Hingga kini konsep, kriteria, praktik, dan dokumentasi penentuan kematian batang otak masih inkonsisten antar negara dan lembaga. Dari berbagai literatur medis, kematian hanya didefinisikan sebagai berhentinya konsumsi oksigen akibat henti jantung dan henti napas. Namun, meskipun dengan sejumlah kontroversi, kini kematian telah didefinisikan sebagai kondisi dimana keseluruhan alat vital (jantung, paru-paru, dan otak) telah hilang atau berhenti secara permanen.[1-3]
Kematian batang otak adalah hilangnya fungsi otak yang irreversibel, yaitu kesadaran dan fungsi integrasi sistemik terhadap organ secara keseluruhan, termasuk hilangnya fungsi inspirasi dan ekspirasi dari paru-paru tanpa dukungan external positive pressure (apnea). Etiologi kematian batang otak adalah peningkatan tekanan intrakranial yang dipicu faktor intrakranial ataupun ekstrakranial. Pada orang dewasa, yang sering menjadi penyebab kematian batang otak adalah cedera otak traumatik ataupun perdarahan subarachnoid. Sementara itu, pada anak-anak penyebab tersering adalah non accidental head injury seperti perdarahan subdural ataupun ensefalopati akut.[1,4]
Pemeriksaan untuk Menentukan Kematian Batang Otak
(Konten ini khusus untuk dokter. Registrasi untuk baca selengkapnya)
Referensi
1. Greer DM, Shemie SD, Lewis A, Torrance S, Varelas P, et al. Determination of Brain Death/Death by Neurologic Criteria: The World Brain Death Project. JAMA. 2020 Sep 15;324(11):1078-1097.
2. Vadi S, Shroff S. Redefining Death: Urgent Need to Evolve toward a Homogeneous Definition of Death in India. Indian J Crit Care Med. 2019;23(8):368-370.
3. Barnes E, Greer D. Inconsistency in Brain Death Determination Should Not Be Tolerated. AMA J Ethics. 2020;22(12):E1027-1032.
4. Starr R, Tadi P, Pfleghaar N. Brain Death. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538159/
5. Aboubakr M, Alameda G. Brain Death Criteria. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545144/
6. Wahlster S, Wijdicks EF, Patel PV, Greer DM, Hemphill JC, Carone M, Mateen FJ. Brain death declaration: Practices and perceptions worldwide. Neurology. 2015 May 05;84(18):1870-9.
7. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan no. 37 tahun 2014. 2014. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/117619/permenkes-no-37-tahun-2014
8. Murphy L, Wolfer H, Hendrickson RG. Toxicologic Confounders of Brain Death Determination: A Narrative Review. Neurocrit Care. 2020:1–18.
9. Migdady I, Amin M, Shoskes A, Hassett C, Cho SM, George P, Rae-Grant A. The effect of incorporating an arterial pH target during apnea test for brain death determination. J Intensive Care. 2021;9(1):13.
10. MacDonald D, Stewart-Perrin B, Shankar JJS. The Role of Neuroimaging in the Determination of Brain Death. J Neuroimaging. 2018;28(4):374-379.
11. Latorre JGS, Schmidt EB, Greer DM. Another Pitfall in Brain Death Diagnosis: Return of Cerebral Function After Determination of Brain Death by Both Clinical and Radionuclide Cerebral Perfusion Imaging. Neurocrit Care. 2020;32(3):899-905.