Diagnosis Trikomoniasis
Diagnosis trikomoniasis dapat ditegakkan dengan temuan Trichomonas vaginalis pada pemeriksaan mikroskop preparat basah, nucleic acid amplification tests (NAATs), rapid test, dan kultur pada pasien wanita, serta pemeriksaan kultur pada pasien laki-laki.[2,4]
Pada pasien wanita yang simtomatik, keluhan yang mengarah pada trikomoniasis adalah duh vagina yang tipis, berbusa, purulen kekuningan/kehijauan, atau berdarah disertai gambaran strawberry cervix pada pemeriksaan. Namun, gambaran ini tidak selalu ditemukan pada setiap pasien. Mayoritas pasien laki-laki dan sebagian pasien wanita tidak mengeluhkan gejala, sehingga menggali faktor risiko sangat penting.[1-3]
Anamnesis
Anamnesis perlu digali dengan baik karena keluhan trikomoniasis mirip dengan keluhan infeksi menular seksual lainnya pada wanita. Sementara pada laki-laki, kebanyakan kasus bersifat asimtomatik. Oleh karenanya, sangat penting untuk menanyakan adanya riwayat infeksi menular seksual sebelumnya, penggunaan kondom saat berhubungan seksual, atau adanya keluhan duh tubuh.
Trikomoniasis pada Wanita
Sebanyak 50% kasus trikomoniasis pada wanita bersifat asimtomatik, tetapi 1/3 kasus asimtomatik dapat menjadi simtomatik dalam 6 bulan sehingga tidak adanya riwayat seksual dalam waktu dekat tidak dapat menyingkirkan trikomoniasis sebagai diagnosis banding.[2,3,6]
Gejala trikomoniasis yang dapat muncul bervariasi dari iritasi ringan hingga inflamasi berat. Gejala klasik trikomoniasis pada wanita yaitu duh vagina yang tipis, berbusa, purulen kekuningan/kehijauan, atau berdarah.
Gejala lain yang dapat dikeluhkan pasien antara lain vagina berbau amis, dispareunia, perdarahan post-koitus, gejala infeksi saluran kemih, nyeri abdomen bawah/nyeri panggul, rasa gatal, eritema, panas, dan perih di vulvovagina. Gejala-gejala tersebut tidak spesifik dan dapat ditemukan pada infeksi menular seksual lainnya.[1,2,3]
Trikomoniasis dapat menyebabkan servisitis yang ditandai dengan munculnya gejala duh purulen di kanalis endoserviks dan endoserviks yang mudah berdarah. Trikomoniasis juga dapat menyebabkan vaginitis yang ditandai dengan munculnya gejala duh vagina, berbau, vulva gatal, dan iritasi.[1,2]
Trikomoniasis pada Pria
Sebanyak 70-80% kasus trikomoniasis pada pria bersifat asimtomatik. Trikomoniasis simtomatik pada pria umumnya bersifat intermiten dan sembuh spontan. Gejala trikomoniasis yang muncul pada pria tidak spesifik, yaitu gejala uretritis pada umumnya, seperti discar penis yang purulen atau mukoid, disuria, poliuria, urin keruh, rasa panas/terbakar saat urinasi/ejakulasi, gatal dan nyeri uretra/penis, nyeri testis, dan nyeri abdomen bawah. Dibandingkan dengan wanita, trikomoniasis pada pria lebih sering asimtomatik dan lebih cepat mencapai resolusi penyakit (durasi penyakit pendek).[1,2,3,6]
Trikomoniasis pada Bayi dan Anak-anak
Trikomoniasis pada neonatus dapat terjadi akibat transmisi vertikal saat persalinan. Gejala trikomoniasis pada neonatus antara lain duh vagina pada minggu pertama neonatus, demam, dan infeksi saluran napas.[2]
Pada anak-anak, trikomoniasis juga dapat terjadi akibat kekerasan seksual. Gejala trikomoniasis pada anak-anak sama dengan trikomoniasis pada dewasa.[2]
Faktor Risiko
Pada anamnesis, selain menanyakan gejala, faktor-faktor risiko yang dapat mengarahkan pada diagnosis trikomoniasis perlu ditanyakan dengan cara menggali latar belakang seksual pasien.[1,4]
Pemeriksaan Fisik
Pada pria, trikomoniasis umumnya bersifat asimtomatik dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik. Duh penis mungkin dapat muncul, namun jarang. Trikomoniasis pada pria berkaitan dengan inflamasi lokal seperti balanitis, balanopostitis, epididimitis, dan prostatitis.[2,6]
Pada wanita, dapat ditemukan tanda klasik trikomoniasis berupa bercak makula eritema diffuse di serviks yang disebut colpitis macularis atau strawberry cervix. Tanda ini dapat lebih terlihat jelas dengan pemeriksaan kolposkopi, tetapi tidak semua kasus trikomoniasis menunjukkan tanda klasik. Tanpa pemeriksaan kolposkopi, tanda klasik hanya ditemukan pada 1-2% kasus. Dengan pemeriksaan kolposkopi, tanda klasik dapat ditemukan pada 45% kasus, dan dapat dilihat pada Gambar 2.[1,2,3]
Gambar 2. Gambaran Strawberry Cervix pada Kolposkopi. Sumber: Openi, 2014.
Duh vagina dapat ditemukan pada sebagian besar kasus (42%) dengan karakteristik berbusa, berbau, berwarna kuning, tipis, namun kadang agak kental seperti kandidiasis. Adanya duh vagina berbusa dan colpitis macularis dapat mengarahkan ke diagnosis trikomoniasis dengan spesifisitas 99%. Temuan colpitis macularis memiliki positive predictive values 90%, sedangkan temuan duh vagina berbusa memiliki positive predictive values 62%.[1,2,3]
Tanda klinis lain yang dapat ditemukan pada wanita antara lain edema dan eritema vulvovagina pada 22-37% kasus, serta nyeri tekan abdomen bawah (10%). Adanya nyeri tekan abdomen bawah menunjukkan kemungkinan salpingitis atau patologi intra-abdomen. Pada pasien dengan koinfeksi gonore, kandidiasis, atau vaginosis bakterial akan ditemukan campuran gambaran klinis penyakit tersebut.[1,2]
Diagnosis Banding
Pada pasien dengan gejala trikomoniasis, perlu dipertimbangkan adanya infeksi menular seksual lain maupun koinfeksi, seperti vaginosis bakterial, kandidiasis urogenital, klamidia, gonore, prostatitis non-bakterial, dan pelvic inflammatory disease (PID).[1,2]
Vaginosis Bakterial
Vaginosis bakterial adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri, dengan gejala yang mirip trikomoniasis seperti duh vagina, vagina berbau, iritasi vulva, disuria, dispareunia.
Duh vagina pada vaginosis bakterial bersifat homogen dan berwarna keabuan, sedangkan pada trikomoniasis bersifat purulen dan berwarna kekuningan/kehijauan. Diagnosis vaginosis bakterial ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopik.[8]
Kandidiasis Urogenital
Kandidiasis urogenital disebabkan oleh jamur dari genus Candida dengan gejala eritema pada vagina dan labia, duh vagina yang tebal/kental, gatal penis, disuria, hematuria, nyeri suprapubik, nyeri regio flank, dan keram abdomen. Diagnosis kandidiasis urogenital ditegakkan dengan pemeriksaan kultur jamur.[9]
Klamidia Urogenital
Klamidia urogenital adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Klamidia umumnya asimtomatik atau dapat muncul gejala seperti discar vagina mukopurulen berwarna kekuningan, perdarahan post-koitus, disuria, dyspareunia, discar uretra pada pria, pembengkakan skrotum. Diagnosis klamidia ditegakkan dengan NAATs.[10]
Gonore
Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Gejala gonore antara lain duh vagina yang tipis, purulen, dan berbau, disuria, perdarahan intermenstrual, dispareunia, nyeri abdomen bawah yang ringan, dan gejala uretritis pada pria. Diagnosis pasti gonore ditegakkan dengan pemeriksaan kultur.[11]
Prostatitis Non-Bakterial
Prostatitis non-bakterial bukanlah infeksi menular seksual namun gejalanya mirip dengan trikomoniasis pada pria. Prostatitis non-bakterial disebabkan oleh spasme uretra atau leher vesika urinaria, sistitis interstisial, dan myalgia dasar panggul.
Gejala prostatitis non-bakterial yaitu nyeri ujung penis, nyeri testis, nyeri perineum, nyeri abdomen bawah, nyeri pinggang belakang, disuria, poliuria, nokturia, inkontinensia, discar uretra, nyeri ejakulasi, dan disfungsi seksual.[12]
Pelvic Inflammatory Disease
Pelvic inflammatory disease (PID) adalah penyakit inflamasi traktus genital atas pada wanita/ PID dapat bersifat asimtomatik atau muncul tanda dan gejala demam, mual, muntah, nyeri abdomen bawah, duh vagina, perdarahan uteri, nyeri tekan adneksa, dan nyeri goyang uteri. Diagnosis PID ditegakkan dengan laparoskopi.[1,13]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis definitif trikomoniasis ditegakkan dengan pemeriksaan duh melalui pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan mikroskopik, kultur, dan pemeriksaan diagnostik molekular yakni nucleic acid amplification tests (NAATs), atau rapid test.
Pemeriksaan Mikroskop Preparat Basah
Pemeriksaan mikroskop preparat basah menggunakan sampel duh vagina yang ditetesi larutan saline, untuk kemudian diperiksa menggunakan mikroskop. Preparat basah dari swab vagina harus diperiksa segera setelah pengambilan sampel karena sensitivitas pemeriksaan berkurang cepat hingga 20% dalam 10 menit setelah pengambilan sampel.
Diagnosis trikomoniasis ditegakkan bila pada pemeriksaan mikroskop nampak Trichomonas vaginalis yang aktif dan motil. Pada pemeriksaan mikroskop juga dapat terlihat adanya sejumlah sel polimorfonuklear (PMN) yang menandakan keparahan infeksi.[2,4,5]
Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan sederhana, cepat, dan tidak mahal sehingga telah banyak digunakan untuk diagnosis trikomoniasis pada wanita. Meski begitu, pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang rendah (44%-68%) dibandingkan kultur sehingga hasil negatif pada pemeriksaan ini perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan diagnostik lain yang lebih sensitif dan spesifik.[1,4,14]
Nucleic Acid AmplificationTest
Nucleic acid amplification tests (NAATs) adalah pemeriksaan untuk mendeteksi RNA Trichomonas vaginalis dengan metode amplifikasi yang dimediasi transkripsi. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 95.3%–100% dan spesifisitas 95.2%–100% dibandingkan dengan kultur dan pemeriksaan mikroskop preparat basah. Sampel dapat diambil dari swab endoserviks, swab vagina, urin, dan spesimen pap smear cair dalam larutan PreservCyt.[1,4,14]
Rapid Test
Rapid test dapat digunakan untuk mendeteksi antigen atau mendeteksi DNA Trichomonas vaginalis secara kualitatif. Pemeriksaan antigen dilakukan dengan metode immunochromatographic capillary flow dipstick technology.
Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 82-95% dan spesifisitas 97%-100% dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskop preparat basah, kultur, dan NAATs. Sampel pemeriksaan antigen dapat diambil dari spesimen vagina dan hasil didapatkan dalam 10-15 menit.[4,14]
Pemeriksaan DNA Trichomonas vaginalis secara kualitatif memiliki sensitivitas 92-98%. Sampel pemeriksaan dapat diambil dari spesimen vagina/urin dan hasil didapatkan dalam kurang dari 40 menit.[4]
Sensitivitas rapid test pada pria rendah (38%) sehingga tidak digunakan pada pria.[4]
Kultur
Pemeriksaan kultur memiliki sensitivitas 44-75% dan spesifisitas mendekati 100%. Pemeriksaan kultur dapat digunakan untuk pemeriksaan skrining pada populasi resiko tinggi, pemeriksaan drug susceptibility terhadap Trichomonas vaginalis, dan sebagai pemeriksaan konfirmasi jika hasil pemeriksaan mikroskop negatif.[2,4,14]
Pada pria, sampel kultur dapat diambil dari swab uretra, sedimen urin, atau cairan semen. Pada wanita, kultur dengan sampel sekresi vagina memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan sampel urin sehingga sampel sekresi vagina lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan kultur.[2,4]
Pemeriksaan kultur memerlukan inkubator dan hasil baru dapat dilihat setelah 3-7 hari. Tidak adanya pertumbuhan pada kultur dalam 7 hari mengindikasikan hasil negatif terhadap trikomoniasis.[2,4]
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan sederhana lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan Whiff test dan pH vagina.
Whiff Test:
Whiff test dilakukan dengan meneteskan kalium hidroksida (KOH) 10% pada sampel duh vagina. Hasil dikatakan positif jika muncul bau amis pada sampel. Namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hasil positif juga dapat ditemukan pada vaginosis bakterial.[1,2]
Pemeriksaan pH Vagina:
Pemeriksaan pH vagina dilakukan dengan mengoleskan swab sekresi vagina ke kertas indikator pH. Pada trikomoniasis, pH vagina akan meningkat hingga lebih 4,5, tetapi peningkatan pH vagina tidak spesifik untuk diagnosis trikomoniasis karena dapat ditemukan juga pada infeksi menular seksual yang lain, sedangkan hasil pH yang normal dapat mengeksklusi diagnosis trikomoniasis.[1,2]