Indikasi dan Dosis Baclofen
Indikasi baclofen adalah untuk mengurangi spastisitas otot, misalnya pada multiple sclerosis, spinal cord injury, dan penyakit korda spinalis lainnya. Dosis baclofen yang diberikan akan tergantung pada usia pasien, keparahan penyakit, dan jenis sediaan.
Baclofen terutama diindikasikan untuk mengurangi spastisitas fleksor, klonus, dan nyeri yang terjadi bersamanya. Spastisitas yang disebabkan oleh multiple sclerosis, spinal cord injury, tumor korda spinalis, syringomyelia, penyakit neuron motorik, mielitis transversa, trauma sistem serebrovaskular, cerebral palsy, dan meningitis dapat ditata laksana dengan baclofen.
Pasien harus memiliki spastisitas yang reversibel. Baclofen tidak diindikasikan untuk pengobatan spasme otot akibat penyakit rematik. Efikasi baclofen pada spastisitas akibat stroke dan penyakit Parkinson juga belum ditetapkan, sehingga obat ini tidak direkomendasikan pada kondisi-kondisi ini.[1,5]
Beberapa studi juga melaporkan bahwa baclofen berpotensi untuk terapi alcohol use disorder, tetapi hal ini merupakan penggunaan off-label dan masih memerlukan studi lebih lanjut.
Dewasa
Baclofen dapat diberikan secara oral atau intratekal pada orang dewasa untuk tata laksana spastisitas otot. Namun, sediaan yang ada di Indonesia saat ini hanya berupa sediaan oral (tablet).
Sediaan Oral
Untuk sediaan oral, dosis awal adalah 15 mg/hari, yang perlu dibagi menjadi tiga dosis (masing-masing 5 mg). Setelah itu, dosis dapat ditingkatkan bertahap sesuai kebutuhan individu. Regimen yang disarankan adalah 3x5 mg/hari selama 3 hari, lalu 3x10 mg/hari selama 3 hari, lalu 3x15 mg/hari selama 3 hari, lalu 3x20 mg/hari selama 3 hari.
Namun, regimen tersebut tidak kaku. Dosis tetap perlu disesuaikan dengan kondisi tiap pasien. Kaji ulang pengobatan jika efek terapeutik tidak tampak dalam 6 minggu setelah mencapai dosis maksimal. Pada pasien lanjut usia, gunakan dosis inisial terendah.[5]
Sediaan Intratekal
Baclofen intratekal diberikan pada kasus yang tidak responsif terhadap baclofen oral atau agen antispasme lainnya. Selain itu, baclofen intratekal juga diberikan pada pasien yang mengalami efek samping signifikan dengan sediaan oral. Pemberian intratekal perlu dilakukan melalui tiga tahap, yaitu skrining, titrasi, dan pemeliharaan.[5]
Tahap Skrining:
Dosis inisial sebanyak 25–50 mcg diberikan melalui kateter spinal atau pungsi lumbal selama <1 menit (bolus). Bila tidak ada respons dalam 8 jam, tunggu sampai interval 24 jam sejak pemberian pertama lalu berikan dosis 75 mcg. Bila masih tidak ada respons dalam 8 jam, tunggu sampai interval 24 jam sejak pemberian kedua lalu berikan dosis 100 mcg. Bila masih tidak responsif, pasien tidak cocok diberikan sediaan intratekal.
Tahap Titrasi:
Setelah proses skrining selesai (minimal 24 jam), total dosis harian ditentukan dengan menggandakan dosis skrining yang bisa memberikan respons signifikan. Dosis ganda tersebut diberikan selama 24 jam. Bagi pasien dengan respons (saat skrining) yang mampu bertahan >12 jam, dosis skrining yang sama dapat diberikan selama 24 jam tanpa peningkatan dosis.
Tahap Pemeliharaan:
Setelah tahap titrasi (minimal 24 jam), dokter bisa menyesuaikan dosis secara perlahan dengan peningkatan 10–30% dari dosis harian sebelumnya jika spastisitas berasal dari spinal. Bila spastisitas berasal dari otak, dokter dapat memberikan peningkatan 5–15% dari dosis harian sebelumnya.
Penyesuaian dosis dilakukan sekali setiap 24–48 jam hingga efek klinis yang diinginkan tercapai. Kisaran dosis pemeliharaan adalah 300–800 mcg/hari untuk spastisitas asal spinal dan 90–700 mcg/hari untuk spastisitas asal otak. Dosis pemeliharaan tidak boleh >1000 mcg/hari.[1,5]
Anak-anak
Keamanan baclofen pada anak berusia <12 tahun sebenarnya belum bisa dipastikan. Namun, ada praktik yang memberikan anak berusia 4–18 tahun baclofen intratekal dengan dosis skrining inisial 25–50 mcg/hari melalui pungsi lumbal selama 1 menit. Jika tidak responsif, dosis dapat ditingkatkan 25 mcg tiap 24 jam. Dosis uji maksimal adalah 100 mcg/hari. Kisaran dosis pemeliharaan adalah 25–200 mcg/hari, dapat disesuaikan dengan respons individu.[5]
Ada praktik yang memberikan baclofen oral pada anak usia 0–18 tahun dengan dosis inisial 0,3 mg/kg/hari terbagi dalam 4 dosis. Dosis ini lalu dapat ditingkatkan bertahap dalam interval 1 minggu hingga dosis efektif. Kisaran dosis pemeliharaan adalah 0,75–2 mg/kg/hari. Dosis maksimal untuk usia <8 tahun adalah 40 mg/hari dan untuk usia >8 tahun adalah 60 mg/hari.[5]
Penggunaan pada Populasi Khusus
Mayoritas baclofen akan diekskresikan melalui ginjal dalam bentuk yang tidak berubah. Oleh karena itu, dosis pada pasien yang memiliki penyakit ginjal perlu disesuaikan dan diberikan dengan hati-hati. Namun, saat ini belum ada konsensus mengenai langkah penyesuaian dosis yang paling efektif untuk populasi ini.[1,5,6]