Edukasi dan Promosi Kesehatan Infeksi Virus Nipah
Edukasi dan promosi kesehatan infeksi virus Nipah memegang peranan penting karena belum ada obat maupun vaksin untuk penyakit ini. Edukasi dan promosi kesehatan diharapkan dapat mencegah dan mengendalikan penyakit serta penularannya.[2,4]
Edukasi dan Promosi Kesehatan di Masyarakat
Kegiatan edukasi dan promosi kesehatan infeksi virus Nipah meliputi sosialisasi kepada masyarakat tentang gambaran infeksi virus Nipah, rantai penularan infeksi, kewaspadaan faktor resiko, dan kewaspadaan transmisi.[4,5]
Kewaspadaan faktor resiko dan transmisi terutama dilakukan bila terjadi kejadian luar biasa (KLB).
Kewaspadaan faktor resiko antara lain menghindari daerah yang sedang mengalami kejadian luar biasa (KLB). Seandainya tidak memungkinkan, maka sebaiknya menghindari faktor risiko transmisi virus Nipah sesuai kondisi daerah KLB tersebut.[18]
Kewaspadaan transmisi dilakukan melalui pencegahan transmisi virus dari hewan ke manusia dan antar-manusia. Pencegahan transmisi dari hewan dapat dilakukan dengan cara berikut.[2,4]
- Menghindari perburuan kelelawar
- Tidak menambahkan tanaman buah yang merupakan sumber makanan kelelawar di dalam peternakan/sekitarnya
- Tidak mengonsumsi nira/aren langsung dari pohonnya dan dimasak sebelum dikonsumsi, membuang buah yang ada tanda gigitan kelelawar
- Menghindari kontak dengan hewan ternak yang mungkin terinfeksi, bilapun harus melakukan kontak, maka harus menggunakan APD
- Mengkonsumsi daging ternak secara matang
- Melakukan disinfeksi kandang termasuk benda-benda yang terkontaminasi
- Penerapan biosekuriti pada seluruh rantai pemasaran hewan ternak[2,4]
Masyarakat perlu diedukasi bahwa penularan dapat terjadi dari kelelawar ke manusia, atau dari kelelawar menularkan ke intermediate host, kemudian menularkan ke manusia.[13]
Hingga saat ini, intermediate host yang terbukti mentransmisikan virus ke manusia adalah babi. Beberapa hewan lain yang dicurigai sebagai intermediate host virus Nipah meliputi kuda, anjing, kucing, dan kambing.[13]
Pencegahan transmisi antar-manusia dapat dilakukan dengan menjaga jarak minimal 1-2 meter dari orang lain, menggunakan masker bedah saat keluar rumah, melakukan desinfeksi secara rutin terutama pada benda-benda yang terkontaminasi, dan mematuhi ketentuan karantina/isolasi.[4,6]
Pasien juga perlu dijelaskan mengenai gejala yang mungkin tidak khas dan belum adanya obat dan vaksin untuk penyakit ini. Masyarakat yang mengalami gejala infeksi virus Nipah diharapkan segera berobat ke fasilitas Kesehatan terdekat.[18]
Edukasi dan promosi kesehatan mengenai penyakit menular secara umum juga diperlukan, yaitu menjaga kebersihan tangan menggunakan antiseptik, menerapkan etika batuk/bersin, serta mengelola penyakit komorbid agar tetap terkontrol.[2,3]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di fasilitas kesehatan meliputi pendidikan dan pelatihan kepada seluruh staf fasilitas pelayanan kesehatan mengenai infeksi virus Nipah.
Kewaspadaan standar perlu dijalankan meliputi standar cuci tangan, APD, etika batuk/bersin, masker bedah, desinfeksi lingkungan dan peralatan medis pasien, penanganan linen dan limbah medis pasien.[2,4,18]
Kewaspadaan transmisi meliputi antisipasi transmisi virus dari kontak langsung/droplets, menempatkan kasus suspek/probable/terkonfirmasi positif di ruang isolasi, serta tatacara penanganan jenazah dengan protokol PPI.[2,4,18]
Vaksinasi
Hingga saat ini belum ada vaksin untuk penyakit infeksi virus Nipah. Vaksin masih dikembangkan dalam tahap praklinik menggunakan hewan coba.[1,3,25]