Pendahuluan Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis adalah protrusi isi cavum abdomen melalui defek hernia di area inguinal. Hernia inguinalis dapat terjadi karena penyebab kongenital atau didapat. Hernia dapat menyebabkan gejala berupa rasa tidak nyaman hingga nyeri. Jika defek sangat sempit, isi saccus hernia berisiko mengalami inkarserata.[1]
Hernia inguinalis dapat terjadi pada semua umur, dan insidensinya meningkat seiring pertambahan usia. Beberapa faktor risiko terjadinya hernia inguinalis adalah jenis kelamin pria, usia tua, prosesus vaginalis gagal menutup, riwayat kelemahan dinding abdomen sebelumnya, serta peningkatan tekanan intraabdominal akibat sering mengangkat beban berat, mengejan akibat konstipasi, dan kehamilan.[2,3]
Saat ini, pendekatan yang digunakan dalam penatalaksanaan hernia inguinalis adalah untuk melakukan triage pada pasien dan menentukan pilihan antara observasi (watchful waiting), atau pembedahan. Triage dilakukan berdasarkan keparahan hernia. Pasien hernia inguinalis yang sedang hamil, dan pasien laki-laki dengan gejala ringan atau asimptomatik dapat dimasukkan ke dalam kelompok watchful waiting.[4–6]
Repair hernia dapat dilakukan secara open surgery, maupun secara laparoskopi. Kedua tindakan tersebut dilaporkan memiliki efektivitas yang sama dengan outcome yang setara. Repair hernia direkomendasikan dengan menggunakan mesh. Beberapa studi juga telah mempelajari dan membandingkan hasil operasi dengan teknik total ekstraperitoneal dan teknik Lichtenstein.[4–6]
Prognosis hernia tergolong baik, bila didiagnosis dini dan diberikan tata laksana yang tepat. Sebagian kecil operasi hernia dapat mengalami komplikasi berupa nyeri kronis, dan rekurensi hernia. Rekurensi hernia dilaporkan lebih rendah pada teknik operasi laparotomi, dibandingkan operasi terbuka. Nyeri kronis, dapat terjadi sekitar 10% pascaoperasi hernia, dan tersering diakibatkan cedera saraf.[7,8]
Edukasi pada hernia inguinalis diberikan agar pasien mengenali gejala hernia, seperti benjolan yang dapat keluar masuk pada pangkal paha, serta mungkin disertai rasa nyeri. Untuk mencegah perburukan, pasien dapat menggunakan hernia truss atau ikat pinggang, serta mengurangi aktivitas yang meningkatkan tekanan intraabdomen, seperti mengangkat beban berat.[7,9]
Pada pasien hernia yang diobservasi secara rawat jalan, dokter perlu menjelaskan tanda-tanda bahaya hernia inguinalis, misalnya nyeri inguinal akut yang sangat berat, disertai mual dan muntah. Jika terjadi gejala-gejala tersebut, pasien harus segera menuju fasilitas kesehatan.[4,6]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra