Pendahuluan Milia
Milia merupakan kista epidermoid kecil yang bersifat jinak dan dapat sembuh secara spontan. Secara klinis lesi milia tampak seperti papul berbentuk kubah dengan diameter 1-2 mm berwarna putih mutiara, paling sering ditemukan di area wajah. Milia dapat ditemukan pada segala usia dan ditemukan pada 40-50% bayi baru lahir.[1-6]
Secara histologi, milia merupakan kista infundibular kecil dengan dinding epitel skuamosa berlapis yang mengandung lapisan sel granular. Milia dapat diklasifikasikan sebagai milia primer atau sekunder, tergantung pada terbentuknya lesi.
Penyebab milia primer terbanyak merupakan milia kongenital. Milia primer terbentuk secara spontan dari folikel sebasea rambut vellus. Milia sekunder berasal dari saluran ekrin dan timbul akibat penyakit, penggunaan obat-obatan, atau disebabkan oleh trauma.[2,3,6]
Diagnosis milia mudah ditegakan secara klinis dan pemeriksaan penunjang jarang diperlukan. Pemeriksaan penunjang akan bermanfaat untuk investigasi penyakit yang mendasari pada kasus milia sekunder. Biopsi kulit hanya diperlukan jika diagnosis milia diragukan atau untuk menyingkirkan musinosis folikular dan trichoepitheliomata multipel.
Milia merupakan kista jinak dan asimptomatik, sehingga pada umumnya tidak perlu dilakukan tata laksana. Milia dapat diobati untuk alasan kosmetik dengan insisi dan ekstraksi isi kista. Lesi milia yang lebih ringan dapat diobati dengan penggunaan retinoid topikal.[2,3]