Epidemiologi Makrognatia
Data epidemiologi makrognatia atau macrognathia, baik secara global maupun khusus di Indonesia masih sangat terbatas. Namun, prevalensi prognatia dilaporkan dipengaruhi oleh ras, dimana kondisi ini lebih umum ditemukan pada ras Asia.[8]
Global
Maloklusi kelas III yang terdapat pada pasien prognatia ditemukan pada 5-15% populasi umum. Prognatisme mandibula merupakan penyebab maloklusi kelas III yang lebih umum pada ras Asia daripada Kaukasia.
Prevalensi prognatisme pada populasi Asia dapat mencapai 8-40%, Afrika 3-8%, sementara Eropa 0,48-4%. Prevalensi pada populasi Asia Timur dilaporkan mencapai 26,6%, sedangkan Asia Timur Tengah 5,1-10%. Prevalensi prognatisme meningkat dari 0,5-0,27% pada masa kanak-kanak menjadi 2-4% pada usia dewasa.[3-5,8]
Indonesia
Epidemiologi makrognatia di Indonesia tidak diketahui.
Mortalitas
Makrognatia tidak menyebabkan mortalitas. Namun, komplikasi makrognatia seperti maloklusi, gangguan mengunyah, dan gangguan bicara dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan, pernapasan, bahkan gangguan tumbuh kembang. Selain itu, gangguan penampilan dapat menimbulkan dampak negatif pada psikologi dan sosial hingga depresi. [2,4,8]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri