Pendahuluan Appendicitis
Appendicitis adalah inflamasi pada apendiks vermiformis yang berada di ujung caecum. Perkembangan proses inflamasi dapat menyebabkan abses, obstruksi, peritonitis dan sepsis jika tidak diobati. Istilah appendicitis komplikata mengacu pada adanya gangren atau perforasi apendiks. Perforasi bebas ke dalam rongga peritoneum dapat menyebabkan peritonitis purulen atau faeculen. Perforasi yang terlokalisir dapat menyebabkan abses apendiks atau phlegmon (massa inflamasi).
Appendicitis merupakan penyebab paling umum dari nyeri perut akut baik pada orang dewasa dan anak-anak, dengan risiko 8,6% pada pria dan 6,7% pada wanita. Gejala klinis muncul akibat adanya obstruksi pada rongga luminal apendiks yang diakibatkan inflamasi mukosa, hiperplasia limfoid, atau fekalit. Hal ini menyebabkan distensi pada apendiks yang bisa berkembang menjadi inflamasi transmural supuratif, iskemia, infark, dan perforasi, yang dapat menimbulkan peritonitis generalisata dan abses.[1-3]
Gambaran klasik gejala klinis appendicitis meliputi nyeri periumbilkus yang berpindah ke fossa iliaka kanan, anoreksia, demam, dan nyeri tekan pada fossa iliaka kanan. Tanda lainnya seperti penurunan bising usus, tanda psoas positif, tanda obturator positif, dan tanda Rovsing positif juga mendukung diagnosis appendicitis akut. Terdapat beberapa sistem skoring seperti Skor Alvarado yang menggabungkan temuan klinis dan laboratorium umum untuk mengelompokkan risiko pasien dan membantu memandu keputusan klinis. Pemeriksaan pencitraan, seperti USG abdomen dan CT scan abdomen, juga bisa membantu penegakan diagnosis.[1,3]
Apendektomi, baik dengan metode laparotomi atau laparoskopi, merupakan tata laksana yang umum dipilih untuk appendicitis. Metode laparoskopi berkaitan dengan nyeri pasca operasi yang lebih ringan dan masa rawat inap yang lebih pendek. Pemberian antibiotik intravena preoperasi sebaiknya mencakup spektrum luas dan bakteri anaerob.
Manajemen nyeri dengan menggunakan paracetamol, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dan opiod harus menjadi prioritas tanpa menunda intervensi yang diperlukan. Perforasi dapat menyebabkan sepsis dan terjadi pada 17-32% pasien dengan appendicitis. Pada pasien dengan risiko sedang hingga tinggi, konsultasi bedah harus dilakukan dengan cepat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat perforasi.[1,3,4]
Penulis pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH