dari 7 hari), adanya riwayat gangguan pada ginjal, dan penggunaan bersamaan dengan obat nefrotoksik lain. [24-26]
Red Man Syndrome
Gejala lain yang juga sering ditemukan saat pemberian vancomycin adalah “red man syndrome” karena menunjukkan gejala berupa eritema dan disertai dengan sensasi kesemutan di wajah, batang tubuh bagian atas, dan ekstremitas atas. Walaupun didasari oleh pelepasan histamin oleh sel mast dan tampak seperti reaksi alergi, efek samping ini disebut sebagai pseudo alergi karena mekanismenya tidak didasari oleh proses imunologi.
Efek samping ini timbul karena pemberian vancomycin yang terlalu cepat dan akan berkurang jika pemberian infus vancomycin diperlambat. Untuk mencegah timbulnya efek samping ini, diphenhydramine dan ranitidin dapat diberikan sebelum pemberian infus vancomycin. [27]
Efek samping lain yang juga sering muncul adalah demam, menggigil, flebitis, mual, nyeri perut, dan hipokalemia. Efek samping lain yang dapat muncul dapat dilihat pada tabel berikut. [28]
Tabel 3. Efek Samping Vancomycin
Sistem Organ | Efek Samping |
Gastrointestinal | Mual (17%); nyeri perut (15%); muntah, diare, flatulens (1 – 10%); enterokolitis pseudomembran, kolitis (<0,01%); peritonitis kimiawi, konstipasi |
Metabolik | Hipokalemi (13%) |
Kulit | Eksantem, gatal, urtikaria (1 – 10%); eritema (0,1 – 1%); nekrolisis epidermal toksik (0,01 – 0,1%); dermatitis eksfoliatif, dermatosis bulosa linear IgA, sindrom Lyell, sindrom Steven Johnson (<0,01%); eksantem pustulosis generalisata akut |
Kardiovaskular | Penurunan tekanan darah, edema perifer, flebitis (1 – 10%); tromboflebitis (0,1 – 1%); vaskulitis (0,01 – 0,1%); henti jantung (<0,01%); bradikardi, syok kardiogenik, hipotensi, palpitasi, nyeri dada, takikardi |
Ginjal | Peningkatan serum kreatinin dan urea, insufisiensi renal (1 – 10%); gagal ginjal akut, nefritis intersisial (0,01 – 0,1%) |
Sistem Indra | Gangguan pendengaran permanen atau transien (0,1 – 1%); ototoksisitas, tinitus (0,01 – 0,1%); hemorrhagic occlusive retinal vasculitis (HORV) pasca pemberian intravitreal atau intrakameral, gangguan penglihatan permanen |
Respiratori | Dispneu, stridor (1 – 10%); mengi |
Muskulpskeletal | Nyeri punggung (1 – 10%); nyeri dada, spasme otot (0,01 – 0,1%) |
Sistem saraf | Nyeri kepala (1 – 10%); pusing, vertigo (0,01 – 0,1%) |
Genitourinari | Infeksi saluran kemih (1 – 10%); sedimen granular pada urin |
Hematologi | Eosinofilia (0,1 – 1%); agranulositosis, leukopenia, pansitopenia, neutropenia reversibel, trombositopenia (0,01 – 0,1%); anemia |
Imunologi | Reaksi anafilaksis, superinfeksi (0,01 – 0,1%) |
Psikiatri | Depresi, insomnia |
Hepatik | Peningkatan enzim transaminase |
Lain-lain | Fatigue, inflamasi pada mukosa, demam (1 – 10%) |
Sumber: dr. Shofa, 2019 [28]
Interaksi Obat
vancomycin memiliki beberapa interaksi dengan obat-obat lain, terutama yang diberikan secara sistemik. vancomycin tidak direkomendasikan diberikan bersamaan dengan obat-obat lain yang bersifat nefrotoksik seperti piperasilin/tazobaktam, tobramycin, amikacin, gentamicin, aminoglikosida, amfoterisin B, bacitracin, dan obat lainnya. Interaksi vancomycin dengan obat lain dapat dilihat pada tabel berikut. [8,13]
Tabel 4. Interaksi Vancomycin dengan Obat lain
Interaksi | Obat |
Meningkatkan risiko perdarahan | Warfarin |
Menurunkan respons imun vaksin | Vaksin hidup |
Meningkatkan kerja blokade muskular | Obat untuk relaksasi otot |
Meningkatkan kadar trospium | Trospium |
Menyebabkan eritema, flushing, dan reaksi anafilaktoid | Obat-obat anastesi |
Meningatkan retensi cairan dan risiko hipernatremia | Kortikosteroid, NaCl, dan litium |
Kolestiramin dapat mengikat vancomycin sehingga menurunkan dosis vancomycin. Gunakan vancomycin 1 jam sebelum atau 4 jam sesudah pemberian kolestiramin | Kolestiramin |
Sumber: dr. Shofa, 2019 [8,13]
Penggunaan vancomycin tidak memiliki interaksi dengan alkohol, rokok, dan makanan sehari-hari. Pemberian vancomycin juga tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. [8,13]