Diagnosis Veruka Vulgaris
Diagnosis veruka vulgaris dapat ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan bila terdapat keraguan dalam penemuan klinis.[3,5]
Anamnesis
Penderita veruka vulgaris biasanya datang dengan keluhan benjolan berupa papul yang muncul pada permukaan kulit. Benjolan bisa semakin membesar dan persisten dengan permukaan yang kasar.
Pada beberapa kasus, jumlah benjolan dapat bertambah banyak pada lokasi yang berdekatan atau disebut sebagai autoinokulasi. Meskipun kebanyakan penderita tidak mengeluhkan gejala lain selain benjolan (asimptomatik), namun tak jarang terdapat rasa nyeri dan gatal.
Pada kasus veruka vulgaris di telapak kaki, penderita juga bisa mengeluhkan sensasi mengganjal dan nyeri, terutama saat beraktivitas.[1,8,9]
Pemeriksaan Fisik
Veruka vulgaris muncul dalam bentuk papul yang berukuran 1-10 mm, dapat lebih besar walaupun jarang terjadi. Papul bersifat padat dengan permukaan verukosa, ireguler, dan berkonfluensi. Apabila dilihat lebih dekat, permukaan papul berwarna kehitaman yang menunjukkan adanya thrombosis kapiler. Papul dapat tumbuh dimana saja, tetapi paling banyak ditemukan di tangan dan kaki.[1,3,8,12]
Diagnosis Banding
Penyakit veruka vulgaris perlu dibedakan dengan beberapa diagnosis banding yang dapat memberikan gambaran klinis menyerupai penyakit tersebut, misalnya keratosis seboroik dan moluskum kontagiosum.
Keratosis Seboroik
Keratosis seboroik adalah tumor jinak kulit yang banyak dijumpai. Sebagian besar penderita berusia lanjut. Karakteristik lesi adalah plak atau bercak kecoklatan yang berbatas tegas dengan permukaan lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya. Predileksi lesi terdapat pada area yang paling sering terpapar sinar matahari. Pemeriksaan histopatologi memberikan gambaran hiperkeratosis, akantosis dan papilomatosis pada epidermis. [3,13]
Moluskum Kontagiosum
Kondisi moluskum kontagiosum juga memberikan gambaran menyerupai veruka vulgaris. Moluskum bersifat asimptomatik dan memberikan gambaran khas lesi kulit berupa papul diskret berwarna merah muda, berbentuk kubah, dan memiliki permukaan halus. Adanya lekukan atau delle pada bagian tengah lesi yang apabila dipijat akan mengeluarkan massa seperti nasi, merupakan ciri khas dari penyakit ini dan membedakannya dengan penyakit veruka vulgaris.[3,14]
Prurigo Nodularis
Kondisi lain yang memberikan gambaran menyerupai veruka vulgaris adalah prurigo nodularis. Prurigo nodularis ditandai oleh papul multipel yang sangat gatal, hiperkeratotik, dan dapat disertai dengan nodul, serta papul erosif. Lesi kulit terjadi sebagai akibat dari pruritus kronis. Penyebaran lesi bersifat simetris pada seluruh tubuh.[3,15]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang biasanya jarang dilakukan karena penegakan diagnosis dapat dilakukan berdasarkan temuan klinis. Pemeriksaan penunjang dapat berupa pemeriksaan histopatologi dan laboratorium.[3]
Histopatologi
Gambaran histopatologi yang didapatkan dari pemeriksaan biopsi pada lesi veruka vulgaris adalah hiperplasia stratum spinosum lapisan epidermis (akantosis), papilomatosis, hiperplasia papila dermis (papilomatosis), kapiler yang berkelok-kelok pada papilla dermis, disertai dengan adanya sel parakeratotik yang tersusun vertikal dengan sel darah merah yang terperangkap pada ujung susunan tersebut.
Tanda patogmonik dari veruka vulgaris dalam pemeriksaan biopsi adalah keberadaan abnormalitas sel epitel gepeng disertai dengan vakuolisasi pada epitel tersebut atau biasa disebut sebagai sel koilositik.[3,5,8]
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk membuktikan keberadaan virus pada lesi, terutama pada lesi yang bersifat baru. Deteksi virus dilakukan dengan pemeriksaan imunohistokimia, hibridisasi southern blot, maupun polymerase chain reaction (PCR).[3]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri