Efek Samping dan Interaksi Obat Lemborexant
Lemborexant menimbulkan efek samping akibat pengaruhnya terhadap sistem saraf pusat, terutama berupa gangguan kesadaran, memori dan motorik. Efek samping dapat berupa kesadaran somnolen di siang hari, mengantuk, nyeri kepala, mimpi buruk atau abnormal, paralisis tidur, halusinasi hipnagogik atau hipnopompik, gejala katapleksi, perilaku tidur kompleks, dan perburukan depresi atau ide bunuh diri.[3,12]
Interaksi obat lemborexant terutama berhubungan dengan metabolismenya yang utamanya diperantarai oleh enzim hati CYP3A4 serta titik kerjanya yang berada pada sistem saraf pusat. Lemborexant berinteraksi dengan obat golongan inhibitor dan induktor enzim CYP3A4, obat substrat CYP2B6, obat golongan depresan saraf pusat, dan alkohol.[9]
Efek Samping
Lemborexant memiliki beberapa efek samping akibat pengaruhnya terhadap sistem saraf pusat, antara lain kesadaran somnolen di siang hari, mengantuk, nyeri kepala, mimpi buruk atau abnormal, paralisis tidur, halusinasi hipnagogik atau hipnopompik, gejala katapleks, perilaku tidur kompleks, perburukan depresi dan ide bunuh diri.[3,12]
Lemborexant diketahui tidak menyebabkan insomnia rebound setelah penghentian pengobatan. Selain itu tidak ada bukti efek withdrawal yang ditunjukkan pada penelitian.[1-3]
Gejala pada Saraf Pusat
Lemborexant merupakan depresan saraf pusat yang dapat mengganggu kesadaran yaitu terjadinya kesadaran somnolen pada keesokan harinya. Efek samping ini merupakan yang paling sering dikeluhkan oleh pasien pada uji klinis, yaitu 10% pada dosis 10 mg dan 7% pada dosis 5 mg.[1,2]
Nyeri kepala juga menjadi efek samping yang sering dikeluhkan oleh pasien. Terjadi pada pasien hingga 5% dengan dosis 10 mg dan 6% dengan dosis 5 mg. Selanjutnya mimpi buruk atau abnormal terjadi pada 2,2% pasien pada dosis 10 mg dan 1% pada dosis 5 mg.[1]
Efek depresan ini dapat berlangsung hingga beberapa hari setelah penghentian konsumsi lemborexant pada beberapa orang. Risiko ini meningkat pada pasien yang mengonsumsi lemborexant dengan tidur malam yang tidak penuh atau dosis yang dikonsumsi lebih besar dari yang direkomendasikan.[2]
Perilaku Tidur Kompleks
Konsumsi lemborexant harus dihentikan jika terjadi perilaku tidur kompleks seperti tidur berjalan, tidur menyetir, melakukan kegiatan lain ketika tidak sadar penuh misalnya menyiapkan dan memakan makanan, menelepon, atau berhubungan badan.[2,3,9]
Gangguan Motorik
Pasien perlu diedukasi kemungkinan terjadinya paralisis, yaitu ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara selama beberapa menit pada proses transisi siklus tidur-bangun serta gejala katapleksi ringan, yaitu periode kelemahan otot yang terjadi hingga beberapa menit, baik pada siang atau malam hari. Dapat terjadi instabilitas postural di tengah malam serta potensi gangguan jika akan menyetir keesokan hari.[2,3]
Halusinasi
Pasien perlu dijelaskan mengenai kemungkinan munculnya halusinasi hipnagogik atau hipnopompik yaitu munculnya persepsi aneh dan mengganggu selama konsumsi lemborexant.[2]
Perburukan Depresi dan Ide Bunuh Diri
Pemberian lemborexant pada pasien dengan riwayat depresi dan ide bunuh diri dapat meningkatkan risiko munculnya gejala.[2]
Interaksi Obat
Interaksi obat lemborexant terutama berhubungan dengan metabolismenya yang utamanya diperantarai oleh enzim hati CYP3A4 serta titik kerjanya yang berada pada sistem saraf pusat. Lemborexant berinteraksi dengan obat golongan inhibitor dan induktor enzim CYP3A4, obat substrat CYP2B6, obat golongan depresan SSP dan alkohol.[9]
Obat Inhibitor CYP3A4
Hindari pemberian lemborexant bersamaan dengan obat inhibitor kuat enzim CYP3A4 karena dapat meningkatkan efek samping dari lemborexant. Obat yang termasuk dalam kategori inhibitor kuat CYP3A4 yaitu itraconazole, ketoconazole, dan clarithromycin.
Hindari pemberian lemborexant bersamaan dengan obat inhibitor sedang enzim CYP3A4 karena dapat meningkatkan efek samping dari lemborexant. Obat yang termasuk dalam kategori inhibitor sedang CYP3A4 yaitu ciprofloxacin, cyclosporine, erythromycin, fluconazole, diltiazem, dan verapamil.[1-3,13]
Perhatikan pemberian bersamaan dengan obat inhibitor lemah CYP3A4 misalnya ranitidin, cimetidine, amiodarone, clotrimazole, dan cilostazol. Rekomendasi dosis pemberian tidak lebih dari 5 mg per malam.[2,9,13]
Obat Induktor CYP3A4
Hindari pemberian lemborexant bersamaan dengan obat induktor kuat dan sedang enzim CYP3A4 karena dapat menurunkan efektivitas dari lemborexant. Obat yang termasuk dalam kategori induktor kuat CYP3A4 yaitu phenytoin, rifampicin, carbamazepine, dan St. John’s wort.
Obat yang termasuk dalam kategori induktor sedang CYP3A4 yaitu phenobarbital, bosentan, efavirenz, etravirine, dan modafinil.[2,9,13]
Obat Substrat CYP2B6
Pemberian bersamaan dengan obat golongan ini dapat menurunkan area under the curve (AUC) obat golongan substrat CYP2B6 dan mengakibatkan penurunan efikasi obat tersebut. Hindari penggunaan bersamaan dengan obat lemborexant. Obat yang termasuk dalam golongan substrat CYP2B6 yaitu bupropion dan methadone.[2,13]
Alkohol
Pemberian lemborexant bersamaan dengan alkohol meningkatkan konsentrasi puncak dan AUC obat. Pemberian bersamaan meningkatkan gangguan pada fungsi dan memori keesokan harinya serta instabilitas postural. Peringatkan pasien untuk tidak mengonsumsi alkohol dengan lemborexant karena potensi efek adiksi.[2,3]
Obat Depresan Saraf Pusat
Pemberian bersamaan dengan obat golongan depresan saraf pusat seperti benzodiazepine, opioid, dan antidepresan trisiklik dapat meningkatkan risiko depresi saraf pusat dan menyebabkan perburukan gangguan pada siang hari. Perlu penyesuaian dosis jika diberikan bersamaan karena potensi efek adiksi.[2]