Etiologi Keratosis Seboroik
Etiologi keratosis seboroik adalah proliferasi bersifat jinak dari keratinosit yang belum matur. Karena proliferasi tersebut, muncul makula berbentuk datar dengan batas tegas, bulat, atau oval.[1]
Etiologi
Proliferasi jinak dari keratinosit imatur yang menyebabkan keratosis seboroik belum diketahui pasti, tetapi diduga terjadi akibat mutasi genetik. Pertumbuhan dari keratosis seboroik bersifat lambat, dapat menebal seiring dengan bertambahnya waktu, serta jarang sekali sembuh secara spontan. Faktor yang diketahui berpengaruh terhadap kejadian keratosis seboroik yaitu paparan sinar ultraviolet dan juga usia.[1,3-5]
Faktor Risiko
Faktor risiko keratosis seboroik di antaranya adalah eksposur dari sinar matahari atau lebih spesifiknya sinar ultraviolet dan juga usia. Faktor risiko juga berkaitan dengan bagian kulit yang terekspos dengan paparan sinar ultraviolet.[5]
Eksposur terhadap sinar ultraviolet merupakan salah satu faktor risiko penting dari keratosis seboroik. Namun, penyebab kausatif dari kedua hal tersebut masih belum jelas. Pada penelitian di Australia, ditemukan lesi yang lebih banyak, lebih datar, dan lebih besar pada bagian tubuh yang terekspos sinar matahari.[5]
Prevalensi keratosis seboroik juga lebih banyak di Australia jika dibandingkan dengan populasi kaukasia di Inggris. Studi pada laki-laki Korea menunjukkan bahwa lesi keratosis seboroik lebih banyak pada wajah dan punggung tangan di mana pada lokasi tersebut eksposur sinar matahari lebih banyak terjadi.[5]
Penelitian di Korea tersebut juga menunjukkan orang berisiko terkena keratosis seboroik 2,28 kali lebih tinggi jika terkena paparan sinar matahari selama lebih dari 6 jam per hari dibandingkan dengan paparan kurang dari 3 jam per hari.[5,6]
Sebuah survei pada 840 orang di China menunjukkan adanya hubungan antara paparan sinar ultraviolet secara kumulatif dan kejadian keratosis seboroik. Seseorang dengan tipe kulit Fitzpatrick II lebih rentan terhadap photoaging yang lebih parah dibandingkan dengan yang memiliki tipe kulit Fitzpatrick III dan IV.[5,6]
Sebagai perbandingan, penelitian di Belanda dengan desain studi kohort terhadap 966 orang menunjukkan hasil bahwa paparan sinar matahari sepanjang hidup maupun sengatan matahari yang menyakitkan (sunburn) tidak berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya keratosis seboroik. Keratosis seboroik dapat juga muncul di tempat yang tertutup pakaian seperti area perigenital dan intertriginosa.[5,6]
Usia merupakan faktor risiko penting pada keratosis seboroik. Meningkatnya usia merupakan faktor risiko independen terhadap perkembangan dari keratosis seboroik. Seperti yang telah dibahas dalam patofisiologi, meningkatnya ekspresi amyloid precursor protein (APP) lebih banyak pada kulit yang mengalami penuaan.[5,6]
Beberapa faktor risiko lain yang masih diteliti yaitu infeksi human papilloma virus (HPV) dan polyomavirus Merkel cell. Selain itu faktor imun juga belakangan ini dihipotesiskan berkaitan dengan keratosis seboroik.[5,6]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja