Panduan E-Prescription Hidradenitis Suppurativa
Panduan e-Prescription untuk hidradenitis suppurativa ini dapat digunakan oleh dokter umum saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Hidradenitis suppurativa atau acne inversus adalah inflamasi kronis pada kulit dengan tipe lesi nodul abses yang mendalam, terdapat abses, sinus, serta skar fibrotik. Lesi seringkali nyeri dan mengganggu aktivitas. Lokasi predileksi lesi adalah area intertriginosa yang memiliki banyak kelenjar apokrin, seperti axilla, selangkangan, perianal, perineal dan lipatan payudara.[1–3]
Faktor yang memengaruhi eksaserbasi hidradenitis suppurativa adalah faktor genetik, autoinflamasi, infeksi bakteri, serta penurunan kadar progesteron dan estrogen, dan peningkatan kadar androgen. Faktor lainnya adalah gaya hidup seperti penggunaan pakaian yang ketat, friksi berulang di kulit, stress psikologis, merokok, obesitas, cuaca terlalu panas dan lembap.[4]
Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pasien hidradenitis suppurativa adalah:
- Adanya lesi berupa nodul abses berukuran sekitar 0,5–2 cm yang dalam dan lunak disertai tanda inflamasi, seperti nyeri dan eritema
- Lesi dapat tunggal maupun multipel
- Lesi yang sering rekuren dapat membentuk sambungan berupa traktus sinus dan mengalami ulserasi atau ruptur
- Rupturnya lesi akan mengeluarkan pus yang berbau busuk, serta membentuk sinus dan fistula
- Lokasi tersering yaitu pada area yang memiliki banyak kelenjar apokrin seperti area axilla, selangkangan, peranal, perineal dan inframamaria
- Pada kasus lebih lanjut dapat terjadi nyeri kronis, kontraktur, dan terganggunya gerakan pada area yang terinfeksi kronis atau terinfeksi berulang[1,4]
Berdasarkan manifestasi klinis yang timbul, derajat penyakit hidradenitis suppurativa ditentukan dengan stadium Hurley, yang terdiri dari stadium I sampai III.
Stadium I: Abses saja tanpa membentuk skar maupun sinus
Stadium II: Abses rekurens yang dapat tunggal maupun multipel disertai terbentuknya sinus maupun skar
Stadium III: Lesi difus dihubungkan dengan beberapa sinus, disertai adanya abses-abses pada seluruh area kulit, sehingga tidak terdapat atau hanya sedikit terlihat area kulit normal.[1]
Gambar 1. Gambaran Hidradenitis Suppurativa Berdasarkan Stadium Hurley.
Peringatan
Pasien dengan gambaran klinis awal stadium Hurley III perlu dirujuk ke dokter spesialis dermatovenerologi. Hal ini karena penanganan mungkin akan lebih kompleks, seperti kombinasi tumor necrosis factor-alpha inhibitors dan tindakan operasi, seperti eksisi.[1,6]
Rujukan juga dapat dipertimbangkan untuk perokok, misalnya dengan tujuan terapi konseling dan nicotine replacement therapy. Pada pasien obesitas, rujukan untuk manajemen penurunan berat badan juga dapat dipertimbangkan. Hal ini karena merokok dan obesitas merupakan salah satu faktor rekurensi dan dapat memperparah klinis hidradenitis suppurativa.[1,6]
Terapi Suportif
Terapi suportif untuk pasien dengan hidradenitis suppurativa adalah menghindari trauma kulit, terutama pada area lesi. Hal ini dilakukan dengan edukasi menghindari penggunaan baju yang terlalu ketat serta penggunaan sikat atau spons mandi yang akan memberikan friksi pada kulit, terutama area lesi.
Pasien dapat diberikan dressing berupa petroleum jelly atau dressing non-oklusif untuk mencegah iritasi.[1]
Medikamentosa
Tujuan utama tata laksana hidradenitis suppurativa adalah penanganan nyeri dan drainase abses, mengurangi kejadian rekurensi, dan mengurangi progresivitas penyakit.[1]
Antibiotik Topikal
Terapi topikal yang dapat diberikan pada lesi ringan tanpa komplikasi, yaitu stadium Hurley I dan lesi superfisial pada saat terjadi eksaserbasi.
Terapi topikal yang menjadi pilihan utama adalah clindamycin 1% pada area lesi dengan frekuensi 2 kali/hari. Asam fusidat pada area lesi dengan frekuensi 2–3 kali/hari dapat dipertimbangkan sebagai pilihan alternatif.[1,5,6]
Antibiotik Sistemik
Antibiotik sistemik sediaan peroral (PO) dapat dipertimbangkan pada stadium Hurley II atau I yang resisten terhadap antibiotik topikal. Beberapa pilihan antibiotik oral yang dapat dipertimbangkan pada pasien dewasa adalah:
Tetrasiklin 500 mg 2 kali sehari PO selama 12 minggu
- Kombinasi clindamycin 300 mg 2 kali sehari dan rifampicin 600 mg 1 kali sehari PO selama 10–12 minggu. Pilihan ini diberikan bila tetrasiklin tidak menunjukkan perbaikan klinis[6]
Perbaikan klinis dan keberhasilan terapi ditandai dengan berkurangnya nyeri, perbaikan kualitas hidup, serta perbaikan ruam dan jumlah lesi yang berkurang ≥25%.
Bila pada pemberian tetrasiklin tidak didapatkan perbaikan klinis, rujuk pasien ke dokter spesialis kulit dan kelamin serta lanjutkan terapi dengan kombinasi clindamycin dan rifampicin.[6]
Pada anak-anak <10 tahun, tetrasiklin tidak direkomendasikan karena pemberiannya pada masa pertumbuhan gigi akan menyebabkan perubahan warna gigi. Maka dari itu, antibiotik oral yang dapat dipertimbangkan pada anak kelompok usia ini adalah:
- Kombinasi rifampicin 10–20 mg/kgBB/hari (dosis maksimal 600 mg/hari) dibagi menjadi 2 dosis atau 1 kali per hari dan clindamycin 8–40 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3–4 dosis selama 10 minggu
- Doxycycline 100 mg 2 kali per hari dapat direkomendasikan pada pasien remaja atau dewasa muda
Eritromisin 20–40 mg/kg/hari diberikan 3 kali sehari[5–7,9]
Penggunaan rifampicin harus dilakukan dengan hati-hati, terutama di area endemik tuberkulosis seperti Indonesia. Hal ini karena risiko resistensi rifampicin.[7]
Analgesik
Analgesik yang dapat dipertimbangkan adalah:
Paracetamol 500–1000 mg peroral 3–4 kali per hari, maksimal 4000 mg/hari, dapat diberikan bila terdapat keluhan nyeri
Ibuprofen 200–400 mg peroral sebanyak 4–6 kali sehari, maksimal 3,2 gram/hari, dapat diberikan bila terdapat keluhan nyeri[1]
Terapi pada Kehamilan
Pada ibu hamil, antibiotik topikal seperti clindamycin 1% termasuk kategori B menurut FDA dan dapat disarankan sesuai indikasi di atas untuk antibiotik topikal.
Sedangkan tetrasiklin oral (kategori FDA:D) tidak disarankan untuk ibu hamil dan menyusui. Agen peroral yang dapat disarankan untuk ibu hamil adalah kombinasi rifampicin 600 mg/hari (kategori FDA: C) dan clindamycin 600 mg/hari (kategori FDA: B) selama 10 minggu.
Indikasi pemberian sediaan oral sama dengan terapi antibiotik sistemik dewasa seperti di atas.[8]